Rasa 90

321 21 18
                                    

ᗩᗪᗩ ᗩᑭᗩ ᗪᗴᑎᘜᗩᑎ ᗷᗩᑭᗩKKᑌ Yᗩᑎᘜ TIᗷᗩ TIᗷᗩ ՏᗩTᖇᑌ ՏᗴTᗴᒪᗩᕼ ᗩKᑌ ᑭᑌᒪᗩᑎᘜ ᗪᗩᖇI ՏᑌᖇᗩᗷᗩYᗩ?

🇴 🇴 🇴 🇴 


Mungkin cerita kali ini aku akan meng skip sampai kami sudah ada dirumah karena sudah terlalu lama.

Seperti yang kuceritakan kemarin, aku sampai dirumah tanggal 30, hari Kamis.  Aku segera pulang setelah mampir dirumah mas Agus setengah hari.

Dirumah, aku jadi kecapekan sehingga tidak membuat catatan apa apa untuk bahan cerita. Yang jelas, aku harus bersih bersih segala macam dan mengembalikan barang barang ke tempat semula setelah kurapikan dan kutinggal 10 hari.

Tak lupa aku juga mengabari orangtua jika aku sudah ada dirumah. Mereka dengan senang mendengar kabar itu walaupun aku tidak langsung pulang ke rumah mereka.

Aku masih harus menata benda benda yang kususn rapi di dalam satu ruangan supaya lebih mudah jika mengembalikan.  Ternyata tak semudah yang kubayangkan. Aku perlu waktu sampai satu hari untuk mengurus segalanya.

Setelah melewati hari Jumat, aku masih diperbolehkan istirahat dirumah oleh mas Agus dan masuk hari Senin saja.  Akhirnya di hari Sabtu dan Minggu kuhabiskan dirumah orangtuaku karena dalam waktu 10 hari ditinggal, rasanya seperti bertahun tahun tidak bertemu.

Setelah aku menghabiskan waktu istirahat sehari dirumah untuk menyesuaikan diri setelah berhari hari di ruangan dingin terus menerus,  akupun pulang ke rumah orangtua hari Sabtu pagi sekitar pukul 7.

Aku disambut oleh bapak dan ibu dengan pelukan hangat karena jujur saja baru kali itu ditinggal jauh jauh.  Apalagi ibuku harus segera berangkat kumpulan RT jam 8.

Entahlah, aku juga tidak tahu. Kenapa setiap pulang pasti ibuku kumpulan.

Akhirnya aku dirumah berdua bersama bapak hingga jam 12 siang nanti.

Hubunganku dengan bapak masih seperti yang dahulu.  Suka bercanda, dan selalu nyambung saat mengobrol santai.

Tapi satu hal yang tidak kutemukan dari bapak saat itu.

Entah mengapa aku tidak pernah merasakan kedekatan ku seperti sebelum sebelumnya. 

Pokoknya, seolah olah dia gak mengizinkan aku untuk lebih dekat dengan dia.
Bahkan untuk menyandarkan diri di pundaknya saja aku tidak bisa. Dia selalu menghindari sesuatu yang berbau intim dengan aku.

Padahal sebelumnya, dia masih biasa saja dan tidak ada perubahan seperti ini.
Aku dapat merasakan perbedaannya dengan jelas.

Seperti ketika aku sedang berdua seharian dirumah, bapak seakan akan tidak menganggap aku seperti dulu. Bahkan aku diperlakukan seperti tamu, bukan seperti anaknya yang masih manja. 

Saat itu aku masih diam saja. Mungkin karena memang bapak sedang banyak pikiran dan selalu pengen serius.  Tapi, sampai malam tiba, bapak juga masih tetap seperti itu.

Seolah olah dia sudah melupakan apa yang pernah kita lalui kemarin.

Sekarang aku jadi kepikiran dan tidak bisa tidur.  Pikiranku selalu mengandai andai kalau bapak ada di kamarku dan tidur berdua disini.  Tapi kenyataannya tidak begitu.

Sampai larut malam aku pun belum juga bisa tidur dan ditambah hati yang rasanya tak karuhan malah membuat aku menangis sesenggukan sambil menutup muka dengan selimut.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang