66. Ngajakin

981 184 73
                                    

Serial The JAHat Stories – 66. Ngajakin

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 18 April

-::-

Siang ini, kantin kampus tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari ini adalah hari kejepit nasional, karena kemarin dan besok adalah tanggal merah, jadi beberapa mahasiswa memutuskan tidak masuk bareng-bareng.

Kecuali tiga cowok badai di pikiran mereka masing-masing. Haha.

Ya, siapa lagi kalau bukan Johnny, Alif, dan Hamzah.

"Ngapa sih lu?" tanya Hamzah yang baru aja duduk setelah meletakkan satu botol air mineral dingin di atas meja, diikuti dengan sepiring batagor dengan kuah sambel kacang.

Sesungguhnya, wajar sih Hamzah nanya begitu, abisannya si Alif dari tadi kayak orang kehilangan energi. Cuma duduk di bangku plastik, sambil mandangin layar hape. Matanya doang kedip-kedip, kayak nunggu sesuatu muncul dari ponsel tersebut.

Tapi, Hamzah ngga tahu aja, bahwa Alif lagi nungguin balesan chat dari Sarah. Yoi, Alif udah berhasil dapet nomornya Sarah, dan ngechat dia beberapa kali. Cuma basa-basi sih, kayak say Hai, atau ngomentarin WA-Strory punya Sarah.

Mau ngegas terus, Alif belum berani. Ngegas jadiin istri gitu maksudnya. Huhu.

"Heh, nih pesenan lo," kata Johnny yang begitu baik hati dan perhatian. Padahal tadi Alif ngga pesen apa-apa. Katanya ngga laper.

Songong ya, biasanya dia bakalan nunjuk banyak makanan kalau Johnny udah nanya mau makan apa. Tapi hari ini beda. Alif lagi murung sih. Kayak capek banget dia tuh, ngejar-ngejar tapi ngga dilihat. Kasihan...

Dan namanya juga dihadapkan dengan makanan, Alif mah tetep iya aja. Buktinya, sekarang dia menggeret mangkuk mi ayam yang dipesenin Johnny, biar lebih dekat ke mulutnya.

"Temen lu ngapa sih, John?" tanya Hamzah pada Johnny yang langsung angkat bahu.

"Tauk dah, bruh. Tanyain lah. Kan temen lu!"

Hamzah menghela napas pendek, lalu geleng kepala sebelum kemudian memilih menyantap batagornya.

"Udah buruan dimakan," kata Johnny pada Alif yang kini megang sumpit dengan ogah-ogahan. "Komuk lo ngapa sedih banget seh? Woi, Alif Ghaisan. Ganteng Tenan Apalagi Kalau Punya Warisan! Eyyaaa..."

Ledekan Johnny rupanya tidak berpengaruh pada anaknya Bapak Jaelani!

Alif menopang dagunya dengan tangan kiri, lantas berkata pelan. "Gue ngga ngerti, gimana biar bahagia..." katanya. "Kayaknya kok mau bahagia itu susah banget..."

Ya susah. Lagian sih, naksir sama yang belum halal!

"Lo mau bahagia? Punya duit, nah tuh bahagia!" sambut Johnny.

"Maapin orang, tuh beneran bahagia!" tukas Hamzah kemudian. "Sedekah, baru bahagia!"

Alif menghela napas pendek, rasanya dia mau pulang. Punya temen kenapa nyolotin semua...

"Punya duit lah, baru bahagia!" kata Johnny, masih tak mau kalah dengan argumennya.

"John," kata Alif akhirnya, "ngga semua hal bisa dibeli pake du---"

"Nih, elah," Johnny menyela ucapan Alif. Dikeluarkannya selembar kartu bermain di temjon. "Baru gue isi tuh kemarenan. Sejuta. Pake dah, nanti maen abisin. Bisa buat makan-makan juga. Kalau kurang, entar gue tambahin."

Kedua bola mata Alif langsung melotot. Pikirannya ditarik pada berbagai macam permainan di temjon yang mengasikkan.

"Wah, beneran, John?!" tanya Alif, meraih selembar kartu itu dengan kedua tangannya. Seolah mendapat harta karun. "Boleh gue abisin nih?"

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang