54. Ngga Perlu Marah

1K 204 80
                                    

Serial The JAHat Stories – 54

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Serial The JAHat Stories – 54. Ngga Perlu Marah

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 8 Desember

-::-

Selagi menunggu pesanan mi ayam mereka dibuat, Hamzah dan Alif duduk di dalam mobil dengan pendingin menyala. Cuaca di luar panas bukan main, makanya mendingan duduk adem-adem di dalem, pikir mereka.

"Iya, gue tahu lo ngerasa salah, tapi ya udah lah, Zah, ngga usah dipikirin," kata Alif seraya membenarkan posisi duduknya. Ponselnya ia geletakan di atas dasbor.

"Lo ngga paham sih, LIf, ah..." kata Hamzah, sikunya bertumpu di pintu mobil, "gue paranoid kalau bawa motor. Kebayang-bayang tuh gue nabrak si Clarissa."

"Lo kan udah minta maap? Lagian lo kan tanggung jawab sama keadaannya," kata Alif. "Lo malahan nawarin dia buat pulang pergi ke kampus. Dianya aja yang ngga mau. Terus ngapain dipikirin?"

"Justru itu, kok dia ngga mau ya gue tawarin kemudahan begitu?" tanya Hamzah. "Biasanya cewek-cewek minta pulang bareng gue, Lif. Lu tahu sendiri..."

Alif ngakak, "Hanjir ya lu, Zah. Lagi begini sempetan aja muji diri sendiri. Bodo elah," kata Alif, ngambil hapenya lagi.

"Udah, Mas!" kata tukang mi ayam dari balik balik kaca mobil di sisi kiri Alif.

Terkesiap, ponselnya Alif sampe jatuh. "Innalillaah!" refleksnya cepat. "Bagus siang. Kalau tengah malem, gue teriak neh tiba-tiba nongol muka!"

Alif menurunkan kaca mobil. Menerima tiga bungkus mi ayam yang rencananya akan mereka makan di rumah Johnny. Selembar uang biru terulur ke si penjual mi ayam.

"Kembaliannya ambil aja, Pak!" kata Hamzah, dari balik kemudi.

Mengangguk senang, si penjual mi ayam berterima kasih. "Matur nuwun, cah bagus!"

"Sami-sami," kata Alif. "Duluan ya, Pak..."

"Injeh, hati-hati di jalan," kata tukang mi ayam sebelum kembali ke gerobaknya.

Hamzah baru memegang tuas, ketika tiba-tiba ada suara DUK keras di belakang. Kepala Hamzah dan Alif langsung otomatis menoleh ke asal suara.

Ada satu bajaj berhenti di belakang mobil Toyota Sienta yang Hamzah kendarai. Agak-agaknya, suara DUK tadi berasal dari sana.

"Mobil lo kayaknya diseruduk, Zah?!" kata Alif, heboh.

Hamzah sudah menghadap depan seraya melepas sabuk pengaman di tubuhnya. Sepasang matanya melihat ke spion. Bajaj biru itu masih di sana. Jadi, dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Alif mengekor jejaknya.

Berjalan menghampiri bajaj tadi, Hamzah berhenti tepat di sisi kanan si pengendara bajaj. Karena tubuhnya yang lumayan tinggi, Hamzah harus merunduk agar bisa melihat si pengendara dengan lebih jelas. Tangan kirinya bertumpu di bagian tepi atas bajaj.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang