"Kaga paham," kata Johnny, menanggapi pertanyaan Alif dan Hamzah yang tertuju padanya.
Johnny menopang kepalanya dengan kedua tangan memegangi bagian atas kepala. Helaan napasnya terdengar. Penat sekali.
"Putus maen putus aja," kata Johnny lagi. "Tadi ngajak ketemuan, gue pikir ketemu biasa. Tiba-tiba minta putus!"
Alif dan Hamzah saling lirik. Berusaha menerima segala macam curhatan sahabatnya yang baru beberapa jam yang lalu diputusin sama pacarnya.
Ini kabar bagus sih sebenarnya, tapi kasihan Johnny. Mukanya kusut abis. Dia ribut sama bokapnya juga ngga gini-gini amat nelangsanya. Diputusin Noumi berasa jiwanya ditarik terus dibuang ke pelbak.
Senep bener.
Hamzah menuang beberapa potong buah ke dalam sirop melon yang dibuat oleh Alif. Mereka memutuskan menyantap es buah di malam jam sepuluh ini.
Abis gimana dong, mau beli martabak ya jauh. Mager banget ke depan. Jadi mereka makan yang ada aja di kulkas di rumah Alif. Bagus ada sirop melon, semangka, sama jelly instan tuh. Jadi mayan ada camilan. Biasa yang sedia snack kan si Johnny. Tapi secara kondisinya Johnny lagi kayak gini, ngga mungkin Johnny beli camilan.
"Dia..."Alif melotot ke Hamzah, minta persetujuan, "punya cowok baru kali, John?"
"Dia kaga sereceh itu kali, jing," Johnny terdengar gusar. "Ti-ati lu kalau ngomong!"
"Waelah," Alif berjengit. "Udah putus masih dibelain bae."
😢 Putus pas lagi sayang-sayangnya, ya gitu...
"Ya udah, ya udah," kata Hamzah kemudian, "nih, makan dulu, bor. Es buah buatan Hamzah ganteng anak shalih rajin Jumatan."
Alif nyengir, tapi Johnny mukanya masih lecek.
"Santai, bor," Hamzah menubrukkan gelas es buah ke lengan Johnny. "Jelly-nya enak neh. Ajib."
"Udeh, selow. Abis ini kita ngegame," kata Alif. "Cewek bukan dia doang..."
Johnny melirik sadis ke arah Alif, tapi kemudian dia mendengus.
