38. Now You Know

1.1K 185 92
                                    

Serial The JAHat Stories – 38. Now You Know

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 3 Juli

-::-

"Ada Johnny ya?"

"Iya, Umma."

"Minta tolong Johnny turun sebentar, Zah. Ada perlu."

"Perlu opooo..."

"Ini, sistem penjualan di bawah perlu dibenerin dikit. Ulya bilang, kadang error. Dia harus shut down sistemnya biar bener. Harusnya ngga gini."

"Hm."

"Makasih ya, anak shalih..."

"Hm."

Hamzah meletakkan kembali gagang telepon di tempatnya, lantas melirik Johnny yang lagi asik minum es capuccino sambil main hape. Bahagia sekali muka si Johnny. Mungkin lagi chat sama Noumi.

"John," panggil Hamzah. Tapi Johnny kupingnya lagi dipinjem Pak Presiden buat mendengarkan keluhan rakyat atas kenaikan bahan bakar yang diam-diam membakar rakyat huhu.

Jadi, Hamzah inisiatif buat nyamperin Johnny aja.

"Paan?" Johnny mendongak dari tempatnya duduk.

"Ke bawah."

Hamzah gitu sih ya, sementang Johnny tuh sohibnya yang udah kayak sodara sendiri, jadi bikin dia songong aja gitu. Kan ibunya minta tolong biar Johnny ke bawah, ke toko. Tapi Hamzah malah menyampaikan pesan ibunya seolah itu perintah dari tuan besar.

Johnny kan independent. Dia mau bantuin soal sistem di bisnis keluarganya Hamzah ya karena Hamzah udah dia anggap---ah sudahlah. Hamzah memang begini. Urutan lahir aja yang sulung.

"Pain?" tanya Johnny sambil menggerakkan tangannya yang memegang ponsel. "Gue lagi chat nih!"

"Sama Noumi?"

"Bukan! Sama Olivia," Johnny menaik-turunkan alisnya. "Cakep nih, Zah. Naksir lu kalau lihat!"

"Kaga peduli," Hamzah menarik lengan baju Johnny, "Ke bawah dulu, emak gue minta lo ke bawah."

Binar di wajah Johnny terlihat. "Mau bagi kue yak? Waaah, anaknya pelit, emaknya mah baek banget..."

"Yayaya," kata Hamzah. "Eh, bentar, gue rapiin transaksi dulu, nanti kita ke bawahnya barengan."

Hamzah menyelesaikan urusannya dalam beberapa menit, ketika jam dinding di kafe hampir menyentuh waktu pukul tiga siang. Tedjo yang dari tadi wara-wiri melayani pengunjung, menyeka keringatnya ketika melewati anak pemilik kafe yang ganteng itu.

"Djo, gue ke bawah dulu sama Johnny," kata Hamzah. "Gue tinggal ngga apa-apa?"

Tedjo memerhatikan sekeliling. Tinggal dua meja yang terisi, jadi dia mengangguk. "Iya. InsyaaAllah."

Bersamaan dengan itu, pintu kafe terbuka. Ada Alif di sana. Datang dengan kemeja garis abu-abu, dan mukanya terlihat lelah. Padahal dia kan lagi libur juga, kayak Hamzah. Mereka kan satu kelas.

"Alhamdulillaah, bala bantuan datangs! Kirain abis Asar datengnye," kata Hamzah ke arah Alif. "Wa'alaykumussalaam..." jawabnya atas salam yang Alif lontarkan barusan. "Komuk lo kenapa dah, Lif? Kusut amat?"

"Auk ah," jawab Alif. "Gue cerita juga lo kaga paham, lo kan kaga punya kakak cewek."

Hamzah dan Tedjo tertawa. Oh, ini tentang Alia.

Tedjo menepuk lengan atas Hamzah, meminta diri untuk kembali ke dapur.

"Woi, jadi ga?" tanya Johnny, di mejanya.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang