Serial The JAHat Stories - 61. Otewe Pulang
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2019, 16 Januari
-::-
"Duh, padahal Tante seneng banget lho ketemu kamu, Silmi. Mau ngobrol banyak-banyak," kata Mami pada Silmi ketika mereka cipika-cipiki sebab Silmi sudah pamit undur diri.
"Kapan-kapan insyaaAllah ketemu lagi ya, Tante," kata Silmi. "Nanti kita ngobrol. Tante baik-baik aja ya. Semoga sehat terus."
Tangan kanan Mami berhenti pada pipi kiri Silmi, seiring dengan senyuman keduanya. Sepasang mata Mami meneliti sepasang mata di hadapannya, dan kemudian membatin; Seandainya ia memiliki anak perempuan, apakah keadaannya akan berbeda?
"Lho, sudah mau pulang?" tanya Papi yang sejak tadi Silmi kembali, memutuskan untuk keluar sebentar sebab ada hal penting meneleponnya.
"Iya, Om," kata Silmi, menangkupkan kedua tangannya ke arah Papi.
"Diantar Johnny kan? Jauh rumahnya?" tanya Papi lagi.
"Ngga kok," jawab Silmi cepat.
"Rumah Silmi deketan sama rumah Alif, Pi," kata Johnny.
"Alif?" tanya Papi. "Alif siapa?"
Rahang Johnny menegang, teringat bahwa mungkin Papi tidak pernah tahu siapa-siapa yang menjadi temannya. Padahal Alif dan Hamzah pernah bertemu dengan Papi di rumah.
"Alif," ucapan Johnny terdengar meragu, "temen kuliah saya, Pi."
Keheningan menyeruak, dan bahkan Silmi dapat merasakan keasingan yang berupaya disembunyikan, akhirnya kembali melingkupi.
"Hm, saya pamit ya, Om. Semangat jagain Tante," kata Silmi, memecah keheningan dengan kekakuan yang lain. "Tante, sehat-sehat ya."
Mami mengangguk, "Thanks a lot ya, Silmi," katanya, lalu beralih pada Johnny. "Bye, Love..."
Johnny terpaksa mengambil tangan ibunya dan membiarkan ibunya mengecup pipi kanannya meski itu memberikannya efek tak nyaman luar biasa. Ibunya melakukan ini pasti karena ada Silmi. Ibunya hanya mencium pipi atau keningnya ketika mereka sedang di dekat orang lain.
Lalu keduanya keluar dari ruangan tersebut. Johnny memelankan langkahnya agar langkah Silmi dapat ia sejajari. Sepanjang koridor rumah sakit yang berbau khas, Johnny berupaya membuka obrolan.
"Sori banget ya, Sil," kata Johnny, "gue ngerepotin lo."
"Ngga apa-apa," kata Silmi cepat. "Dulu, Mami saya meninggal karena kecelakaan."
Johnny menoleh, mendapati raut teduh Silmi yang menatap lurus ke depan. "Eh, sori, gue ngga maksud..."
"Ngga apa-apa," kata Silmi lagi. "It wasn't your fault anyway," Silmi menoleh, mengembangkan senyum. "Makanya tadi saya nawarin untuk ikut, at least just for making sure bahwa kamu baik-baik aja di perjalanan. Papi hampir mencelakakan dirinya sendiri waktu dengar kabar Mami kecelakaan."
Langkah mereka kembali mengisi hening yang menyapa.
"Gue turut berdukacita ya, Sil."
"Thank you ya, Johnny," katanya. "But anyway, you are so lucky ya, having both mom and dad. Kamu tahu ngga, kalau mereka itu adalah pintu surga buat kita?"
Alis Johnny langsung bertaut, "Hah?"
"Apalagi seorang ibu," kata Silmi lebih lanjut. "I am so blessed to be born as a daughter, because one day insyaaAllah I will be a mother, right?" ucapnya. "Ibu dalam Islam itu kedudukannya tinggi. Ayah juga. Being Papi-Mami is so everything. Johnny kalau lagi bete, kalau lagi sedih, minta maaf sekaligus minta doa ke orangtuanya. Biar hatinya tenang."

KAMU SEDANG MEMBACA
The JAHat Stories
UmorismoKisah Trio JAHat; Johnny Alif Hamzah always together... yang TANPA FAEDAH. Minat nyimak? Buang waktu ae lau! Ngga ada faedahnya, tjuy!