56. Kabar Bagus

928 187 60
                                    


Serial The JAHat Stories – 56. Kabar Bagus

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 18 Desember

-::-

"Keberatan ngga kalau saya duduk sini?" tanya Alif pada sosok perempuan nyaris sempurna di matanya.

Sarah lah, siapa lagi?

Sarah hari ini datang ke kafe, di hari libur cuy! Pas banget pas Alif lagi di kafe juga. Udah aja jadi momen buat Alif ngerdus ya kan. Mana ngga ada Hanifa. Duh, naluri laki-lakinya Alif kalau lihat Sarah tuh otomatis menutup ingatannya tentang Hanifa.

Hilih. Laki-laki abstrak!

"Oh, hai! Lo lagi ternyata," kata Sarah dengan begitu ramah. "Iya, duduk aja."

"Tumben, ke sini lagi," kata Alif, nyengir kaku.

"Hah? Kok tumben? Gue kan pekan kemarin juga ke sini?" kata Sarah.

"Oh iya, hehe," Alif makin kikuk.

Pekan kemarin kan yang dia ngejar-ngejar Sarah sampe keluar tuh. Heol.

"Jadi ceritanya, udah ngga badmood?" tanya Alif lagi. Duh, kardus banget.

Sarah menyeruput minumannya; matcha ice blended dengan es krim matcha.

"Ngga lah. Hidup cuma sekali, masa badmood terus," jawabnya. "Eh iya, nama lo siapa deh?"

"Alif, kak," balas Alif, agak-agak sebel ternyata nama dia dilupain dengan mudahnya.

"Ah, I see," kata Sarah, bertepuk tangan lembut. "Yang ngga pake batasa ya?"

Alif mau ngga mau ikutan ketawa.

"Jangan panggil gue Kak dong, Alif. Sok imut banget kamu tuh ya."

Alif ngga jawab. Ya abis gimana, ini cewek bahkan lebih tua daripada Kak Alia. Huhu.

"Temen lo yang punya kafe yang mana sih? Kok lo sering banget ada di sini? Serius, gue pikir lo pegawai kafe lho."

"Hehe, tuh yang itu, yang di belakang meja kasir."

"Oh," Sarah menahan suaranya. Teringat dia pernah dikenalkan dengan pemuda yang dimaksud Alif, saat dia ke sini pertama kali bersama...

Gatta, mantan pacarnya.

"Ngomong-ngomong, kok udah ngga pernah ke sini sama cowoknya, kak?" kata Alif. "Eh, iya bener kan ya, yang cowok waktu itu tuh cowoknya?"

Sarah mnghela napas, mengaduk minumannya dengan malas.

"Iya, udah ngga," kata Sarah pelan, lalu menyeruput minumannya lagi.

Telinga Alif mendadak terasa sangat sensitif dengan kalimat barusan.

"Hah? Udah ngga?" ulang Alif. "Maksudnya udah putus?"

KABAR BAGUS NEH! pikir Alif kemudian.

Sarah memandangi Alif dengan tatapan aneh.

Ya aneh lah, abisan Alif nanyanya tuh dengan raut riang gembira kayak pegawai dikabarin dapet bonus tahunan tiga bulan gaji.

Sarah dan Gatta udah putus?

UDAH PUTUS?

Mereka udah putus?

Officially?

"Bahagia amat lo denger gue udah ngga sama dia," respons Sarah, masih dengan tatapan anehnya.

Alif buru-buru mengatupkan rahang.

"Eh, itu---maksudnya..." Alif langsung kiceup.

"Lif!" panggilan Hamzah membuat Alif refleks menoleh.

"Apaan?"

"Temenin gue ke toko bawah," kata Hamzah, keluar dari meja kasir dengan membawa ponsel.

Mestinya Alif ngegerutu nih karena acara ngerdusnya diganggu Hamzah. Tapi berhubung tadi dia salah tingkah, maka gangguan ini berubah status jadi penyelamat. Saviour.

"Iya!" Alif langsung berdiri. "Eh, sori, Kak, saya tinggal dulu ya. Dah."

Alif melambaikan tangannya, lalu berbalik dan ngibrit nyamperin Hamzah. Sohibnya itu kini sedang melihat baik-baik ke arah Sarah.

"Ngapain lu?" tanya Hamzah, penuh tuduhan. "Ngerdus lu yak?"

"Hah? Apaan dah? Ngga, cuma negor doang, kebetulan kenal."

"Kenal?" Hamzah makin curiga. "Itu kan ceweknya Gatta?"

Iya, ceweknya Gatta sama dengan penolong bagi Hamzah. Karena dengan begitu, Uthi tidak dimiliki siapa pun. Huwa huwa huwahahaha!

"Lah, emang kalau gue kenal itu ngga boleh? Reseh amat lu," balas Alif. "Udah, jadi mau ke bawah ngga nih?"

Hamzah makin heran karena Alif nanya dengan cengar-cengir tiada tara.

"Lu ngapa sih, golip? Bahagia amat mau ke bawah!" kata Hamzah. "Mau ngerdusin Ulya lu ya?"

Alif langsung pasang tampang males.

"Terus aja, Zah. Suujon aja lu sama temen!"

"Ya lagian muka lo bahaya banget."

"Ganteng tiada batas yak?"

"Ngimpi lu. Hayok, turun!"

"Yok, yok!" ajak Alif.

Wajah Alif kembali semringah. Sebelum melewati pintu dia melempar pandangannya pada Sarah, dan mendapati bahwa gadis itu tengah melihat ke arahnya. Senyuman Sarah tertangkap oleh pandangan Alif, disertai dengan senyuman tipisnya.

Alif merasakan jantungnya berdebar hebat, wajahnya perlahan menghangat. Dia menutup pintu kaca dengan hati-hati. Lekas menyusul Hamzah yang sudah terlebih dahulu menuruni tangga.

Ah, bagi Alif, senyuman Sarah itu, rasanya seperti jatuh cinta dan berbalas saat itu juga.

[]

* Duh, anak bocah ngalamin cinta monyet :v


The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang