70. Nganterin Sekolah

972 201 46
                                    

Serial The JAHat Stories - 70. Nganterin Sekolah

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 31 Juli

Note : Lebih seru bwanget kalau baca Keluarga A dulu nih yang bab 37-40 HAHA! XD

-::-

Jam enam pagi lewat lima belas menit, Hamzah sudah berada dalam Toyota Sienta yang mesinnya berderu pelan. Terdengar suara-suara dari dalam rumah. Suara yang biasa menghiasi pagi mereka sebelum memulai aktifitas sehari-hari.

"Ra, buruan udah lewat lima belas nih!" teriak Hamzah dari balik kemudinya. Sedangkan Zeyara sudah duduk tenang di kursi penumpang bagian depan.

Ulya terlihat berbicara sesuatu dengan Hanifa sebelum menempatkan dirinya duduk di kursi di belakang Zeyara. Tak seberapa lama, Zahra melambaikan tangan pada ibunya usai mencium tangan sang ibu dengan hormat. Hafiza bergeser ke tengah agar Zahra duduk di tepi mobil tepat di belakang Hamzah. Nada dan Nida sudah duduk di bagian belakang sambil baca buku cerita.

"Mbak Ulya nanti ketemu Gaza dong?" tanya Hafiza ketika mobil mulai melaju.

Hari ini Hamzah kebagian mengantar dua kembar itu dan Hafiza. Sedangkan Hanifa diantar oleh ayah mereka. Biasanya Hanifa kan sekolah bareng Jafar, tapi Jafar belum masuk sebab cedera kakinya belum memungkinkan dia beraktifitas di sekolah.

"Ngga juga ngga apa-apa, hehe," jawab Ulya, canggung.

Berasa aneh banget memang, berada semobil dengan kakak beradik ini, di pagi hari seperti sekarang.

"Nanti aku salamin deh kalau ketemu Gaza di sekolah," kata Hafiza lebih lanjut.

Lah, ngapain disalamin ya, kan nanti ketemu di rumah.

Sesungguhnya Ulya memang tak sabar ingin bertemu Gaza. Mau minta diajarin cara baca Quran dengan baik dan benar. Gaza kan rajin banget ngaji Qurannya huhu.

"Hm, Zahra sama Zeyara satu sekolah ya? Sekelas?" tanya Ulya, mengalihkan topik.

"Ngga, beda kelas, Mbak," jawab Zahra. "Terus nanti lulus SD, Zeyara katanya mau masuk pesantren. Aku sih ogah."

"Gaya banget kamu, Ra," komentar Hamzah sambil terus mengemudikan mobil. "Pesantren kan enak. Buat hafalan."

"Mas aja ngga pesantren. Wooo!" balas Zahra seraya memeletkan lidahnya. "Nifiza aja ngga pesantren. Unifa, Mas Jafar... Aku ngga mau pesantren. Biarin aja Zey yang ke sana."

"Disuruh Umma ya, Mas Zey?" tanya Ulya dengan hati-hati.

"Ngga, aku aja yang mau," balas Zeyara, masih kalem.

Hafiza nyengir, "Zeyara itu males deket-deket kamu, Ra, makanya mau di pesantren aja!" ledeknya pada Zahra.

"O-yeaaa?" respons Zahra, tengil.

"Zeyara capek, katanya di sekolah umum itu yang dikejar cuma tentang ranking terus," jawab Hamzah kemudian.

"Aku kan ngga sepinter Mas Hamzah," kata Zeyara lagi.

Suasana mobil jadi aneh, tapi lalu terdengar tawa di sisi Hamzah.

"Waktu seumuran kamu, Mas ngga punya temen sebanyak kamu. Orang-orang di kelas Zahra aja pada kenal sama kamu. Kata mereka, kamu hebat. Umma kan sering bilang, ranking itu bukan yang utama," kata Hamzah, menarik pipi Zeyara sampai yang punya pipi mengaduh kesakitan. "Yang utama itu, takut kepada Allah."

Ulya mengelus pipinya sendiri. Iya, yang ditarik kan pipinya Zeyara, tapi yang merona tuh pipinya dia. Omongannya Hamzah bikin salting banget sih.

"Bapak Ustadz Hamzah," Nida heboh di belakang, "asik, asik, ceramah gratis!"

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang