Pagi yang sunyi, aku terbangun dan butuh waktu agak lama buat sadar kalau aku berada di tempat baru.
Ruangan yang sudah terang, suara suara aktifitas di luar dan berbagai suasana baru kudapati saat itu.
Sebelumnya, aku sudah memijit badan mas Agus semalam sampai dia ketiduran.
Seperti yang ia katakan tadi malam, ia sudah tak ada di kamar. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 8.
Artinya, mas Agus tidak membangunkan aku dan langsung berangkat.
Sebenarnya aku agak sedikit kecewa sih. Padahal semalam aku sudah ada niat menyiapkan bajunya, dan mencium tangannya saat dia berangkat.
Jujur...
Aku sangat sangat sangat jarang mencium tangan bapakku sendiri.
🤭Tapi, ya sudahlah.
Kupendam keinginan itu dahulu. Sekarang aku harus berusaha untuk mandiri di tempat baru itu.Di meja samping kasur juga sudah ada beberapa kotak makanan untuk aku sarapan pagi dan makan siang nanti. Mas Agus juga meninggalkan hp keduanya. Dia juga sudah bilang semalam.
Aku tidak nyaman berlama lama di kasur. Walaupun enak, tapi bukan punya sendiri. Lebih baik langsung bangun dan mandi saja.
Sungguh...
Susah banget membiasakan diri disana dengan alat alat yang serba listrik.
Sebenarnya aku sudah agak paham dengan cara penggunaannya, tapi entah kenapa aku yang terbiasa dengan serba manual, jadi kayak merasa kurang gerak saat memakai alat alat instan itu.Setelah mandi, aku mencoba membuka gorden yang tadi malam membuat geger itu. Ternyata cara bukanya mudah, hanya saja aku tidak paham.
Pemandangan diluar memang sudah pernah lihat dulu ketika aku berada di kota lain. Tapi pemandangan semacam itu tidak akan bisa untuk dilihat. Apalagi aku juga bisa melihat traffic kendaraan yang padat itu.
Sambil menikmati kopi instant dan bermain hp, aku duduk di kursi kecil dekat jendela.
Sembari teringat kejadian semalam yang membuat mas Agus panik, aku jadi tertawa sendiri.
Kok bisa sih jadi gitu?
Aku jadi merasa bersalah sampai sekarang walaupun mas Agus sudah berkata tidak apa apa yang ke sekian kalinya.Sebenarnya ingin jalan jalan ke luar tapi masih takut dan tidak tahu apa apa.
Nanti kalau mas Agus sudah longgar waktunya, aku pasti akan mencoba jalan keluar bersama dia supaya nanti aku berani keluar sendirian.
Jam demi jam kulewati dengan penuh rasa gabut.
Aku tinggal menunggu mas Agus pulang entah jam berapa.Jam juga menunjukkan pukul 1 siang.
Aku tidak berani menelpon dia karena tidak dipesan sama sekali bisa telepon atau tidak.
Itulah beratnya menunggu orang yang pulangnya tidak pasti waktunya. Waktu jadi makin terasa lama. Ditambah, aku tidak tahu mau berbuat apa selain main hp dan baca baca buku yang ada di dalam kamar itu.
Namun, ada satu yang pasti bakal enak kulakukan saat menunggu sesuatu dan bisa meng skip waktu, yaitu tidur.
Kebetulan kepalaku terasa berat dan angop terus dari tadi.
Akhirnya aku merebahkan diri di atas kasur tanpa selimut.Namun... Entah mengapa waktu benar benar terasa Ter skip.
Tiba tiba saja aku mendengar sesuatu yang sebenarnya tak terlalu berisik, tapi membuat aku terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA NAMA
Short StoryKisah asmara pelangi yang melibatkan dua lelaki bernama sama. Agus dan Agus adalah seorang bos dengan karyawan.