93. Permintaan

940 107 20
                                    

Serial The JAHat Stories - 93. Permintaan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 24 Juni

Note : Infoin typo yaaa

-::-

Sekumpulan mahasiswa bergegas beranjak dari tempat duduk begitu dosen berbelok usai melewati ambang pintu ruang kelas. Hamzah memilih untuk tetap berada di tempat duduknya, menyisir rambut dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya memegang ponsel demi mengirim informasi pada Alif yang hari ini tidak masuk kuliah karena tidak enak badan. Tadinya Hamzah mau jenguk sohibnya itu, tapi Alif bilang ngga usah. Karena menurut Alif, dia cuma kecapean dan butuh istirahat. Dari pagi juga cuma tidur-tidur aja.

Baru saja Hamzah mau mematikan layar ponsel, panggilan dari Johnny masuk.

"Assalamu'alaykum!" Hamzah berdiri, menggendong ransel berisi catatan kuliahnya, kemudian mengarahkan kakinya ke pintu. "Oi! Iya lah, baru kelar. Golip ngga masuk. Iya, John, astaghfirullaah..."

Pemuda itu menengok sebentar sebelum belok kanan dari pintu ruang kelas, menuju parkiran mobil.

"Ya santai aja. Ngga, abis ini gue ke kafe. Kayaknya bocah mau tidur aja seharian. Biarin lah, udah capek dia kita gangguin terus. Hahaha... Iya, iya. Ngga lah, palingan sampe mau Magrib aja. Capek gue juga. Iya, elah. Hm. Oke. Yo, bhay."

Ucapan salam terdengar lagi dari lisan Hamzah. Detik berikutnya, Hamzah menekan kunci layar ponselnya sebelum mengantongi ponsel tersebut ke saku kemeja warna peach yang hari ini dia kenakan. Langkahnya terdiam sejenak begitu teringat dia harus menghubungi ayahnya untuk mengonfirmasi titipan ayahnya pagi tadi.

Belum jadi merogoh ponsel, Hamzah dikejutkan dengan sesuatu menubruk punggungnya. Dia mendapati seorang gadis terjatuh tepat di belakangnya.

"Eh? Lo ngga apa-apa?" tanya Hamzah, bergegas merunduk, membantu gadis, yang dikenali Hamzah sebagai teman kelasnya yang bernama Veronica, merapikan kertas-kertasnya yang berjatuhan.

"Ng-ngga apa-apa," kata Vero dengan canggung. "Sori, sori, gue ngga lihat lo diri di situ."

"It's oke," kata Hamzah, menyerahkan lembar-lembar kertas yang berhasil dia rapikan. Vero yang lumayan tinggi, terlihat nyaris sejajar dengan Hamzah. "Lo mau balik?"

Vero mengangguk. Wajahnya terlihat pucat.

"Lo lagi sakit ya, Ver?" tanya Hamzah. "Pucet amat."

"Hm, ngga apa-apa, Zah. Sekali lagi, sori ya..."

Hamzah hanya mengangguk, lalu mempersilakan Vero untuk berjalan kembali, sedangkan dia menempelkan ranselnya ke tembok, lantas merogoh ponsel, mencari kontak ayahnya.

"Hm, Hamzah..."

Panggilan dari suara Vero membuat Hamzah kembali mendongak. Dilihatnya Vero sudah berada di dekatnya lagi, memeluk kertas-kertas yang tak beraturan berada di dalam map hijau.

"Kenapa, Ver?"

"Hm, lo sibuk ngga?"

"Sekarang? Ngga sih. Kenapa ya?"

Vero terlihat gelisah, tapi akhirnya dia menyahut juga. "Gue lagi ngga enak badan banget nih, kayaknya salah makan deh tadi. Boleh ngga, minta tolong lo buat anterin gue pulang?"

Hamzah yang berdiri santai, langsung tegang ngga ngerti kenapa. Dia memang selalu memasang penjagaan terhadap rayuan-rayuan maut perempuan-perempuan di kampus. Cewek-cewek jaman sekarang kebanyakan berbahaya sih.

"Gue... gue bingung mau minta tolong siapa buat anterin pulang..."

Hamzah mengernyitkan kening.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang