Rasa 97

282 20 6
                                    


ᗩKᕼIᖇᑎYᗩ ᗩKᑌ ᑭᑌᑎYᗩ ᘜᗩᑎTI.

Hehe...
Gak terasa aku ngoceh di wattpad udah 97 halaman ya ges yak..

Rasanya kayak baru beberapa part, eh ternyata udah hampir 100.

Tanpa basa basi lagi, langsung aja kita mulai ke story' lanjutan dari part 96.

...
...

Aku terbangun dulu  di saat pagi hari sudah datang. Saat itu bapak masih dalam keadaan memeluk aku sampai badannya terasa panas.

Sebelum dia terbangun, aku perhatikan wajah manis itu dengan seksama dan memandang lebih dalam dengan sosok yang sedang ada di hadapan mukaku itu.

Semua itu adalah wujud rasa syukurku karena tercipta dan dibesarkan olehnya.

Selagi melihat wajah bapak, pasti aku teringat oleh paman dan pakde ku yang wajahnya memang lumayan mirip.  Walaupun yang kembar bukan mereka, tapi tiga orang ini sudah dipastikan saudara kandung. Melihat dari kemiripannya, orang orang pasti langsung menebak mereka saudara.

Anehnya, banyak orang yang berkata aku lebih mirip paman daripada bapak.
Mulai dari mata dan bibir, aku lebih dimiripkan oleh pamanku.

Paman adalah saudara dengan badan paling tinggi diantara semua saudaranya. Akupun demikian. Lebih tinggi dari kakakku.

Sementara bapak bisa dibilang standar dengan bentuk kepala bulat dan rambut lebat.

Yang seharusnya terlihat galak itu malah bukan bapakku, tapi pakde ku.  Dia mempunyai struktur wajah tegas, alis tebal, dan mata tajam.
Tapi orangnya kalem, nggak banyak bicara, dan nada bicaranya pelan.  Justru bapakku yang terlihat kalem dari luar malah ganas di dalam.
🤭

Kalau soal pamanku yang kembar, jujur aku tidak mengetahui banyak hal dari mereka.  Kalau dilihat dari kemiripan sih emang mereka berdua bener bener mirip. Tapi mereka melenceng jauh dari kemiripan dengan bapak, pakde, atau paman Mahmudi.
Struktur wajah mereka berdua agak tirus dan mempunyai bentuk garis garis muka yang tegas, bibir kecil.

Kalau ditanya soal ketampanan sih tidak bisa diragukan.😁

Sebenarnya mereka juga baik. Tidak ada masalah apa apa yang terjadi diantara kita. Tapi karena terhalang jarak yang jauh, akhirnya kami hanya bisa berbicara lewat telepon. Itupun cuma sebulan sekali. Bahkan kadang tidak pernah.  Apalagi aku.

Eh...

Perasaan tadi aku masih ada di ranjang sama bapak ya..

Kok malah cerita kemana mana...

...
...

Setelah aku puas memperhatikan wajahnya, akupun mencium pipi kirinya sekali supaya dia terbangun. Tapi karena efek kelelahan atau apa, ia tidak langsung bangun bahkan setelah ku ciumi sampai berkali kali. 😁😁🤭

Kesempatan dalam ke ngantuk an...

😂😂😂

Ya sudah, karena kupikir dia masih ngantuk gara gara kelelahan seharian beraktifitas.  Lagian diluar juga masih gelap.

Namun, aku yang sudah tidak mengantuk lagi walaupun cuma tidur sekitar 3 jam, aku segera bangun.

Tapi saat itu ibuku sudah hampir selesai masak memasak di dapur. Tinggal menunggu matangnya nasi di rice cooker.

Aku duduk di kursi dapur dengan wajah yang masih dipaksa untuk berekspresi ceria setelah mengalami mimpi.

Ibuku segera memberikan segelas kopi panas yang diletakkan di meja dekatku.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang