Rasa 66

405 29 4
                                    

Permainan demi permainan dengan media mulut dan tangan sudah kami lakukan.  Seperti kucing yang diberi ikan asin, kami tidak melewatkan satu kesempatan pun untuk menjamah bagian tubuh.

Kini dia sudah bersiap untuk memasukkan batang yang sudah mengeras sedari tadi.
Dengan posisi yang tidak berubah dari tadi.  Sebelum melakukannya, ia memasang pengaman terlebih dahulu.  Awalnya dia tidak mau menggunakannya, namun aku meminta agar permainan lebih aman.  Lagipula untuk apa membeli pengaman jika tidak dipakai.

Aku semakin penasaran dengan permainan orang ini.
Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah kepuasan saja. Tanpa memikirkan akibatnya nanti.

Memang percobaan pertama membuat aku kesakitan karena belum licin.  Setelah kedua dan ketiga, masuklah batang berbungkus itu.  Tidak ada yang berbeda. Rasanya sama saja.
Sebuah perasaan yang sebenarnya menyakitkan namun dipaksa untuk dinikmati sehingga terciptalah kenikmatan palsu.

Dengan perlahan ia maju mundurkan badannya sehingga keluar masuklah batang keras itu.

Aku dibuat hampir menangis dengan rasa yang pastinya kurang enak. Ia seakan tahu jika aku sedang tidak merasa nyaman.

👨🏽Ayo... Nikmati dengan santai...
Yang rileks..... Rasakan burung bapakmu ini... Katanya suka sama bapakmu.....

Kata kata itu terdengar lagi.
Ketika kulihat wajahnya memang tidak bisa membayangkan yang lain. Apalagi hubungan kita juga baru sekali.  Aku hanya mengandalkan kemiripannya dengan bapak untuk menenangkan supaya aku bisa rileks dan tidak kesakitan.

Alhasil, aku mulai merasakan sesuatu yang beda dengan genjotan itu. Walaupun rasa sakit tetap ada, namun kali ini aku sudah bisa menikmati.
Kupejamkan mataku dan menggigit bibir merasakan sesuatu yang menghujam keluar masuk dan sesak.

👲Ayo pak.... Rasakan tubuh anakmu ini pak... Puaskan diri bapak dengan tubuhku.. aku suka...

Kata demi kata ku ucapkan berselang sambil memaksa diri membayangkan bapak yang sedang bersamaku saat itu.

👨🏽Iya nak... Bapak juga suka..

Jawab pak aman dengan mendekatkan kepalanya.  Ia juga meraba raba dadaku dengan lembut sampai ke perut.

Goyangannya yang pelan membuat aku semakin merasakan enaknya. Aku tetap menutup mataku.

Pikiranku juga salah, kupikir dia akan bermain brutal seperti apa yang ia lakukan kepada tubuhku. Namun untuk yang ini, dia masih tetap lembut dan pelan sesuai sifatnya.

Dia juga membelai rambutku dan pipiku dengan lembut lalu mencium pipiku kanan kiri.
Setelah itu ia lanjutkan menghujamkan batang itu.

Semakin lama perutku terasa hampa dan basah. Aku tahu ini pertanda jika aku bisa menikmatinya.  Di sisi lain, aku memang tak bisa membayangkan jika yang melakukan itu adalah bapak. Namun dia mampu memberikan semua itu.

Aku memang tidak kenal dengan orang ini sebelumnya. Namun, entah mengapa aku merasa yakin jika dia orang baik.  Melihat dari penampilannya yang tidak aneh aneh serta wajahnya yang berwibawa menjadikan hati ini yakin begitu saja.

Puluhan menit dengan berbagai posisi sudah dicoba. Sampai akhirnya dia mencapai puncaknya dan ambruk di atas tubuhku.  Aku tidak bisa merasakan berapa banyak air yang ia keluarkan karena terbungkus pengaman. Namun kedutan dan desahannya menandakan jika cairan sperma itu banyak.

Dia menindih tubuhku cukup lama sampai burung yang semakin melemas terlepas dengan sendirinya. Ia tertawa saat merasa burungnya lepas.

Setelah itu, ia masih mencium pipi kanan kiri dan dahiku.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang