60. Shopping Boys!

1K 193 128
                                    

Serial The JAHat Stories - 60. Shopping Boys!

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 16 Januari

-::-

Siang ini, di hari libur, tiga pemuda menjejakkan kaki mereka di pelataran parkir satu toko besar yang menjual peralatan rumah tangga. Mereka sengaja ke sini karena ibunya Hamzah meminta Hamzah beli satu lemari pakaian untuk Zidan karena di tempat ini sedang diskon besar-besaran untuk beberapa item.

Sementara Johnny dan Alif mah ya ikutan aja, daripada gabut di rumah ngga ada kerjaan. Mau main ke kafe palingan ketemu Tedjo sama Jafar sama Zaid. Males kan, ngga ada Hamzah-nya gitu.

"Gila, ini hommy banget ya, Zah," kata Alif seraya mengedarkan pandangan ke seantero ruangan yang pertama kali mereka masuki. Ini adalah set untuk ruang tamu. Ada banyak sofa dan meja dan lemari-lemari untuk menyimpan hal-hal di ruang tamu. Ada vas-vas bunga, berbagai macam karpet. Setiap petak terasa berpindah ke rumah yang lain. Benar-benar feels like home.

Johnny mendekat pada satu sofa merah dan langsung mendudukinya. Di tempat ini, tidak ada larangan untuk duduk di sofa yang tersedia, sebab pengunjung yang datang rata-rata adalah calon pembeli. Makanya wajar jika mereka berhak untuk mencoba kualitas empuk-tidaknya atau nyaman-tidaknya satu sofa sebelum membeli.

"Ini enak nih, buat di kamar," kata Johnny, mengelus lengan sofa di dekatnya. "Tapi warnanya yang gelap gitu kali yak. Begini genjreng banget ngga sih?"

"Kalau di ruang tamu, biasanya emang warna begini dah," kata Hamzah. Sofa di ruang tamu di rumahnya berwarna cokelat sih. "Rumahnya Bilal warna beginian nih."

"Tergantung cat dindingnya, bro," kata Alif, ikutan duduk di sebelah Johnny. "Wah, iya. Enak banget duduk di sini!" katanya senang. "Zah, sini, Zah! Sini, duduk sini!"

Alif menepuk-nepuk lahan kosong di sebelah kirinya, menyuruh Hamzah duduk di sana.

"Ah, biasa aja," kata Hamzah setelah menuruti apa kata sahabatnya. "Enakan di rumah si Songong tuh. Yang di rumah lo juga enak, John!"

Lah di rumah Johnny mah furnitur-nya emang kelas atas semua. Duit banyak buat apaan kalau bukan buat mempercantik rumah ya kan.

"Heh, malah santai-santai," kata Hamzah, bergegas beranjak dari duduknya. "Temenin gue lihat lemari. Buruan!"

Johnny dan Alif terpaksa mengekor Hamzah yang pindah ke roomset selanjutnya. Kali ini dekorasi kamar mandi. Dari bath-ub yang biasa aja, sampai yang aduhai. Pelbagai keran air, shower, sampai tirai penutup. Ada semua.

"Buset, tinggi amat ini shower!" keluh Alif dengan kepala terdongak.

"Buat elu," kata Johnny yang kini sudah masuk bath-ub. "Buat gue mah pas, bruh."

"Ngga nanya pendapat lu, Jon," balas Alif, keki. Dia berpindah pada bagian cermin. "Wah, ngga nyangka ya, ada orang ganteng juga di sini," katanya, begitu mendapati pantulan wajahnya sendiri di cermin.

"Geli gua," kata Johnny dengan tampang penuh penghinaan. "Zah, bath-ub nya bagus neh. Pas buat kita!"

Hamzah yang sedang meneliti harga tirai penutup, menoleh. Tertawa melihat Johnny ditoyor Alif.

"Kalimat lo ambigu, hanjir!" omel Alif kemudian.

Johnny ikutan tertawa-tawa. "Otak lo bersihin gih pake rinso. Ini pas nih buat gua sama Hamzah yang kakinya panjang-panjang. Buat lo mah kegedean. Tuh, lo bath-ub yang itu juga cukup!"

Johnny menunjuk satu bath-ub kecil untuk mandi anak bayi. Alhasil, dia kena toyor lagi oleh Alif, tapi tetep aja ketawa-ketawa.

"Gblk ya ini manusia," kata Alif. "Udah, udah, buruan. Katanya mau cari lemari?!"

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang