Rasa 19

487 29 0
                                    

Aku dan mas Agus masuk ke kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat.  Tubuh mas Agus juga nampak basah sebagian membuat aku agak tergoda melihatnya.  Aku duduk bersandar di bak mandi dan mas Agus kembali jongkok di depanku. Dia meraih burungku dan melahapnya lagi.

👲Katanya mau pakek tangan?

👮Mwwwhhh... Emm... Pengen lagi pas lihat punya kamu masih berdiri.

Kata dia sambil melepaskan burungku dari mulutnya. Tak lama kemudian dia memasukannya lagi. Kadang dia tekan kepalanya sendiri sampai terbatuk,  tapi seakan tak menghiraukannya.

Sesekali dia menggunakan tangan untuk bermain namun lagi lagi dimasukkan dalam mulutnya yang licin dan hangat.  Aku pasrah saja menerima perlakuannya yang seakan menghidupkan gairahnya lagi.

Karena terlalu bernafsu, aku melepaskan diri dan turun, lalu mencium dan melumat bibirnya yang basah karena air liurnya sendiri.  Terasa agak asin, mungkin asalnya dari burungku yang sudah terlalu lama dimainkan tapi tak kunjung tiba.

Setelah itu, dia melanjutkan aksinya lagi. Aku memandang wajahnya dari atas tak menyangka dapat servis dari seorang pria setampan dia. 

Setelah beberapa menit berlalu, aku pun sudah tidak tahan dan hampir keluar.  Rasanya orang ini semakin tampan jika kulihat.

👲Hampir mas...

Ucapku memberitahu padanya yang masih bermain dengan mulut.

👮Hmmm..

Ia menjawab tanpa melepas burungku dari mulutnya, justru dipercepat gerakannya.

Hingga sampailah aku pada puncak dan mengeluarkan sperma di mulutnya. Tak kusangak dia langsung menelannya walau sempat batuk dan muntah. Tak berapa lama ia mengusap bibirnya yang sangat basah dan berkilau akibat sperma bercampur liurnya.

👲Kamu telan mas?

👮Iya. Sayang dibuang buang.

👲Emang enak?

👮Nggak.. ehehehehe....

👲Kenapa nggak dibuang aja?

👮Ya biar sama sama adil. Kemarin punyaku juga kamu telan.

Setelah itu kami memutuskan untuk mandi.  Malam malam kami mandi pakai air dingin karena sama sama malas memanaskan air.

Kami saling menggosok dengan sabun sekujur tubuh.  Badannya yang berlumuran sabun dan basah terlihat sangat menggiurkan.  Aku juga sempat mengusap pipinya yang halus pakai sabun.  Mas Agus sibuk dengan leher dan dadaku untuk ia sabuni.

Wajahnya cukup bersih, tanpa bulu apa apa kecuali kumisnya. Rambutnya dipotong rapi tapi tidak norak.  Rasanya ingin mencium bibirnya lagi. Tapi karena muka kami sudah bersabun, takutnya malah makan sabun.

Kami berpelukan untuk meratakan sabun di bagian dada dan perut. Sambil berpelukan kugesek gesekkan badan perlahan di badannya.  Kemudian adu punggung untuk meratakan sabun juga.

Sampai akhirnya kami selesai mandi.  Setelah berpakaian, aku menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam.  Mas Agus mengikutiku ke dapur lalu mengambil segelas air putih dan meneguknya.

Saat itu aku sedang memotong kubis untuk isian telur dadar.  Tiba tiba dia memelukku dari belakang dengan mesra.  Aku jadi merasa dingin yang menusuk saat dia menyandarkan dagunya di pundak ku.  Dengan mesra dia juga mencium leher sampingku.

Tinggi badan kami sama.  Jika dilihat lihat, aku dan mas Agus tampak seumuran walaupun sebenarnya beda 10 tahun.  Mas Agus memang awet muda.   Bisa dibilang kakak adik jika ada yang melihat.   Di usiaku yang ke 22, aku juga merasa sudah kelihatan sedikit tua.  Makanya kami bisa kelihatan seumuran. 😀😀😀

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang