Rasa 26

431 30 0
                                    

Uhuy..

Sudah beberapa hari aku tidak membalas chatnya. Kemarin masih ia kirimi pertanyaan mengapa aku tak membalas pesan dan mengangkat telepon. Namun dua hari ini tak ada chat dan telepon darinya sama sekali. Semakin dibuat sedih olehnya.

Apalagi sekarang dia lagi liburan, pasti banyak waktu untuk berduaan dengan lelaki itu. Hatiku semakin panas saja tiap hari. Ditambah aku juga lagi kepikiran bapak yang sampai sekarang belum juga mau chat atau telepon. Paling tidak tanya kabar anaknya yang ada disini.

Kenapa sih, kehidupan seperti itu gampang bahagia tapi gampang kecewa juga?

Jujur saja sebelum mas Agus datang, aku sempat berhubungan dengan seseorang. Dia sangat baik dan penyayang. Namun sekarang dia sudah menikah. Saat dia menikah, disaat itu pula aku sedang sayang sayangnya. Sekarang anaknya sudah berumur hampir satu tahun.

Dengan rasa kecewa dan tangisan, kupaksakan ikut merasa bahagia atas pernikahan dia bersama jodohnya.

Namun walaupun sakit, tapi dahulu tak segalau sekarang karena masih bisa bersanding bebas dengan orangtua, bercanda ria dan rukun. Jadi masalah hati bisa cepat terobati.

Sekarang entah bagaimana. Siapa yang harus kupercaya? Siapa yang harus kumintai bantuan, dan siapa yang bisa merangkul ku lagi? Aku tak tahu lagi harus bagaimana.

Suatu ketika aku berjalan jalan di sebuah lapangan, kupikir hatiku bisa tenang karena melihat pemandangan luas dan gedung gedung tinggi. Tapi ternyata tidak.

Hal yang kutakutkan benar benar terjadi.

Entah mengapa aku melihatnya secara langsung, mas Agus duduk santai di rumput lapangan bersama orang yang kemarin dia antarkan.

Aku benar benar tak menyangka tuhan akan menunjukkan secepat ini. Ketika di lapangan aku hanya bisa menahan emosi dan tangisan hingga sampai di rumah.

Tapi kenapa?

Kenapa orang yang baru saja membahagiakan aku, sekarang menyakitiku? Kenapa hidup ini seperti sinetron? Apakah orang kaya memang tak cukup satu pasangan saja? Tapi aku tak mau jika harus berbagi rasa. Kenapa dia berubah secepat itu? Ada apa sebenarnya? Apakah dia di guna guna?

Bangsat......!

Aku melemparkan sepatu pemberiannya ke sebrang jalan dan masuk ke parit depan rumah orang. Apalagi cincin itu, kulepas dan kulemparkan jauh jauh supaya tak dapat ditemukan lagi.

Ini bukan prank lagi seperti kemarin. Bahkan dia berani post foto berdua di Facebook nya dengan caption ''My Day''

Aku jadi tahu nama orang itu dari Facebook saat berkomentar di postingan itu. Namanya Sandi Sastiawan. Dia berkomentar, ''iya. Apalagi dgn suasana yg mendukung'' disertai tiga love warna hijau.
Masih sedetail itu kuingat.

Orang yang kupikir bisa dipercaya ternyata semudah itu mendua. Ini bukan lagi kubuat buat.
Memang semenjak pertama aku melihat si Sandi, rasanya sudah ada firasat tidak enak.

Dan firasat itu benar benar terjadi.

Ini bukan prank prank lagi. Dia sudah jelas beralih bersama Sandi.

Dia adalah orang kedua yang sudah menyakiti hatiku. Walaupun aku tak tahu siapa yang memulai, namun bagiku sama saja. Mereka sudah menyakiti aku.

Sisa sisa hari liburku sudah tak berasa lagi. Aku hanya tidur dan makan sedikit. Menanak beras satu gelas saja tak habis satu hari. Kadang kau hanya minum kopi dan seharian tak makan apa apa. Sudah lupa dengan rasa sakit yang biasa kuderita ketika lalai menjaga kesehatan.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang