Rasa 63

360 26 10
                                    

Setelah melewati candaan yang tentunya tidak ada faedah itu,  mas Agus mulai meraba raba badanku dari bawah sampai ke pipi.
Hal itu membuat burung yang dari tadi hampir tidur menjadi bangun kembali.

Mas Agus juga memasang muka dengan ekspresi yang bikin aku berfikir dua kali untuk tidak memandangnya.

Rasanya ingin mencubit pipinya dan bibirnya yang manis itu.  Namun aku tak boleh seganas tadi karena mas Agus baru saja mengalami klimaks.
Sudah pasti dia tak segairah tadi walaupun dirangsang.

Dengan rabaan di badanku itu, aku sudah mulai merasakan ketidakberesan di dalam tubuhku. Aku ingin memeluknya dan menciumnya seperti tadi.
Namun hal itu telat kulakukan.  Dia sudah lebih dulu melakukannya.

Ciuman mendarat di bibirku walaupun tidak seganas tadi, namun aku masih bisa menikmatinya.

Aneh sekali, ia membersihkan sisa sisa sperma dia di dagu dan bibirku dengan bibirnya.  Namun aku hanya bisa menikmati perlakuan itu.

Tak ingin menunda nunda, ia langsung menuju bagian bawah dan membuka celanaku.
Persis seperti yang ku lakukan padanya tadi, dia langsung membasahi batang ku dan melumat habis sampai masuk dalam mulut total.  Hidungnya menyentuh bagian bulu yang sudah agak menebal.

Aku merasakan geli yang luar biasa sampai menutup mata dengan tanganku.

👲Huuuuuhhhhh.........

Aku menahan geli itu.  Apalagi ketika dia terbatuk dalam keadaan disumpal batangku.  Rasanya seperti dimasukkan ke dalam ruang bergetar.

Setelah semuanya basah, dia menarik turunkan kepalanya tanpa melepas dahulu burungku.

Yang kurasakan hanya licin, hangat, geli, dan enak.  Kupejamkan mata supaya lebih menikmati rasa itu.

Jarang kali ada orang seperti dia yang masih memikirkan kepuasan pasangannya.
Kebanyakan dari cerita orang orang, jika seorang pasangan sudah puas, maka tidak akan mengulangi ataupun memberi kepuasan pasangannya lagi.
Menurut dia, perlakuan yang membuat dia puas, pasangannya juga ikut terpuaskan.

Tapi tidak dengan mas Agus.   Belum juga ada lima menit istirahat, langsung meminta aku menyiapkan diri untuk gantian ia puaskan.

Seandainya dia punya istri. Alangkah senangnya jika mendapatkan perlakuan seperti ini.

Sudah cukup lama ia menaik turunkan kepalanya. Kadang dia sandarkan di perutku dan sedikit menggunakan bantuan tangan.
Sesekali dia memasukkan sampai menyentuh bagian dalam sampai tersedak.

Namun, kenapa sekarang aku tidak tersedak jika melakukan hal itu ya?
Bahkan kadang hampir masuk lebih dalam lagi dan terasa sesak. Namun aku biasa saja.  Tidak terbatuk batuk seperti awal awal melakukan dulu.

Entah berapa lama dia bermain dengan burungku, setelah cukup basah, ia mainkan dengan tangan.
Jujur saja setelah dia memakai tangan, aku lebih merasakan keenakan.

Setelah sesaat, aku pun tidak bisa menahan permainan lagi.

👲Hampir mas...

Ucapku sambil menyentuh pundaknya.

Dia mengangguk dan mempercepat permainan dengan tangan sambil memasang mulutnya di ujung burungku.

👲Mas.. kamu mau minum yaa?.... Ehhh... Aduhhhhh....
Huuuhhhh...Huuhh..hhuuhhh....

Belum selesai aku bertanya, namun telat sperma itu sudah menyemprot ke dalam mulutnya sampai tetes terakhir.
Padahal aku awalnya mau mencegah jika dia meminumnya.
Entah mengapa aku merasa tidak sopan jika harus kencing di mulut orang dewasa.
😅😅😁

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang