Rasa 44 - Edisi Puasa

355 25 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ketiga ini aku mempunyai ide yang kurasa sedikit konyol namun memang sebenarnya harus kulakukan selalu.

Aku kepikiran untuk seharian nurut, patuh, dan tunduk pada bapak.  Hitung hitung supaya hari ini ada sebuah cerita yang dapat kutulis.

Pikiran ini muncul ketika aku habis subuhan dengan bapak. Setelah aku sedikit melamun kok kepikiran hal ini untuk cerita.
Buat latihan juga, semoga kedepannya lebih Istiqomah.
😁😁😁

Karena lagi puasa, aku tidak bisa membuatkan makanan kesukaan bapak.  Mungkin nanti jika buka puasa aku akan membuatkannya.

Bapakku tipe orang yang suka banyak makanan terutama makanan yang bisa dibuat sendiri seperti gethuk, pecel, punten, jadah, atau yang paling susah dibuat seperti wajik, jenang, dan dodol.

Tapi jujur saja aku tidak suka makanan makanan diatas kecuali gethuk saja. 😁😁😁

Setelah matahari mulai menyinari bumi, bapak mengajakku berolahraga supaya badan tetap sehat walaupun nutrisi yang diserap terbatas karena lagi puasa.
Aku mengiyakan dengan senyuman dan semangat.

Kami berolahraga tidak berat berat, hanya jalan jalan saja supaya terkena sinar matahari dan sedikit berkeringat.

Seperti biasa, bapak selalu ditanya  setiap kali bertemu orang. Terutama orang orang yang memang sudah kenal kami.

Aku juga jadi sedikit minder dengan penampilan bapak yang lebih sporty daripada aku. 😁😁😁

Ia mengenakan pakaian yang memang di desain khusus olahraga, sementara aku hanya menggunakan celana panjang warna hitam, kaos yang kupakai dari tadi malam dan sepatu olahraga saja.

Bapak memang sangat memilah Milah pakaian untuk digunakan kegiatan tertentu. Bahkan ketika ke WC pun, dia akan mengganti baju yang selalu digantung di dalam WC.
Dia bisa menumpuk lebih dari lima pakaian kotor per hari.
Untung saja dia selalu mencuci sendiri dan tidak sepenuhnya mengandalkan ibuku jika soal mencuci baju.

Ketika dirumahku, ia juga jarang meminta aku menyuruh membantu mencucikan bajunya.

Aku dan bapak pun sampai di tempat biasanya putar balik.  Disana juga sangat ramai orang sedang berolahraga atau orang orang berangkat kerja.

Aku juga tak sengaja ketemu dengan seseorang yang hampir kulupakan.  Dahulu kami juga ketemu saat berolahraga, kini bertemu lagi disini. Kali ini dia sedang bersama temannya yang kelihatannya seusianya.

Namun ada suatu kejadian yang tak kusangka terjadi pagi itu dan pastinya membuat aku keheranan sampai sekarang ini.

Bagaimana tidak heran setengah mati coba, ternyata bapak dan pak Satya sudah kenal dari dulu.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang