Rasa 16

582 28 0
                                    

Azki Maullana

Seorang anak tampan seusia denganku.
Dahulu dia mempunyai masalah yang begitu berat.  Orangtuanya bercerai karena ayahnya yang sudah tidak setia pada ibunya.  Beberapa tahun kemudian ibunya menikah dengan lelaki pilihannya. Namun setelah beberapa tahun kemudian ibunya meninggal karena penyakit diabetes tinggi.

Dia ikut bersama bapak tirinya yang sangat baik. Kehidupan mereka berubah setelah beberapa tahun. Kebahagiaan dua orang ini sulit ditemukan diluar sana. Dia sekarang sudah pindah ke rumah bapak tirinya.  Bapak tirinya yang bernama Wawan Suharmadi.

Pak Wawan kerja di kantor perairan kota ini.  Dia berperawakan gagah, sedikit kekar dan simpel. Wajahnya  bersih dengan kumis tipis rapi. Tatapan matanya begitu berwibawa. Azki beruntung punya bapak tiri yang tampan dan baik. Kini entah bapak kandungnya ada dimana.

Aku membuka jaketku dan kulepaskan. Entah mengapa dia memintaku melepaskannya. Namun tak lama setelah itu, dia kembali memelukku dengan erat. Tanpa basa basi ia seperti sedang memanjakan aku.

Entah mengapa aku nyaman dibuatnya. Aku tak berkata apa apa saat itu. Yang kurasakan hanya pelukannya yang erat.  Tampaknya dia benar benar khawatir dengan keadaanku.

Malam itu keanehan terjadi lagi. Aku dan Azki tidur berpelukan sampai pagi. Aku mendapat perlakuan yang kudapat dari bapak dan mas Agus saat mereka memelukku. Rasanya seperti ada sesuatu yang terulang.  Azki memelukku dari samping dan menindihkan satu kakinya di kakiku. Satu tangannya berada di dadaku.

Aku berfikir negatif.

Jika kupandang wajahnya benar benar menggemaskan. Aku mencoba meraba pipi kanannya yang halus dan bersih. Dia masih terlelap di alam mimpi.

Kupandang seksama wajahnya yang tampan itu. Aku memiringkan badan sehingga kami berhadapan. Kuletakkan tanganku di pinggangnya seperti yang kulakukan pada mas Agus dulu. Kali ini rasanya memang beda. Apalagi si Azki punya badan yang lebih kecil dari mas Agus. Namun aku merasa kenyamanan yang cukup.

Kuraba pinggangnya dan perut sampingnya.  Entah mengapa aku tertarik menyentuh bagian intimnya. Rasanya jadi penasaran. Lalu tanganku meraba rabanya. Terasa empuk di bagian dalam karena si burung lagi tidak berdiri. Terasa begitu jelas bentuknya yang sangat menggoda. Memang tak begitu jelas karena terhalang celana panjang dan celana dalam.

Tanpa sadar ternyata si Azki sudah bangun. Dia hanya diam saja dengan perlakuanku. Aku jadi malu karena lancang.

👲Emmm.. maaf Ki!

Kataku sambil melepaskan sentuhanku di burungnya.

👨Kalau suka lanjutkan aja. Jangan malu.

👲Kamu nggak risih?

👨Nggak?

👲Kucoba lagi ya?

👨Iyak..

Dengan izin Azki, aku mengulangi perbuatanku tadi. Dia memang diam saja. Aku tak paham apakah dia menikmati atau sekedar menghiburku saja. Lalu kucoba lebih dalam lagi.

👨Kalau mau lanjut, kita mandi dulu ya. Aku nggak yakin kalau tubuhku masih bersih.

👲Aku juga, Yaudah mandi dulu. Tapi.. kamu nggak kerja?

👨Ada yang mengganti selama 5 hari. Aku libur dari kemarin

👲Yaudah. Ayo.

Aku dan Azki beranjak mandi. Aku lupa saat itu jam berapa. Tak lupa kusiapkan sarapan dahulu supaya perut terisi.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang