57. Makan Bakso Bareng

953 205 67
                                    


Serial The JAHat Stories - 57. Makan Bakso Bareng

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 28 Desember

-::-

Johnny mengaduk kuah bakso yang masih bercampur dengan isiannya. Porsi bakso ini kalau Johnny bilang mah, ya kurang. Dia biasanya makan dua porsi neh kalau lagi ngebakso bareng dua sohibnya di sini.

Tapi berhubung dia sekarang bukan lagi makan bareng Hamzah dan Alif, jadi agak-agak bimbang. Ditambah dengan kenyataan bahwa dia dibayarin nih makan baksonya. Sama Silmi, hehe.

Iya, Silmi ngajak Johnny untuk makan bakso selepas perkuliahan sore ini, sekitar jam empat sore. Mereka janjian lewat aplikasi wasap. Yoi, nomornya Johnny juga udah dipunyain sama Silmi. Emangnya dua bocah itu doang, heh?

"Kayaknya kurang ya?" kata Silmi begitu menyendok satu suapan.

Johnny langsung mengangguk, "Iya nih, emang kurang banget. Biasanya gue makan dua porsi. Lo suka makan juga ya?"

Seneng banget dia, ada cewek demen makan. Jadi inget Noumi kan dianya. Yah, baper dah.

"Huh?" Silmi terlihat bingung. "Maksud saya, garamnya. Kayaknya kurang asin," sambungnya. Bikin Johnny salah tingkah aja.

"Oh, kirain it---itu, hm..."

Silmi tertawa. "Kamu kurang kenyang ya kalau satu? Pesan lagi aja, ngga apa-apa kok."

Dan Johnny menanggapinya dengan tawa kecil sembari melanjutkan suapannya.

"Gampang itu sih," kata Johnny. "Oh iya, gimana kabarnya nih? Sebagai anak baru banget di kampus, di Jakarta, di Indonesia... Ngerasa enjoy ngga?"

"Alhamdulillaah," Silmi menyampirkan khimarnya agar tidak terkena kuah. "Saya udah pernah ke perpusnya, terus masjidnya juga bagus ya? Ramai juga, ternyata."

Johnny menelan ludah, mengingat bahwa dia jarang ada di keramaian yang dimaksud.

"Saya suka, azannya terdengar sampai ruang kelas."

"Oh iya, itu katanya ide dari anak-anak pengurus masjid kampus, rohis-nya atau apalah. Ngasih ide biar azan masuk ke pengeras suara di ruang-ruang kelas. Kan kegiatan ngajar juga stop dulu kalau lagi azan."

"Itu dia. Wonderful ya?" kata Silmi. "Di Korea sana ngga ada."

Johnny cuma diam, tapi kemudian mengangguk. Masalahnya, selama dia belajar di kampus, azan ngga pernah se-wonderful seperti yang dikatakan oleh Silmi barusan. Bagi Johnny, azan ya cuma suara aja. Meskipun kata Alif, itu tuh panggilan penuh kasih sayang, apalah apalah.

Bagi Johnny, azan ya cuma sekadar lewat. Bukan sesuatu yang harus dinikmati. Apalagi sampai menyebutnya dengan kata wonderful.

Rupanya bagi yang tinggal lama di negara minoritas muslim, azan tuh se-wonderdul itu ya.

"Woah, subhanallaah," kata Silmi lagi.

Menoleh, Johnny mendapati Silmi sedang mengunyah sesuatu dalam mulutnya.

"Baksonya enak banget ya," kata Silmi lagi. Mukanya semringah. "Ayah saya bilang, ini hampir sama enaknya dengan yang Mami masak."

"Mami lo pinter masak?"

Nyengir, Silmi menyahut, "Lumayan," katanya. "Mami kamu juga? Kalau melihat, saya tebaknya Mami kamu pinter masak. Kamu pasti suka makan ya?"

Johnny tertawa kikuk. Dia harus senang atau sedih nih?

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang