108. Bertemu Kembali

313 75 39
                                    

Serial The JAHat Stories - 108. Bertemu Kembali

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2021, 17 Oktober

-::-

"Zah! Zah!" Alif nyerocos begitu melewati ambang pintu kafe.

Hamzah yang sedang sibuk main ponsel karena belum ada yang transaksi, mendongak. "Nape sik?" tanyanya, malas. Dia tuh paling sebel kalau Alif sok-sokan heboh, ternyata yang dibawa tuh berita ngga penting.

"Gue ada berita baru! Penting!" Alif melepas tas yang menyilang di depan dadanya sejak tadi. "Lo tahu ngga, tadi gue tuh ya---"

"Alif?!" panggilan seseorang atas namanya, membuat Alif menoleh. Sedetik kemudian, jantungnya menggelosor.

"Kak Sarah?" gumamnya seorang diri. Senyuman kaku tercetak selagi Alif melambaikan tangan ke arah perempuan yang kini tengah tersenyum ramah padanya.

"Siapa tuh?" tanya Hamzah. Kali ini pertanyaannya terdengar lebih antusias daripada sebelumnya. Karena, hey, Alif ini ngga pernah deket sama cewek mana pun. Makanya Hamzah kan selow mengetahui Alif ngebucin ke adik perempuannya yang namanya Hanifa. Tapi mungkin Hamzah lupa bahwa ini cewek pernah ke sini bersama Gatta. Kayaknya saking Gatta sudah tidak pernah masuk obrolan Uthi, atau memang Sarah sudah lama sekali tidak pernah terlihat.

Mengabaikan pertanyaan Hamzah, Alif bergegas menghampiri si pemilk suara yang tadi memanggilnya.

"Hai, apa kabar?" tanya Sarah yang hari ini kelihatan cantik sekali dengan wajah berbinar penuh semangat. Tampil kasual dengan kaos santai dan celana jeans sebatas betis.

"B-baik," Alif duduk di seberang Sarah dengan lagak malu-malu. Hatinya jelas meletup karena setelah sekian lama, Sarah masih mengenalinya.

Lama banget ini hampir satu semester kali ngga ketemu Sarah yang berhasil mengalihkan dunia Alif wakwakwak, sebelum Alif tahu bahwa Sarah lebih tua dari Alia sih tepatnya.

Terakhir mereka ketemu dan ngobrol kayaknya waktu gadis ini putus dari Gatta deh. Sejak saat itu, Sarah ngga pernah ke kafe lagi. Ya maklum lah, Noumi juga ngga pernah ke kafe sejak putus dari Johnny.

"Hari Minggu kemarin juga gue ke sini," kata Sarah sembari mengaduk minuman di hadapannya. "Tapi lo ngga ada."

Mendengarnya, senyum senang Alif otomatis terbentuk. Sarah nyariin dia apa ya?

"Hm, kemaren Ahad ke mana yak?" Alif bego secara alami. "Eh, betewe selama ini ke mana aja, Kak? Ngga pernah ke kafe?"

"Gue dipindah dinas," sahut Sarah. "Ke Papua haha bercanda. Dipindah ke area Sumatera. Nomaden. Kadang di Barat, kadang di Selatan, gitu-gitulah."

Canggung, Alif manggut-manggut menanggapi cerita Sarah.

"Sekarang udah balik di sini?" tanya Alif, bingung mau nanya apa lagi.

"Iya. Suami gue kerjanya di sini," jawab Sarah, yang bikin Alif auto membeliak.

"Suami?!"

"Iya," Sarah tertawa. "Lo ngga lihat ya, apdetan wasap gue? Eh, lo pasti ngga lihat ya. Hape gue sempet hilang, nah yang baru itu kan ngga punya kontak lo. Abisan lo ngga pernah chat gue sih."

Mengetahui gadis yang sempat jadi incarannya ini sudah menikah, otak Alif rasanya macet.

Kehadiran Hamzah membuat keduanya menghentikan obrolan. Hamzah dengan baik hati membawakan seporsi kentang goreng dan saos tomat buat dinikmati dua orang yang sedang berbincang ini.

"Cemilan," kata Hamzah, tersenyum sopan pada Sarah. "Temennya Kak Alia ya?"

Hamzah nebaknya begitu. Karena biasanya Alif memang disapa akrab oleh teman-teman atau kenalan-kenalan Alia.

"Alia?" tanya Sarah, bingung. "Oh, hai, saya Sarah."

Uluran tangan Sarah dibalas tangkupan tangan sopan oleh Hamzah.

"Saya Hamzah, temennya Alif," kata Hamzah. "Ini buat cemilan. Lanjutin aja ngobrolnya, maaf saya udah ganggu sebentar..."

Alif merasa dia tidak harus menjelaskan siapa Sarah ini. Baguslah kalau Hamzah berpikir bahwa Sarah ini adalah temannya Alia.

"Thanks ya, Hamzah," balas Sarah dan dengan senang mulai mengambil satu kentang goreng yang disediakan tersebut.

Hamzah berlalu, kembali ke mejanya. Sementara Alif bingung mau melanjutkan pembicaraan apa dengan perempuan ini. Lagian, dia sudah tidak punya benih-benih suka pada Sarah sebanyak dulu itu tuh.

"Selamat menempuh hidup baru kalau gitu ya, Kak," ucap Alif. Tapi kekehan Sarah membuatnya terkejut.

"Hidup baru ya," Sarah mengusak rambutnya sendiri, melanjutkan melahap kentang goreng. "Gue lebih suka hidup lama gue--hm, betewe, lo masih kuliah atau udah lulus?" tanyanya.

"Masih kuliah," sahut Alif cepat. Melihat kentang goreng yang kian berkurang. "Semester ini masuk semester lima."

"Mulai sibuk dong?" tanya Sarah dengan tawa kecilnya. Bikin Alif semakin merasa kikuk.

Entah kenapa, hawa perbincangan kali ini terasa tidak nyaman sama sekali di sisi Alif. Padahal sejak obrolan terakhir mereka, meski Alif gamang setelah mengetahui usia Sarah yang terpaut jauh dengannya, Alif berharap akan ada obrolan lainnya. Kendati kenyataannya Sarah tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi di area kafe, tapi Alif menyukai obrolan yang pernah terjadi di antara mereka.

Sekarang kok gini?

Apa karena dirinya sudah tidak menyimpan rasa ya terhadap perempuan ini? Atau karena mengetahui Sarah sudah bersuami?

"Sibuk mah ya sibuk terus, kak," Alif menggaruk kepala belakangnya dengan canggung. Dilihatnya Sarah manggut-manggut.

"Hm, Alif," kata Sarah lamat-lamat. "Gue boleh minta nomor hape lo lagi ngga ya?"

[]

*Wah jangan lah kalau udah nikah mah! Dahlah terus ngebucin ke Hanifa aja, boi!

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang