72. Memberi Maaf

898 214 101
                                    

Serial The JAHat Stories – 72. Memberi Maaf

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 20 Agustus

-::-


Rasulullah bersabda dalam hadits Ibnu Abbas;
"Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru; 'Di manakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!' Dan wajib bagi setiap muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam Surganya."

-::-


Hanifa mengikuti Jafar yang mengajaknya untuk masuk ke dalam garasi di satu rumah besar yang belum pernah ia datangi. Taksi yang membawa mereka segera berlalu begitu kedua kakak beradik itu melewati gerbang tinggi yang dengan mudahnya dibuka oleh Jafar.

Ada sosok Alif yang membuka pintu garasi, mempersilakan Jafar dan Hanifa untuk lekas masuk. Dan pemandangan di dalam sontak membuat Hanifa terhenyak.

Garasi yang bisa memuat empat mobil itu hanya terisi oleh satu mobil merah yang dikenali Hanifa sebagai mobil milik Johnny, sahabat dari kakak lelakinya yang pertama. Ternyata di dalam sana bukan hanya ada Alif atau Johnny, melainkan juga ada kakak lelaki pertama Hanifa.

"Mas Hamzah!" seru Hanifa begitu melihat Hamzah di sana. Tapi kemudian rahangnya mengatup lagi, terbungkam dalam diam saat sepasang matanya menangkap orang lain yang kini duduk di kursi dengan tangan terikat dan wajah babak belur.

"Wangsa?!" ucap Jafar, refleks panik melihat teman sekolahnya ada di ruangan ini dengan wajah tak karuan. "Hyung, ini ada apaan?" tanyanya pada Hamzah.

Ditanya demikian, Hamzah tidak langsung menjawab, sebab ia memutuskan untuk memeluk Hanifa yang menggigil ketakutan dengan wajah merunduk. Dilihat dari reaksi Hanifa, maka benarlah pemuda brengsek di kursi itu yang telah mengganggu adik perempuannya.

Hamzah mengusap lembut kepala adiknya yang tertutup jilbab warna oranye, sementara Hanifa menangis. "Jadi bener si Wangsa ini yang udah gangguin kamu, Fa?"

Tidak ada jawaban, hanya anggukan Hanifa terasa di dada Hamzah, diikuti dengan cengkraman di lengan kemeja yang kini dikenakan Hamzah.

"Hyung, ini ada apaan?" tanya Jafar lagi. Benar-benar clueless akan keadaan saat ini. Dia hanya diminta oleh Hamzah untuk datang ke lokasi yang dikirim melalui pesan pribadi di wasap, dan disuruh datang bersama Hanifa, plus orang rumah jangan sampai tahu. Naik taksi aja, kata hyung-nya.

"Ini si kampret yang gangguin Hanifa, Jaf!" Alif yang menjawab. Geregetan bukan main. "Gebukin aja apa?"

Kening Jafar mengernyit. "Gangguin Hanifa?" Kemudian dia paham, "Lo gangguin Hanifa sama Zaid?" tanyanya pada Wangsa yang masih diam dengan tatapan datar.

Wangsa sungguh tidak merasakan perih luka hasil hantaman tangan Johnny di wajah dan bagian tubuhnya yang lain. Dia hanya sedang merasakan nyeri di hatinya, melihat Hanifa menangis ketakutan. Dan rasa sakit seperti ini, pernah dia rasakan bertahun lalu. Ketika sang ibu terluka melihat lelaki yang dicintainya mengkhianati cintanya.

Jafar tertatih mengarahkan kruk yang menopang bagian kakinya yang cedera. Dengan tangan bergetar hebat, dia menarik kerah jaket teman sekolahnya.

"Elu yang gangguin Hanifa sampe kayak gitu? ELU APAIN ADEK GUA?!" tanya Jafar, geram bukan main. Dia ingin sekali melayangkan tinjunya pada raut datar di hadapannya, tapi kepalannya hanya berbentuk kepalan. Tidak bergerak dari kemeja yang ia cengkram.

"Mas Jafar!" panggil Hanifa cepat. "Ayo pulang."

Wangsa menoleh, demi mendapati sepasang mata basah itu melihat ke arahnya. Hentakan rasa sakit itu terasa lagi. Rasanya malu. Rasanya juga pilu.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang