Serial The JAHat Stories - 26. Rezeki
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2018, 24 Maret
-::-
Hamzah dan Alif sampai di kafe sekitar pukul setengah dua siang. Keduanya memang hanya ada kelas sampai jelang Zuhur kalau hari Jumat. Beda dengan Johnny yang abis Asar baru selesai mata kuliahnya. Tedjo lagi beres-beres bagian meja bar di dekat mesin transaksi ketika keduanya tiba.
"Bor," kata Hamzah pada Tedjo, "Emak gue bilang, lu mau ambil libur ya, Senin sama Selasa?" tanyanya.
Tedjo ini berdedikasi banget. Aslinya sih jomblo taat gitu. Jarang ambil libur. Ya kata dia, ngapain di rumah, mendingan kerja. Tapi kadang dia ambil libur juga sih. Kalau ngga Senin, ya Selasa. Antara dua hari itu deh. Kalau mepet banget, bisa ambil weekend. Nanti kalau Weekend di-handle sama Jafar dan Zaid dari buka sampe tutup, dibantu Hamzah and the gank tentunya. Tapi itu jarang banget. Hampir enam bulan kerja di sini, Tedjo palingan ambil libur weekend sekali, libur biasa ya paling sebulan sekali atau dua kali, ngga lebih.
Makanya Ibu Hanun sayang banget sama Tedjo.
Eh, maksudnya tuh, ya di mana lagi cari pegawai kayak gini. Udah gitu kalau lagi sepi, dipake Tedjo buat murojaah tuh waktu lowongnya. Berkah banget ini kafe kan jadinya.
Tapi kafe lumayan sering tutup, kayak Ramadhan gitu tutup full sebulan plus sepekan awal di bulan syawal. Parah kan, tapi Tedjo bersyukur alhamdulillaah. Waktu itu dia baru kerja sebulan tuh, masuk Ramadhan dan dikabarin begitu, eh ternyata tetep dikasih gaji full sebulan juga cuy. Gimana anak orang ngga berdedikasi coba?
Ini pimpinan model Ibu Hanun memang mesti dilestarikan.
"InsyaaAllah," jawab Tedjo. "Mau mudik, hehe."
"Kampung lo di mana deh?" tanya Alif, yang mulai ngemil makaroni kering yang dia bwa dari rumah.
"Batu, Malang," kata Tedjo. "Maen-maen lah, lebaran."
"Wah, boleh juga tuh," kata Alif. "Di Malang kan ada Masjid apa deh yang bagus banget itu tuh?"
"Masjid Agung Malang," ucap Tedjo. "Gampang, insyaaAllah gue anterin kalau lo pada ke sana."
"Asik nih!" Alif terlihat semangat. "Kuy, Zah!"
"Kay kuy kay kuy aja lu," gerutu Hamzah. "Bentar lagi UTS neh ah elah, jangan sampe gue remed kayak kemarenan."
"Elu makanya jangan merem pas masukin ID," kata Alif lagi. "Ya udah, pas liburan semester ae kita jenjalan."
"Heh, kalau lu sama gue hangout di Malang bareng Tedjo, lu pikir yang jaga kafe siapa?" tanya Hamzah, ikutan mencomot makaroni milik Alif.
"Adek lo kan ada lapan tuh, mereka lah dimanfaat---HAHAHA!" Alif ngakak ketika sebutir makaroni terlempar ke wajahnya.
"Oh iya," Hamzah tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menghampiri telepon yang menempel di dinding dekat pintu masuk ke dapur. Telepon itu menghubungkan kafe dengan butik dan juga ruang shalat di atas. Jadi kalau nyari orang ngga perlu repot pake pulsa atau turun naik.
Cukup terdengar nada sambung dua kali hingga sambungan telepon Hamzah ke telepon yang ada di butik tersambung.
"Ul, ini maenan hape lo tadi lepas kayaknya, ketinggalan di mobil. Ada di gue nih. Naek, buruan."
Hamzah entah menginformasikan, atau merintah, atau apa, entah. Tapi dijawab 'iya' juga oleh Ulya. Telepon ditutup dan Hamzah kembali menghadap Alif yang masih asik makan makaroni. Tedjo sudah ke dapur untuk memastikan semua peralatan dapur sudah siap dipakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The JAHat Stories
HumorKisah Trio JAHat; Johnny Alif Hamzah always together... yang TANPA FAEDAH. Minat nyimak? Buang waktu ae lau! Ngga ada faedahnya, tjuy!