52. Pertemuan Khusus

1.1K 203 195
                                    

Serial The JAHat Stories – 52. Pertemuan Khusus

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 12 November

-::-

Restoran tempat mereka makan malam kali ini terlihat cukup ramai. Meja-meja diisi oleh orang-orang yang kelihatannya memang merayakan sesuatu yang spesial. Sepasang mata Hamzah memerhatikan meja di sebelahnya yang diisi oleh sepasang pria dan wanita. Sepertinya si wanita tengah memberi tahu kabar baik pada si pria bahwa ia tengah mengandung anak mereka.

Bahagia, tentu saja.

Rona-rona bahagia terpancar dari wajah-wajah di sekeliling Hamzah.

"Temen Appa mana? Kok kita dari tadi nyampe, belom muncul juga?"

"Bentar, katanya dikit lagi sampe kok."

Jawaban dari ayahnya membuat Hamzah mengangguk, lantas meminum minuman yang ia pesan. Bola mata Hamzah kembali memindai apa-apa saja interior di restoran tersebut. Konsepnya yang tenang dengan alunan musik klasik, tidak membuat Hamzah tertarik. Sebab dia lebih menyukai tempat makan dengan tampilan sederhana.

Tapi, berhubung Hamzah malam ini didaulat ayahnya untuk pergi menemani makan malam bersama dengan kawan lamanya selagi sekolah, maka mau tak mau Hamzah setuju saja untuk berada di mana pun yang ayahnya putuskan.

"Temenin Appa," kata Umma-nya;Ibu Hanun. "Ini temen Appa pas masih sekolah dulu. Sekarang pengusaha restoran yang cukup sukses."

"Iya, tapi Umma kok ngga ikut?"

"Ngga. Karena temen Appa itu dateng ngga sama istrinya, cuma sama anaknya. Canggung dong nanti kalau Umma ikutan juga..."

"Kenapa istrinya ngga diajak dah?"

Hamzah membalas tatapan Umma-nya terhadapnya. Helaan napas ibu Hanun terdengar.

"Katanya, istrinya baru aja meninggal sekitar satu tahun yang lalu. Tadinya mereka tinggal di negara mana, gitu. Terus pindah ke sini karena mau move on. Itu sih yang Umma denger dari Appa pas bilang mau ajak kamu biar ikutan dinner bareng mereka."

"O."

Hamzah menduga, dia sengaja diajak ikut agar teman ayahnya itu ada teman ngobrol selagi para bapak bicara tentang bisnis mereka, atau sekadar nostalgia masa lalu. Kalau ditilik dari fakta yang menyatakan bahwa ini adalah teman dari ayahnya, Hamzah yakin seratus persen bahwa anaknya ya seumuran dengan dirinya.

"Assalamu'alaykum, Kahfi."

Satu sapaan cukup untuk membuat Hamzah memusatkan pikirannya ke sana. Ayah dan anak itu lekas berdiri dari duduknya dan menjabat tangan si pemilik suara.

"Wa'alaykumussalam, Rizal!" Bapak Kahfi berkata dengan suara senang. "MaasyaAllah, ngga ada yang berubah ini dari Bapak Rizal ini ya? Hahaha!"

"Halah, Kahf, bisa aja. Kamu ini yang ngga berubah, cuma agak putih aja rambutnya."

"Hahaha, iya, iya. Putih ini biar inget mati. Haha..."

"Bisa, bisa," kata Bapak Rizal. "Oh iya, ini, kenalkan, putri saya yang saya ceritakan di wasap."

"Hooo, iya, iya. Namanya Silmi, ya kan?"

Si gadis berkerudung cokelat yang datang bersama Bapak Rizal langsung tersenyum dan mengangguk sopan.

"Ini anak saya, namanya Hamzah," kata Kahfi, menepuk pelan punggung Hamzah dan Hamzah lekas mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Bapak Rizal sembari merundukkan kepalanya dengan penuh hormat. "Bener kan, seumuran sama Silmi. Cocok ini. Haha..."

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang