21. Kenalan

1.5K 214 205
                                    

Serial The JAHat Stories – 21. Kenalan 

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 8 Maret

-::-

Pagi masih jam sepuluh ketika dua orang perempuan di dalam butik itu bercengkrama. Mengobrol, membahas banyak hal.

Dari jenis-jenis pakaian yang dijual di butik, sampai kebaikan Ibu Hanun yang dibangga-banggakan si karyawan lama.

"Aku nih ya, Ulya," Mbak Ros mulai curhat. "Kalau ngga karena dinikahin dan mau diboyong ke Riau, walaaah, ya mendingan aku kerja di sini. Ibu Hanun itu bbbaaaiiik sekali. Pengertian. Aku pernah sakit tiga hari, ngga dijudesin. Yang jaga butik pas aku sakit? Ya beliau itu. Terus aku dikasih uang buat berobat. Aku pikir itu pesangon!"

Ulya mangap, lalu manggut-manggut.

Kebayang sih, kebaikan si Ibu Cantik kayak apa, pikir Ulya.

"Ibu Hanun juga baik sama anakku," kata Ros lagi. Dia memang seorang janda beranak satu yang ditinggal pergi suami pertamanya entah ke mana. "Kalau abis jalan-jalan keluar kota atau keluar negeri, pasti anakku dikasih oleh-oleh. Ya baju atau jajanan. Terus kan iparnya itu orang kaya raya, kerjaannya keluar negeri terus. Aku ya kecipratan oleh-oleh. Ibu Hanun sekeluarga itu kaya terus baik semua. Wah, sempurna. Subhanallaah!"

Ulya masih belum berkata apa-apa. Dia sibuk mencentang kertas yang ada di tangannya begitu stok yang ia hitung mencukupi apa yang tertera di kertas tersebut.

"Oh iya, anaknya Ibu Hanun juga baik-baik. Anak-anak temen-temennya anak-anak Ibu Hanun juga bwaik bukan mwain!" Ros masih bersemangat. "Kerja di sini enak. Beneran deh. Di atas itu ya, di kafe, ada Mas Tedjo. Udah ngganteng, shalih. Wuih. Aku tuh ya paling semwangat kalau sudah waktunya shalat Asar. Selain bentar lagi pulang, juga bisa ke atas lihat-lihat Mas Tedjo."

Iya, karena tempat shalat kan ada di lantai tiga ruko ini. 

"Anak pertamanya Ibu Hanun itu, yang kemarin ketemu kamu itu, namanya Mas Hamzah. Ngganteng tho?" tanya Ros, matanya berbinar. "Orangnya baik, ndak sombong! Temennya ngganteng juga, ndak sombong juga. Anak ke duanya namanya Mas Jafar. Ini masih SMU sama kayak Mbak Hanifa, anak ke tiganya Ibu Hanun. Di bawah Mbak Hanifa, namanya Mbak Hafiza. Baik semua ini, sama saya ngga anggap orang asing, padahal saya baru setahun di sini. Terus ada Mbak Nada sama Mbak Nida. Ada Mbak Zahra, Mas Zeyara, sama Mas Zidan. Ini yang paling kec---"

"Itu temen-temennya Mas siapa tadi? Rezah?" Ulya tampak mengingat-ingat sosok yang kemarin ia temui. Yang kalau Ulya sedang berada di dalam butik ini, dia bisa mereka ulang dengan jelas senyuman yang dilemparkan Mas Rezah itu untuknya.

"Mas Hamzah!" ralat Ros.

"Oh iya, itulah," Ulya meringis.

"Bukan, yang tadi kusebut itu nama-nama anaknya Ibu Hanun dan Bapak Kahfi. Ada sembilan semuanya."

"HAH?"

"Heh, kenapa? Hah kenapa?" Ros ikutan panik.

"Sembilan?" tanya Ulya. "Kok bisa anaknya sembilan? Anak kandung semua apa anak pungut, Mbak?"

"Hush! Si Ulya ini mulutnya," Ros refleks membekap mulut Ulya, ngeri ada yang dengar percakapan mereka. "Ya anak kandung lah! Mirip semua begitu. Yang cowok ngganteng, yang cewek cantik-cantik!"

Ulya menutupi mulutnya dengan tangan begitu bekapan Ros terlepas. Syok dia, kerja hari pertama tapi sudah dibekap seperti tadi. Bagus barengan sama Mbak Ros cuma seminggu, pikirnya.

"Heeum, oh iya, Mbak. Kalau datang barang gitu, berapa kali sebulan?" tanya Ulya, mencoba mengalihkan topik.

"Ya ndak tentu." Ros membuka lemari di dekatnya. "Kadang seminggu sekali. Kadang dua hari lagi datang lagi. Tergantung stoknya udah habis atau belum," jelasnya. "Eh, eh, Ibu Hanun bilang itu katanya aku pinter dagang lho. Sebulan itu aku kadang dikasih bonus sama Ibu Hanun."

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang