71. Sidang di Garasi

964 212 198
                                    

Serial The JAHat Stories – 71. Sidang di Garasi

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 12 Agustus

-::-

Sepasang mata seorang pemuda tampak menyala memerhatikan hotel yang tak jauh dari tempatnya berdiam. Hamzah, pemuda yang sejak tadi tak melepaskan intaiannya pada orang yang hendak dia mintai keterangan, menghela napas pendek sembari menahan kantuk.

Ini sudah pukul delapan malam lewat dua puluh dua menit. Sedikit banyak, Hamzah mulai khawatir bahwa buruannya sudah tidak lagi berada di hotel yang kini sedang ia awasi.

Duduk di kursi bagian tengah mobil, ada Johnny yang rebahan dengan mata terkatup. Di kursi bagian belakang mobil, ada Alif yang fokus menyantap makanan yang ada.

Malam ini, mereka sengaja berdiam di dalam mobil merah milik Johnny, menunggu incaran mereka keluar dari hotel. Sudah sejak sore tadi ketiganya berada di mobil ini dan meninggalkan lokasi hanya ketika waktu shalat tiba. Anak-anak shalih, emang. Kalau Johnny sih ya terpaksa ikut aja dah, daripada kena ceramah.

Hari ini, sejak sore sampai malam menjelang begini, Johnny-Alif-Hamzah melakukan pengintaian pada satu sosok yang diduga sebagai orang yang bertanggung jawab atas kejadian buruk yang menimpa adik perempuan Hamzah; Hanifa.

Beberapa pekan lalu, Hanifa dan Zaid mengalami kejadian buruk. Menurut pengakuan Zaid, ada orang yang hendak mencelakai Hanifa. Tapi Zaid tidak menyebut siapa orangnya. Setelah upaya-upaya yang dilakukan Hamzah untuk mengorek keterangan adiknya sendiri, lalu beragam cara, maka didapat lah satu nama; Wangsa.

Johnny yang mendapat laporan dari Hamzah langsung mengerahkan orang suruhan untuk menyelidiki siapa si Wangsa ini. Tentu saja dengan mudahnya orang suruhan Johnny mendapati Wangsa berstatus ebagai pelajar di sekolah yang sama dengan Hanifa dan Zaid.

Juga sederet kebobrokan Wangsa yang lainnya.

Jadi, dengan tekad yang bulat, Hamzah merasa sudah waktunya dia mengambil tindakan atas pelaku kejahatan yang melenggang dengan bebasnya. Dia sendiri tidak habis pikir, kenapa Hanifa tidak mengungkap pelaku yang jelas-jelas adalah teman sekolahnya?

"Heh, itu dia bukan?" Hamzah memukul tubuh Johnny yang agaknya tertidur dalam misi kali ini, ketika melihat seorang yang dia kenali sebagai tertuduh utama, keluar dari hotel seorang diri.

Ada rasa lega menyelimuti Hamzah sebab mangsanya ini rupanya masih ada di tempat sasaran.

Mendengar suara Hamzah, refleks Johnny bangkit dari berbaringnya. Begitu juga Alif yang buru-buru melepas pegangannya terhadap biskuit abon kesukaannya.

"Mana? Mana?" tanya Alif, antusias.

Jelas lah, antusias. Alif rasanya mau melayangkan beberapa pukulan ke si Wangsa itu kalau benar dia adalah pelaku yang mengganggu Hanifa. Jodohnya diganggu gitu! Enak aja!

"Bener, Zah. Gue apal banget sama muka brengseknya!" kata Johnny dengan tangan terkepal penuh amarah. "Ikutin, Zah!"

Johnny bersiap membuka pintu mobil ketika pemuda bernama Wangsa itu berjalan mendekati mobil merah tersebut. Dan begitu berada di luar mobil, Johnny segera menyebut nama si tertuduh.

"Wangsa!" teriak Johnny seketika.

Dan memang benar pemuda itu bernama Wangsa, sebab begitu nama tadi diteriakkan, si pemuda langsung menoleh. Tapi Johnny lebih cepat, sebab dia sendiri memang yakin bahwa si muka-brengsek ini adalah tertuduh utama dalam kejadian buruk yang menimpa adik dari sahabatnya.

Sigap, Johnny menarik tubuh Wangsa ke dalam mobil. Beruntung tubuh Johnny lebih besar dari Wangsa, jadi berhasil membuat Wangsa masuk ke dalam mobil. Coba kalau Alif, bisa keseret lari sama Wangsa tuh!

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang