Rasa 28

453 21 0
                                    

Perjalanan kami tidak memerlukan waktu lama.  Walaupun aku belum pernah kesana, namun jalan yang dilalui tidak ada masalah apapun. Ditambah perjalanan malam biasanya lancar lancar saja. Kami sampai pukul 9 malam.

Tibalah aku dirumahnya yang sederhana.  Sebuah rumah kecil yang cocok untuk ditinggali satu orang.  Di sekitar rumahnya sangat ramai. Mulai dari aktifitas berbagai mesin dan suara kendaraan di jalanan.  Apalagi letak rumahnya mepet dengan jalanan.  Disampingnya sudah ada rumah lagi berdempetan. 
Keadaan penduduknya sangat padat.

Aku langsung diajak masuk setelah cuci tangan di luar.
Ruang tamunya cukup simpel dan unik.  Ada sebuah lorong menuju ke dapur, kamar mandi dan kamar tidur.  Semuanya serba rapi.  Aku jadi punya rencana membuat konsep baru untuk tatanan rumahku.

👲Jam segini kok masih rame sih mas disini?

Aku membuka obrolan.

👦Iya. Nanti kalau udah jam jam 12 jadi sepi. 

Memang disekitaran situ ada sebuah bengkel yang buka sampai malam, serta beberapa tempat yang kedengarannya masih menghidupkan mesin.

👦Capek nggak?

👲Nggak terlalu sih. Cuma pegel aja di tanganku.

👦Tapi kalau kamu kerja jalannya jauh nggak?

👲Nggak kok, cuma 2km aja. Itupun kalau aku lewat jalan besar,  kalau lewat pintasan cuma 900 meter an.

👦Oh gitu.

👲Iya

👦Tapi kok jadi bingung ya, mau ngobrol apa.  Soalnya sudah bicara lewat chat terus.

👲Iya ya mas. Aku juga gitu.

👲👦😃😃😁😁

👦Yaudah bentar aku ke dapur dulu.

👲Aku ikut boleh?

👦😆😆😆Yaudah ayo.

Mas Kris menuju ke pintu paling ujung di lorong kemudian membukanya.  Disinilah dapur rumah itu.  Cukup modern karena peralatannya sudah menggunakan listrik semua. Aku sedikit mengamati bagian bagian dapur itu.

Sungguh menginspirasi aku untuk merubah tatanan rumahku.  Begitu simpel dan rapi namun terlihat tak biasa.

Aku duduk di sebuah sofa dekat pintu keluar.  Mas Kris sibuk dengan kompor, entah jam segini mau masak apa. Aku tak banyak berkomentar.

Tak lama kemudian ia suguhkan segelas teh untukku. Setelah itu kembali ke dekat kompor.  Aku hanya melihat lihat status di WhatsApp.

Walaupun aku sudah membiasakan diri untuk tidak merasa sakit saat melihat mantan bersama orang lain, namun aku tak bisa bohong.
Ketika aku lihat statusnya yang menggambarkan kebahagiaannya, aku merasa sedikit panas.  Apalagi dia tidak pernah membuat status seperti itu saat bersamaku. Jangankan berstatus bareng, foto bareng saja tidak pernah.

Tapi apalah yang kupikirkan itu.  Tak ada faedah sama sekali.  Lebih baik kuhapus saja nomernya.

Aku yakin bisa mendapatkan yang lebih baik dan jujur.

Malam malam mas Kris mengajakku makan. Walaupun aku tidak lapar gara gara melihat status mantan, tapi aku harus menghargai karena dia sudah repot repot masak di malam hari.

Akhirnya kami sama sama makan. 

Dengan sesekali kuperhatikan ketika dia makan dan mengunyah, terlihat sopan dan berhati hati.  Semenjak kami makan cilok di pantai tadi, aku sudah sesekali memperhatikan saat dia makan.
Entah mengapa aku suka melihat orang makan. Rasanya imut gitu. 😂😂😂

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang