Serial The JAHat Stories - 45. Shalawat Pilihan
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2018, 4 September
Note : Ada baiknya simak shalawat yg dicantumkan di mulmed dulu ya biar paham pas baca ^^ allaahumma bariklahum 💖
-::-
Sore jelang jam lima ini, Hamzah menemani Johnny yang dapat tugas untuk ngutak-atik sistem di butik. Karena beberapa kali tertampil di layar bahwa server-nya error pas Ulya mau bikin laporan harian. Jadinya, Ulya harus restart dulu biar sistem bisa dipakai buat transaksi.
Johnny tampak serius ngecek sistem dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya, sementara Hamzah nungguin sambil sesekali bicara tentang kampus.
Ulya?
Dari tadi dia sibuk beresin baju-baju yang dicoba calon pembeli dan ditinggal di sembarang tempat.
"Ya gue diem aja, John, dosen udah ngomong begitu," kata Hamzah di antara curhatannya pada karibnya.
Johnny nyengir, "Bagus bukan dosen gue," katanya dengan jemari menekan-nekan keyboard PC bergantian. "Kalau dosen gue, abis gue amuk."
Hamzah tertawa. "Tahu banget gue elah, elu mah modelan begitu," ucapnya. "Gue sih masih mikir, dia hidup duluan ke mana-mana dari gue. Sopan dikit lah..."
Percakapan mereka terhenti ketika telinga Hamzah sayup-sayup mendengar Ulya menyenandungkan sesuatu.
"Allaahul kaafi, Rabbunal kaafi. Qashadnal kaafi, wajadnal kaafi. Likulli kaafi, kafaanal kaafi. Wa ni'mal kaafi, Alhamdulillaah..." Ulya menggeser beberapa baju yang menggantung di depannya, agar satu baju muat di sana. "Hasbunallaah wa ni'mal wakiil, ni'mal maulaa wa ni'mannashiir."
Hamzah menoleh, mencermati gadis di dekatnya yang agaknya tahu diri kali ini tidak diajak ngobrol sama sekali.
Ulya mah santai. Bentar lagi pulang, dia mau ikut shalat tasbih bareng ibunya di dekat rumah. Makanya kalau Kamis tuh Ulya paling semangat mau pulang.
"Allaahul kaafi, Rabbunal kaafi. Qashadnal kaafi, wajadnal kaafi. Likulli kaafi, kafaanal kaafi. Wa ni'mal kaafi, Alhamdulillaah..." ulang Ulya sambil berpindah ke rak lainnya.
"Lo tahu juga shalawat yang itu, Ul?" tanya Hamzah, menopang kepalanya dengan tangan kanan.
Merasa ditanya, Ulya menoleh. "Shalawat apaan, Mas?"
"Itu yang lo senandungin barusan?"
"Oh, iya, ini baru dikasih adekku," Ulya cengengesan. "Mas Hamzah tahu juga?"
"Tahu lah."
"Suka juga?" tanya Ulya, makin semangat.
Hamzah menyunggingkan senyum, lalu mengangguk kalem. Bikin lutut Ulya agak-agak gagal menahan berat tubuhnya sendiri. Jadi, Ulya berpaling dan kembali memusatkan perhatiannya pada deretan baju yang kini ia rapikan dengan kikuk.
"Nyokap gue dulu suka senandungin buat gue," kata Hamzah.
Johnny melirik Hamzah dari tempatnya bekerja. Dia selalu sensitif dengan kata Nyokap Gue yang dikatakan Hamzah. Pasti Hamzah mau bangga-banggain emaknya nih, pikir Johnny seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The JAHat Stories
MizahKisah Trio JAHat; Johnny Alif Hamzah always together... yang TANPA FAEDAH. Minat nyimak? Buang waktu ae lau! Ngga ada faedahnya, tjuy!