85. Makan Samgyetang

764 138 35
                                    

Serial The JAHat Stories – 85. Makan Samgyetang

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 29 Maret

Note : Infoin typo dan ini setting sebelum scene bab 73 ya

-::-

Jam dinding di ruang makan masih setia berdetak tiap detiknya, menemani Johnny yang duduk seorang diri di satu kursi yang mengelilingi meja makan di rumahnya yang mewah. Jarum jam menunjukkan jelang jam sembilan malam, tapi kedua orangtuanya belum juga menampakkan tanda-tanda akan pulang.

Tidak ada info berarti yang mampir di ponselnya, mengingat selama ini juga kedua orangtuanya tidak perlu repot-repot untuk memberi tahu kapan mereka tiba di rumah.

Sepanci sedang berisi dua ekor ayam berukuran kecil tersaji di hadapan Johnny, lengkap dengan nasi di magic jar dan piring makan untuknya seorang. Ada dua piring lain di dekatnya, Johnny meminta pengurus rumah agar menyiapkan juga untuk Papi dan Mami makan malam ini.

Dua ekor ayam berukuran kecil tersebut adalah masakan bernama samgyetang yang dimasak oleh Silmi dan sengaja diberikan oleh Silmi agar Johnny melahapnya bersama Papi dan Mami. Tadinya Johnny ingin menolak, tapi melihat ketulusan Silmi yang sepertinya benar-benar ingin agar Johnny menyantap masakan tersebut, maka sore tadi Johnny mampir lagi ke rumah Silmi dan membawa masakan ini pulang ke rumah untuk disantap saat makan malam bersama Papi dan Mami.

Tadinya.

Sekarang sudah lain cerita.

Pengurus rumah sudah memberi tahu Johnny bahwa kedua orangtuanya kemungkinan tiba sekitar jam delapan malam atau sekitar jam sembilan malam, lebih kurang. Johnny disarankan untuk makan terlebih dahulu daripada harus melambatkan jam makannya demi menunggu kedua orangtuanya.

Tapi Johnny terbeban janji dengan Silmi bahwa dia akan makan bersama Papi dan Mami. Maka, Johnny menunggu dengan sabar.

Satu jam berlalu dari jam tujuh malam. Kini nyaris dua jam berselang, tidak ada suara apa pun terdengar di luar sana. Pengurus rumah mungkin sudah tidur di kamarnya, membuat rumah kian terasa sunyi.

Tidak apa-apa. Johnny merasa dirinya telah terbiasa dengan keadaan begini. Waktu dia kecil, hal seperti ini lumrah terjadi. Nanti juga kedua orangtuanya akan membangunkannya, setengah membujuknya untuk masuk kamar, dan Johnny menahan kesal setengah mati di dalam hati karena kedua orangtuanya bahkan tidak bertanya apa yang dia lakukan sampai ketiduran.

Dan jika itu terjadi lagi, biar saja. Dia sudah terbiasa menghadapinya.

Johnny menarik napas panjang dan mengendurkan otot-ototnya. Tangan kirinya memanjang di atas meja di hadapannya usai menyingkirkan peralatan makan yang tadinya akan dia gunakan. Kepalanya terkulai di atas lengan kirinya yang memanjang tadi, lantas kedua matanya tertutup. Perutnya mulai berisik minta diisi. Terakhir dia makan adalah saat jam makan siang tadi, usai Zuhur di masjid dia mampir ke warung makan bersama Silmi. Setelah itu kuliah dan tidak ngemil apa-apa. Wajar jika sekarang perutnya minta diisi.

"Johnny?" panggil sebuah suara.

Tersentak, Johnny menegakkan tubuh. Tangan kirinya sakit bukan main, begitu juga dengan leher dan punggungnya. Ketika kedua matanya mendapati sang ibu di hadapannya, Johnny berdeham pelan.

"What are you doing here?" tanya Mami yang tampak terbangun dari tidurnya. Sebab pakaiannya bukan lagi pakaian kerja, melainkan pakaian tidur. "Kok tidur di sini?"

"Hm?" Johnny gelagapan. Dia sendiri berusaha keras mengingat apa yang dia lakukan seorang diri di sini?

Ah iya, dia menunggu kedua orangtuanya pulang bekerja.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang