82. Semeja

665 152 47
                                    

Serial The JAHat Stories – 82. Semeja

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 23 Maret

-::-


Hari ini, Alif dan Hamzah mampir ke rumahnya Johnny untuk makan malam bersama. Undangan khusus yang disampaikan oleh Johnny pada dua sahabatnya ini adalah terkait keinginan sang ibu yang ingin mengenal teman-teman baik anaknya.

Mami-nya Johnny sih minta agak sepuluh atau lima belas orang gitu yang diajak putranya ke rumah. Tapi Johnny bilang dia cuma punya dua teman baik.

"Assalamu'alaykum, Tante," sapa Alif begitu pintu rumah Johnny yang mewah dibuka oleh pemilik rumah.

Johnny memeluk Mami dengan kikuk di depan dua sahabatnya. "Ini temen-temen saya, Mi."

"Saya Alif..." Alif menyapa Mami dengan dua tangan menangkup di depan wajah.

"Hooo, iya. Halo, Alif," ulang Mami, merasa kikuk sendiri karena biasanya dia cipika-cipiki kalau saling sapa.

"Saya Hamzah, Tante," ucap Hamzah, juga berlaku seperti Alif.

"Alif," Mami menunjuk Alif, lalu menunjuk Hamzah, "Hamzah," ulang Mami seraya berusaha mengingat. "Iya, iya, masuk yuk... Tante udah masak buat kita makan. Papi kayaknya bentar lagi sampe, John. Tadi chat, bilang udah di jalan."

Alif dan Hamzah saling lihat, lalu mengekor Johnny dan Mami yang jalan ke ruang makan sambil bergandengan tangan. Dan karena keduanya sudah pernah beberapa kali main ke rumah Johnny, jadi mereka tahu di mana ruang makan rumah ini. Itu tuh jauh banget. Harus naik pesawat dulu ke Bandara Haneda, lanjut naik bus. Hahaha, becanda.

Ruang makan kali ini tidak seperti biasanya yang cuma meja kosong melompong, melainkan ada beberapa makanan tersaji di sana. Alif sampai menelan ludah ketika mendapati matanya dimanjakan oleh potongan ayam kecap, sop ayam, empal goreng, dan ada soto daging juga. Ini mereka mau makan malam atau mau hajatan sih?

Papi datang selang tak seberapa lama tiga sekawan itu duduk menghadap meja. Alif dan Hamzah berdiri untuk menjabat tangan Papi-nya Johnny dengan sopan, kemudian kembali melingkari meja.

"Jadi kalian bukan temen sekelas?" tanya Papi pada Hamzah dan Alif.

"Ngga, Om," jawab Hamzah, nyengir.

"Kok bisa temenan akrab gini? Gimana ceritanya?" tanya Papi lagi.

"Panjang, Om, ceritanya," balas Alif. Mulutnya mengunyah daging ayam dengan wajah bahagia.

"Wah, menarik nih," kata Papi. "Kapan-kapan kita bahas ya."

Yang lain tertawa.

"Orangtua kamu bisnis apa, Alif?" tanya Mami.

"Papi punya bisnis kecil-kecilan, Tante, di bidang pengadaan barang-barang buat bangunan," jawab Alif.

"Waaah, kalau mau bangun rumah, bisa kontak kamu dong ya," ucap Mami dengan semringahnya. "Kamu nih, merendah aja. Pasti ngga kecil-kecilan dong ya, kuliah di universitas kalian kan ngga murah."

Alif cuma nyengir. Ya bener juga sih.

"Kalau kamu, Hamzah?" Mami kali ini mengarah pada Hamzah.

"Hm, semacam distributor, Tante," kata Hamzah. "Ekspor sih. Saya juga kurang paham, belum ikut-ikut ayah saya ngantor. Hehe..."

Mami manggut-manggut. "Harus paham dong, sama bisnis Papi kalian. Kan nanti kalian yang nerusin apa yang Papi kalian rintis."

"Hm, Hamzah itu punya butik sama kafe, Mi," kata Johnny tiba-tiba. Sebaiknya dia membelokkan pembahasan. "Saya sering main ke sana."

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang