Serial The JAHat Stories - 102. Kejadian Luar Biasa
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2021, 21 Juni
Note : Infoin typo yaaa
-::-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mobil yang dikendarai Johnny melaju dengan hati-hati selagi menyusuri lahan parkiran yang berada di basemen. Di kursi belakang, Kasih dan Ulya sudah terlibat percakapan, saling memperkenalkan diri. Rupanya Kasih berselisih usia setahun di bawah Ulya.
"Aku panggil Mbak dong ya?" tanya Kasih.
"Ngga usah, panggil Cantik aja---haha, becanda. Panggil Ulya aja," sahut Ulya. Alif melihat keduanya dari spion tengah ketika mobil mulai melaju pelan meninggalkan lahan parkir.
"Kasih sekarang sibuk apaan?" tanya Alif.
"Kerja maksudnya ya?" Kasih balik bertanya, "Belum kerja, Mas. Kemarin sempet kerja tapi bagian riba gitu aku ngga mau, jadi keluar baru dapet seminggu..."
Alif manggut-manggut.
"Sekarang nyari kerjaan?" tanya Johnny yang sibuk menyetir.
"Iya, masih nyari-nyari sih. Nunggu-nunggu panggilan interview jadi ya ngerjain donasi gitu aja ngga apa-apa," jawab Kasih. "Ngisi waktu."
"Hooo, ya ya, bagus," komentar Alif. "Donasinya ke panti asuhan atau gimana? Waktu itu Jojon pernah jelasin tapi gue males dengernya, hehe..."
"Ada beberapa panti yang kita bina sih sebenernya. Tapi untuk saat ini lebih ke anak jalanan dulu, Mas," jawab Kasih. "Jadi nanti donasi yang terkumpul dibeliin makan siang, atau kebutuhan mereka belajar. Kayak alat tulis atau tas, atau sepatu kalau dananya ada."
"Wah, keren dong?" respons Ulya, takjub. "Beliin sepatu sekolah, gitu? Aku mau ikutan kapan-kapan, semoga ada rezekinya mereka di aku ya."
Johnny melirik Ulya dari kaca spion, agak-agak bingung dengan kalimat barusan.
Kok ada rezeki anak-anak jalanan di dia dah? Harusnya kan, semoga ada rezeki buat ngasih donasi. Gitu bukan sih?
Johnny membuka kaca jendela mobil di sebalah kanan ketika mereka tiba di pintu keluar. Satu orang petugas mengecek STNK kendaraan Johnny sebelum mempersilakan mereka melanjutkan perjalanan.
"Lah, tip dari gue ditolak," Johnny melihat pada Alif. Satu lembar uang sepuluh ribu mendarat di laci dasbor. Mereka memang tidak dikenakan biaya parkir karena kertas parkir tadi pagi ditandai sebagai tamu undangan pesta pernikahan Bapak Adit.
Mobil melaju lagi setelah berhasil keluar dari parkiran. Jalan raya tidak begitu ramai mobil di jam begini. Mungkin karena akhir pekan.
"Kurang kali, Jon. Mobil mahal, ngasih ceban. Yhaaa!" Alif tertawa di kursi depan.