Rasa 35

448 30 1
                                    

Malam itu bapak kebingungan karena hp nya low bat sementara aku tidak punya charger dengan colokan micro B.  Akhirnya dia membiarkan hpnya mati. Aku meminjamkan hp lama ku supaya dia tidak jadi badmood.
Tak lupa aku menyembunyikan aplikasi wattpad supaya aman. 😁😁😁
Walau bagaimanapun juga aku tak pernah minta izin menulis disini.
Dasar maling..😂😂😂

Kami bersiap siap untuk pergi kerumah pak Mahmudi.  Jaraknya sekitar 10 km dari rumahku.

Setelah siap, kami pun berangkat.  Aku dibonceng oleh bapak.  Kangen rasanya dibonceng orang tua seperti dulu ketika berangkat sekolah.
Ternyata kecepatan berkendara bapak lebih cepat daripada aku. Over gigi nya juga lebih pelan dan nyaris tidak terasa tersendat.  Aku sangat bernostalgia dengan moment itu.  Dimana aku diantar sekolah setiap hari ketika awal awal SMP.  Terakhir aku dbonceng bapak sudah beberapa tahun yang lalu ketika aku sakit untuk diantar ke puskesmas.

Aku tidak mengira akan secepat itu sampai dirumah pak Mahmudi.

Aku melihat banyak sekali perbedaan disana. Mulai dari halaman hingga rumahnya yang masih dalam proses pengecatan.  Dulu rumahnya hanya standar saja. Sekarang sudah membangun dengan model baru.
Jujur saja aku sama sekali tak tahu kapan mulai bangunnya.

Aku disambut pak Mahmudi dengan rasa kangennya.  Katanya sudah 100 abad aku tak pernah mengunjunginya.
😁😁😁

Rumah itu sudah 90 persen jadi. Pantas saja dia sudah mengadakan syukuran. Malam itu tamu yang datang lumayan banyak. Kira kira 200 an orang yang dia undang.

Memang disana ada kebiasaan syukuran besar setelah rumahnya selesai dibangun.  Namun tidak mengharuskan pesta besar.  Beberapa orang juga mengadakan dengan seadanya saja.
Kata pak Mahmudi, itu adalah bentuk syukur karena berhasil membangun hunian baru.  Setelahnya, ia berbagi supaya orang orang di sekitar juga merasakan kebahagiaan keluarga yang baru saja membangun rumah.
Dia juga sebenarnya hanya mengikuti tradisi karena pak Mahmudi bukan orang asli disana.

Sampai jam 12 malam, suasana masih ramai.  Aku malah kedalam ruang tengah dan Mabar dengan keponakan dan teman disana. 😂😂😂

Setelah larut malam, tinggal tetangga dekat dan keluarga saja yang masih bertahan. Aku juga ketemu dengan ketiga pamanku yang lainnya.

Di tempat bapak juga ada tradisi seperti itu. Namun hanya syukuran kecil dengan begadang sampai pagi.  Ada beberapa sajian khas Jawa untuk dihidangkan tapi bukan syarat atau sesajen.  Hanya sebagai lambang saja.  Toh akhirnya juga dimakan orang.

Setelah jam satu malam, kini aku mendapat momen yang sangat berharga.  Bagaimana tidak berharga, saudara bapakku lengkap berkumpul disana.  Memang ada beberapa orang yang masih bergabung, namun bagiku itu adalah momen langka. Aku yakin  Pak Mahmudi juga merasakan hal yang sama.  Bahagia karena bisa mengumpulkan semua saudaranya.
Ya... Walaupun yang lain ada yang sudah terkapar tidur.  Siapa lagi kalau bukan saudara paling terakhir bersama bapak.
😁😁😁

Malam itu adalah sebuah pertanda bahwa diantara saudara saudaraku tidak ada perpecahan.  Mereka hidup dama walaupun jarang berjumpa.  Siapa yang tidak bahagia jika mendapat momen seperti ini.  Apalagi pak Mahmudi yang acaranya berjalan lancar dan saudaranya masih betah dirumah barunya.

Bapak yang tadinya tertidur akhirnya bangun dan bergabung dengan mereka.
Mungkin mau ditembuskan sampai pagi.
Pakde Juwadi sebagai saudara tertua malah banyak diam dan hanya ikut tertawa sambil sedikit menanggapi obrolan mereka.

Entah darimana inisiatif datang, bapak mengajak bermain karu.  Kartu yang berwarna hijau dan kecil kecil, aku lupa namanya.  Kebetulan pak Mahmudi punya kartu itu.  Akhirnya suasana menjadi lebih ramai.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang