Rasa 6

1K 40 0
                                    

Memang rasanya cerita ini begitu  cepat. Namun, sebenarnya ada banyak hal yang sengaja tak kutulis karena aku sudah lupa kejadian persisnya. Jadi kutulis seingatku saja. Apalagi kami sudah melalui berbagai hal selama kami  bersama.

Pagi itu kami bangun jam 8 lewat. Namun ia yang lebih dulu bangun. Sepertinya dia segera mandi. Aku yang mendengar gemerisik air di kamar mandi segera bergegas ke dapur untuk menyiapkan kopi di pagi hari. Tak lupa kubuka rice cooker memastikan jika nasi yang kumasak tadi sore masih baik baik saja dan dapat digunakan sarapan.

Aku menuju keran belakang rumah untuk cuci muka dahulu lalu memasak tumis sayuran untuk sarapan. Ternyata mas Agus lumayan lama di kamar mandi. Saat aku hampir selesai masak, ia baru usai. Wajahnya yang segar tampak menawan beserta kemeja hitam yang ia kenakan. Baru kali itu aku menyiapkan makanan untuk orang lain. Serasa rumah tangga saja.

Ternyata dia juga memiliki kebiasaan buruk. Sebelum sarapan pasti minum kopi dulu. Walaupun akhirnya kami sarapan bersama.

👮Pintar masak kamu ya...

Pujinya waktu kami lagi makan.

👲Itupun karena bantuan bumbu instan. Kalau harus meracik mungkin gak enak.

Jawabku merendah. Padahal dama saja. Biasanya juga pakai ulekan untuk membuat bumbu. Namun jika terburu buru suka pakai bumbu instan.

👮Kamu nggak pusing kan,  begadang semalem?

👲Udah terbiasa mas. Kadang juga nggak tidur kalau libur.

👮Ngapain aja?

👲Main game, nonton tv, chattingan

👮Jangan gitu lah. Gak baik buat kesehatan mata. Tapi... Nggak ada rencana pulang kerumah ibumu kalau libur gini?

👲Kemarin udah beberapa kali sih.

👮Oh.. jangan sampai tidak ya. Walaupun sebentar kamu harus menengok orangtua.

👲Iya mas. Tapi kenyangin lah makannya, masa banyak makanan kucing ngambilnya.

👮Ya terbiasa juga. Kalau sarapan emang dikit. Tapi ya nggak banyakan makanan kucing juga sih.

👲Maaf ya kalau cuma seadanya hihihihi....

👮Gini aja aku jarang kok. Biasanya kulit melinjo, daun singkong, sama tempe. 😁😁😁

Ternyata indah jika kita keturutan bisa membuat masakan untuk orang yang kita suka dan dipuji. Serasa bisa membuat replica Lamborgini kayak yang pernah viral.
😁😁😁

Setelah kami saling bergurau tipis, ia memutuskan untuk pulang. Jam menunjukkan pukul 10 ia bersiap siap meninggalkan aku lagi. Memang agak sedih. Tapi tak mungkin jika ia terus berada disini.

Hubungan kami saat itu masih seperti kawan. Tak ada apa apa dan selalu dihiasi candaan manis. Aku tak berharap lebih. Itu saja sudah cukup membahagiakan aku. Apalagi dia sudah pernah tidur dan makan di tempatku. Aku memesannya agar mengirim WhatsApp jika sudah sampai rumah.

Tapi ternyata ada sesuatu yang tertinggal. Baju dalam yang ia kenakan semalaman ternyata masih tergantung di gantungan baju kamar mandi rumahku. Sangat tidak mungkin itu punyaku.  Berarti selain jaket, ia masih menggunakan dua baju.

Hmmm....

Sungguh pelupa. Tapi tidak apa apa. Biarkan baju itu menjadi penggantinya karena dia sudah pulang. Apalagi baju itu dipakai semalam dan sudah dipastikan aroma badannya menempel.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang