23. Godaan

1.5K 196 196
                                    

Serial The JAHat Stories - 23. Godaan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 18 Maret

-::-

Ini hari ke empat Ulya kerja di butik. Masih bareng Ros sampai nanti hari ke tujuh. Jadi Ulya masih ditraining gitu sama Ros.

"MasyaaAllah, udah jam satu, Ul!" kata Ros tiba-tiba. Mereka sedang asik menata barang yang datang sampai akhirnya Ros tersadar, jam dinding di butik itu sudah menunjukkan pukul satu siang. "Pantesan ini agak-agak laper."

Ulya menutup pulpen yang tadi dia pakai untuk memberi tanda kroscek di catatan stok. Dia sih ngga laper-laper amat, lagian ini kan hari Senin, Ulya puasa sunnah Senin gitu. Anak shaliha, emang.

"Eh kamu puasa ya?" tanya Ros sambil mengambil kotak makannya di dalam kresek putih. "Shalat dulu gih sana. Nanti gantian."

"Iya, Mbak," kata Ulya, kali ini juga menutup buku stok, meletakkan pulpen ke tempatnya dan merapikan khimar biru dongker yang hari ini ia kenakan. Terlihat manis dengan gamis biru lembut yang menutupi sekujur tubuhnya. "Menu apa, Mbak, hari ini?"

"Tadi pagi cuma sempet goreng nasi," kata Ros. "Alhamdulillaah ada telor juga. Bocah bisa makan. Coba kalau dikasih garem doang, mana mau dia."

Ulya ngakak, "Ya kasihan amat, Mbak, dikasih telor doang. Mas sama adek aku juga mau mau aja sih makan nasi goreng, yang penting ada telornya. Didadar, diacak, dimatasapi..."

"Kamu bisa masak tah?" tanya Ros.

"Ya cuma nasi goreng mah bisa," jawab Ulya. "Bapak sama Ibu seringnya udah ke pasar abis Subuh."

"Hooo," kata Ros lagi. "Bagus, bagus. Jadi perempuan itu memang harus pinter masak---halah, malah bahas masak. Udah sana, shalat Zuhur dulu!"

Ulya berkata iya secepatnya, lalu mengenakan sandal jepit yang dia bawa untuk dipakai kalau shalat.

Ruang shalat di ruko ini ada di lantai tiga. Ruangan paling atas memang tidak dipakai kecuali untuk gudang tempat simpan keperluan kafe dan butik. Untuk stok butik sendiri masih bisa disimpan di toko, jadi Ulya bersyukur dia tidak perlu turun naik untuk mengambil stok.

Bisa kurus kerempeng nanti dia kalau iya.

Tapi yang jadi godaan terberat untuk shalat Zuhur dan Asar adalah kenyataan bahwa Ulya akan bertemu orang-orang di kafe. Okelah kalau jam Asar itu mungkin dia ngga akan bertemu orang-orang kafe karena mereka sibuk dengan servis ke customer.

Lah kalau Zuhur?

Seperti hari ini.

"Assalaamu'alaykum," sapa Ulya sambil mengangguk takzim pada Tedjo yang sedang membersihkan meja-meja yang ada di sana.

"Oh, hei, wa'alaykumussalaam," jawab Tedjo dengan senyum melebar.

Ulya sampai refleks memelintir ujung khimarnya.

Tedjo tuh manis banget nget ngeeet!

"Mau shalat Zuhur ya?" tanya Tedjo sambil melirik jam yang ada dekat meja kasir.

Di balik meja kasir itu ada Hamzah yang lagi sibuk dengan layar mesin transaksi. Keningnya berkerut entah sibuk ngurusin apa.

Ulya sampai merutuk dalam hati, kenapa dia sampai ngga ngeuh sama kedatangan Hamzah tadi itu. Ah, dia pasti lagi sibuk nyusun baju-baju ke rak makanya ngga nyadar ada makhluk ganteng yang dateng ya kan.

"I-iya, keasikan nyusun barang, tahu-tahu udah Zuhur..." Ulya nyengir. Melirik Hamzah dan sedikit berharap anak yang punya butik tempatnya bekerja itu menyapanya.

The JAHat StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang