65. Makan Seafood Bareng

1.3K 246 87
                                    

Serial The JAHat Stories – 65. Makan Seafood Bareng

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 17 Maret

Note: Asiq sebelum baca ini, baca Keluarga A: 25. Mau Makan Seafood

-::-

"MaasyaaAllah ya, bisa kebetulan ketemu begini," ucap Ibu Hanun pada keluarga Ulya yang ikutan gabung di meja mereka.

Posisi duduk terpaksa berubah, yang tadinya seenaknya aja bisa duduk di mana, Hamzah dan adik-adiknya harus mau diatur oleh sang ibu. Tadinya, ada sepuluh kursi di sana, tapi kemudian Zidan dipangku Hanifa, hingga ada dua kursi bisa digunakan plus tiga kursi tambahan.

Bapak Kahfi duduk berdampingan dengan Ibu Hanun, berderet di samping mereka ada Hanifa dengan Zidan, Jafar, Zeyara, Nida, dan Hafiza. Di sudutnya ada Hamzah. Lalu di hadapan mereka, ada Bapak Junaedi, Ibu Halimah, Gara, Gaza, Ulya, Zahra, dan Nada.

Huwah, ribet ya!

"Saya seneng lho, bisa makan bareng gini, Bu," kata Ibu Hanun lagi.

"Iya, tadinya mau pulang," Ibu Halimah senyum-senyum senang, "alhamdulillaah dapet duduk..."

Pesanan tambahan datang karena mereka tambah orang. Ulya yang pusing sendiri; Nanti bayarnya gimana kalau pesenannya disatuin gini...

"Ini anaknya Bapak yang paling besar?" tanya Bapak Kahfi, mengacu pada Gara.

"Iya, Pak. Namanya Gara, yang itu Gaza," sahut Bapak Junaedi.

"Gaza temen sekolah Fiza, Appa," kata Hafiza di ujung sana.

"Oh, gitu?" respons Bapak Kahfi.

"Iya, Pak, hehe, dapet beasiswa," balas Bapak Junaedi cepat.

"Wah, alhamdulillaah. Cerdas dong ya," kata Ibu Hanun.

"Gaza jago panahan, Umma. Berapa kali ikutan panahan bareng Mas sama Zaid," kata Jafar. "Futsal juga jago."

"Wah, maasyaaAllah," kata Ibu Hanun lagi. "Ulya kok ngga pernah cerita?"

"Hehe," Ulya cuma nyengir.

"Gara sibuk apa sekarang? Kerja? Kuliah?" tanya Bapak Kahfi, agaknya masih tertarik dengan obrolan tentang Gara.

"Ndak kerja e, Pak," sahut Bapak Junaedi. "Kuliah juga ndak lanjut karena ndak ada biaya."

"Ngga kerjanya, memang belum dapet kerja atau memang lagi ngga mau kerja? Mungkin mau istirahat?"

Bapak Junaedi melirik istrinya sendiri, lalu terkekeh pelan melihat kembali pada Bapak Kahfi. "Belum kerja."

Bapak Kahfi angguk-angguk. "Kalau ada lowongan pekerjaan, mau? Nanti saya kasih info perusahaan adik ipar saya, kayaknya lagi butuh karyawan. Ngga lihat basic pendidikannya, tapi tetap harus ikut tes, untuk memperkirakan cocoknya ditempatkan di bagian apa."

"Wah, boleh, Pak," kata Anggara Bin Junaedi. Mengingat Alia bekerja sebagai manajer, siapa tahu ya kan, dia keterima juga sebagai manajer!

"Tapi yang rajin kerjanya," kata Ibu Hanun kemudian. "Kerja di tempat ipar saya, enak lho. Jarang yang keluar dari sana kalau bukan karena menikah atau melahirkan. Sekarang perusahaannya lagi ber-flower makanya kayaknya butuh karyawan baru. Ya, Appa, ya?" ucapnya, meminta persetujuan sang suami.

Bapak Kahfi mengangguk. Tapi Ibu Halimah mengernyitkan alis.

"Ber-flower itu apa ya, Bu?"

"Berkembang, Bu. Hahaha," kata Ibu Hanun.

Sementara anak-anak mendengarkan dengan sebelah-sebelah. Zahra sibuk melepas moncong udang dari dagingnya, lalu Nada berteriak ketika Hafiza menggoyang botol saos dengan keterlaluan sampai isinya terpercik ke pipinya. Gara asik melahap makanannya dengan serius, sedangkan Gaza melihat keluarga Hafiza dengan takjub.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang