Serial The JAHat Stories – 88. Pelajaran di Jogja
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2020, 10 April
Note : Infoin typo yaaa
-::-
What's yours will find you.
[ Sayyidina Ali Bin Abi Thalib ]
Paginya, kelar shalat Subuh, Hamzah nge-gym yang merupakan fasilitas hotel, bareng Alif, Johnny, dan Zeyara. Sekalian ngebahas kronologis tercecernya dompet milik Johnny Putra Mahesa sejak semalam.
"Lo yakin, ngga dicopet?" tanya Hamzah ketika mereka berjalan di atas threadmil. Hamzah sih jalan santai, Johnny udah lari-lari, sementara Alif dan Zeyara masih mencet-mencet tombol yang ada di mesin.
"Kaga," jawab Johnny dengan peluh bercucuran, "masa iya gue dicopet terus ngga ngeuh dah?"
"Yeee, namanya dicopet. Kalau ngeuh namanya dirampok," dumal Hamzah.
Johnny diam, fokus pada lari di tempat yang sekarang ia kerjakan. Setelah ini mereka mau sarapan, lalu berenang, dan Hamzah bersiap pulang bersama adik-adiknya. Flight Johnny dan Alif yang dijadwalkan sore nanti, memungkinkan mereka untuk mampir dulu ke kantor polisi terdekat untuk membuat surat keterangan kehilangan dompet. Soal ambil uang, Johnny bisa ambil di ATM dengan metoda tarik tunai tanpa kartu, yakni melalui ponselnya yang dia harap ngga ikutan hilang juga.
"Emang kudunya gue ngga usah ikutan ya, Zah," kata Johnny setelah memelankan kecepatan threadmil-nya. "Dari awal kan gue udah bilang ngga mau ikut, pake tiba-tiba ke sini segala."
"Jangan gitu, bro," Hamzah menepuk lengan sohibnya. "Semua pasti udah ada aturannya masing-masing. Coba diambil hikmahnya aja," ucapnya. "Emang ngga enak sik kehilangan dompet, tapi ya gimana lagi?"
Percakapan mereka terhenti dengan suara heboh di sebelah Johnny.
"HEH INI GIMANA DAH?" Alif lompat dari threadmil-nya yang tiba-tiba melaju kencang. Di dekatnya, Zeyara tertawa sampai tubuhnya merunduk.
"Apaan seh ini bocah berdua?"
Hamzah menarik lehernya, memerhatikan Alif dan Zeyara yang kini sudah tertawa bersama, sementara petugas gym bergegas mendekati mereka dan mematikan mesin.
"Sori, Mas, hahaha," kata Alif pada petugas yang bertanya apa Alif dan Zeyara baik-baik saja. "Ini tadi kepencet sama si Zeyara, hahaha. Maap, maap..."
"Heh, lo berdua maen itu aja tuh," Johnny menunjuk papan untuk sit-up, "kaga ribet, cuma tinggal rebahan-bangun, rebahan-bangun."
"Aaah," Alif sewot. "Masih lama ngga sih ini? Udah sejam lebih wey. Laper gue!"
Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi lewat tiga puluhan menit, sejak mereka tiba di sana sekitar jam enam pagi tadi. Memang wajar jika mereka seharusnya sarapan.
"Bentar, gue telepon Hanifa," kata Hamzah. Alif tidak menyahut, masih berjongkok di dekat threadmil sembari mendongak pada Hamzah, sedangkan Johnny kembali berlari di tempat, dan Zeyara berjalan pelan di threadmil yang tadi bikin heboh. "Zahra masih tidur katanya. Bocah sejak dapet haid, kalau mau haid katanya bawaannya pengen tidur mulu, heran."
"Wah, Zahra udah dapet period, Zah? Buset pantesan itu bocah ngajak nikah si Alif mulu," kata Johnny dengan tawanya.
"Zahra kalau mau haid biasanya galak tauk, Mas," Zeyara bersuara, "tapi kemaren seharian tumben ngga ada galak-galaknya..."
"Kesenengan dia sih," balas Hamzah, "diajak naek becak sama Mas Johnny-nya," ucapnya dengan bibir miring-miring. Tapi Johnny tertawa.
"Weh, jadi sarapan ngga seh? Gue pingsan neh entar?" kata Alif kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The JAHat Stories
HumorKisah Trio JAHat; Johnny Alif Hamzah always together... yang TANPA FAEDAH. Minat nyimak? Buang waktu ae lau! Ngga ada faedahnya, tjuy!