Sepulang dari toko aku langsung mandi dan makan. Tak lupa sesekali melihat hp siapa tahu ada whatsapp masuk. Karena tidak ada, aku berniat untuk duduk santai di sofa sambil menikmati segelas kopi panas. Sebenarnya aku menunggu dia mengabariku perihal ketemuan kita. Tapi kutunggu sampai magrib belum ada kabar apapun. Bahkan dia aktif sekitar jam 3 sore.
Akhirnya aku pasrah. Mungkin dia benar benar ada kepentingan jadi tidak bisa ketemu sekarang. Namun entah mengapa rasanya sangat tidak nyaman dihati. Paling tidak dia beri aku kabar jika tidak bisa ketemuan.
Lalu kuberanikan diri untuk chat duluan.
◀️Selamat sore mas
Chat terkirim dengan centang dua. Artinya pesan telah tiba disana. Namun beberapa menit tak ada jawaban. Sampai kopi yang kubuat lupa diminum hingga dingin. Padahal biasanya tak sampai dingin sudah habis.
Ketika jam menunjukkan pukul 18:30 hp ku berbunyi tanda notifikasi whatsapp. Aku yakin itu mas Agus. Setelah kulihat memang benar. Ia jawab sapaanku tadi.
▶️Sore juga mas
Hanya itu saja yang ia kirim. Padahal aku sangat berharap lain lain.
Sampai adzan isya tiba, akhirnya aku memutuskan untuk mengubur harapan pertemuan itu walaupun aku sendiri sangat berharap.
Ternyata seberat ini jika kita merasa suka dengan seseorang. Terlalu menyesakkan jika suatu harapan tak terlaksana. Ya walaupun aku tahu betul siapa dia. Belum tentu dia adalah seorang homo. Andai dia homo belum tentu suka dengan yang lebih muda.
Namun entah mengapa lagi lagi harapan yang sudah akan kukubur malah tergali lagi. Dia mengirim WhatsApp jam 8.
▶️Mas jadi ketemuan ga hari ini....
▶️Tadi aku diundang syukuran sama tetangga
▶️Gak kemaleman kan?Ya tahu sendiri bagaimana rasanya kecewa yang berbalik 180 derajat jadi senang. Serasa ingin kulempar hp itu. Sumpah.
◀️Boleh mass.. ayo
Jawabku singkat. Itupun mikirnya sampai bermenit menit.
▶️Y udah tak tunggu di perempatan
▶️Bawa o helm yaAkhirnya dengan tergesa-gesa aku bersiap diri berangkat.
Hingga diperempatan aku sudah menemukan dia duduk di motor Vario 150 warna putih. Betapa gagahnya orang ini. Dengan jaket Adidas warna biru tua, sepatu besar dengan warna hitam dan putih. Serta celana panjang hitam pula. Aku sangat terpikat anjirr....Setelah sedikit basa basi aku titipkan motor di warung bekas pinggir jalan karena aku mau dibonceng saja supaya dinginnya malam agak mendingan kata dia.
👮Kita ke alun-alun Yo mas,
Ajaknya seraya memutar gas motornya.
👲Ayo.. aku pasrah aja.
Jawabku ngasal.
👮Waduh..kalau ke blusukan pasrah juga.. hahahaha...
Kata dia sambil ketawa. Tapi... Aku jadi traveling dan senyum sendiri mendengar itu. Emang mau ngapain ke blusukan? Kok agak memancing.
👮Nggak mas. Aku tuh punya peliharaan burung dirumah. Kalau blusukan biasanya unduh belalang buat burung
Oke .. jawaban yang masuk akal. Tapi karena aku terlanjur traveling ya susah mencerna.
Saat perjalanan kami diam beberapa menit. Kuberanikan diri menaruh tangan di pundaknya. Hmmm..... Kok beda banget rasanya. Aku sering dibonceng orang dan menaruh tangan di pundak tapi tidak begitu rasanya. Kali ini terasa nyaman dan ... Aneh lah pokoknya.
👮Kalo dingin peluk aja to mas . Taruh tanganmu didepan sini.
Haduh.... Orang ini sengaja membuatku gila kali ya. Jangankan memeluknya, pegang pundaknya saja sudah melayang.
Tapi mana bisa kesempatan disia siakan begitu saja. Aku menempelkan tangan di bagian perut samping, eh dia malah tarik ke depan dong. Akhirnya kedua tanganku bertemu di depan perutnya.
👮Nah. Gini kan lebih enak. Sama sama anget.
Dan saat itulah puncak kegilaanku terlampaui. Sayangnya helm ku full face. Aku tak bisa mencium aroma bahunya. Betapa sayangnya itu. Tapi disamping itu rasa nyaman mengalahkan segalanya. Bahkan aku yang tadinya takut motorku dibawa orang kini jadi bodoamat.
Rasa yang belum pernah aku temukan dan rasakan ini membuat aku tak bisa berkata kata. Jaketnya yang tipis membuat kehangatan begitu terasa di perutku. Sampai akhirnya aku melepaskan pelukan itu dan mengambil hp di saku. Takut tidak kuat malah ketiduran kan bahaya.
Untung saja dia tidak berkomentar.
Hingga kami sampai di alun-alun pukul 9 lewat dan masih ramai. Kami duduk di sebuah warung bubur yang biasanya buka sampai pagi. Tapi sepi tanpa pembeli.
👮Tadi udah makan belom kamu mas.
Tanya dia tersenyum manis bagaikan madu tumpah ke toples gula dan dituang ke buah kurma. Astaga...
👲Sudah kok. Tapi haus.
Jawabku dengan pancingan manja manja.
👮Tak pesanin bubur sama teh manis ya?
👲Emm.. iya.
Aku menjawab agak ragu. Tampaknya dia sudah hafal dengan penjual bubur itu.
👮Atau mau milih sendiri.
Tambahnya. Akupun jadi makin ragu dan sungkan.
👮Wes to mas. Anggap aja kita keluarga. Jangan malu malu gitu.
Tampaknya dia bisa membaca pikiranku lewat gerak gerik mata.
👲Sudah mas. Bubur aja. Nanti takut kekenyangan.
Jawabku agak pelan. Apalagi penjualnya masih berdiri disamping meja kami. Setelah dimintai pesanan akhirnya ia kembali ke dalam.
👲Sampean udah biasa makan disini ya mas?
Tanyaku membuka pembicaraan.
👮Iya. Makanya penjualnya sudah hafal. Warung ini kan sudah puluhan tahun. Dulu waktu aku masih SMA sudah ada, tapi jual mie ayam.
👲Wa.. pantesan.
Yahh.... Apa yang kuharap bisa tercapai walaupun awalnya sudah menyerah. Tapi ketika aku mulai tidak berharap justru apa yang kuinginkan terjadi lebih. Tapi aku akan berusaha agar hubungan kami tetap berkawan walaupun kedepannya ada sebuah masalah yang membuat aku jatuh. Sebuah kebohongan hanya demi kebersamaan.
Halaman yang ini cukup sedikit aja ya. Selanjutnya aku mau yang lebih banyak sambil mengingat kejadian yang sudah dilalui oleh dua Agus.
Komentar ya jika ada kesalahan atau vote buat dukungan karena ternyata tiba tiba banyak yang baca. Aku jadi semangat.
B e r s a m b u n g
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA NAMA
Short StoryKisah asmara pelangi yang melibatkan dua lelaki bernama sama. Agus dan Agus adalah seorang bos dengan karyawan.