Rasa 50 - Edisi Puasa

288 24 5
                                    

Aku menyambutnya dengan perasaan kagum karena penampilannya berbeda. Kali ini ia berpakaian lebih dewasa.
Senyumku seakan tidak dapat disembunyikan lagi.

Tak ketinggalan, bapak juga menyambutnya di teras.

Aku merasa sesuatu yang sempat terlupakan kini terasa lagi. Hatiku seperti bergetar. Apalagi saat kami saling pandang,

👮Gimana pak badannya?

Tanya mas Agus pada bapak saat mereka bersalaman.

👨🏻Alhamdulilah, sudah sehat mas.

Jawab bapak sambil menerima jabatannya.

👨🏻Dari rumah apa dari kantor?

👮Dari kantor pak.

👨🏻oh... Sini masuk aja.

👲Aku beresin alat cuci dulu ya.

Ucapku sambil mengibas ibaskan bajuku yang basah.

Mereka lebih dulu masuk dalam rumah, sementara aku membereskan alat alat di halaman yang masih berantakan tak beraturan.

Aku mendengar samar samar mereka berbicara di ruang tamu. Kadang bapak juga tertawa, entah apa yang diketawai.

Sedekat dekatnya mereka, aku tidak merasa cemburu sama sekali.  Justru aku berharap mereka jauh lebih dekat dan lebih leluasa untuk berbicara hal intim seperti aku dan bapak.

Mereka juga membicarakan pekerjaan masing masing. Aku menyempatkan diri untuk membersihkan badanku di tempat itu juga.

Setelah membersihkan badan, aku ikut mereka duduk bersantai.
Mereka sama sama melihat ke arahku karena rambutku masih basah.

👮Kamu mandi ya?

Tanya mas Agus kepadaku.

👲Iya tadi. Sekalian basah basahan.

👮Rajin ya.

👲😁😁😁Sebenarnya cuma karena lagi nggak ada kerjaan aja.

👨🏻Nggak ada kerjaan?  Pantes aja orang lagi tidur di ganggu.  Ternyata ada orang lagi kurang kerjaan.

👲Lha bapak sendiri kalau aku tidur juga suka gangguin kan?

👨🏻Itu karena sudah waktunya bangun. Kalau masih tengah malam kan nggak aku ganggu.

👲Tadi juga niatku mau bangunin bapak.

👨🏻Tumben? Ngapain di bangunkan?

👲Aku sudah kelamaan tidur dari pagi. Bapak masih tidur, aku jadi pengen gangguin biar marah.
😁😁😁

👨🏻Orang aneh. Sudah dibaik baikin malah pengen dimarahi.

👲Nggak tau kenapa aku kangen kalau bapak marah marah.

👨🏻Suka ngatain bapaknya aneh, dia sendiri juga aneh.

👲Bapak kan aneh, lha aku anaknya bapak. Berarti kan ada kemungkinan aku kena turunan.

👨🏻Heuuh..

Mas Agus hanya tertawa melihat dan mendengar kelakuan kami di depannya.

Aku dan mas Agus saling pandang. Di dalam hatiku ingin melepas rasa rinduku namun aku tahu, dia tidak akan mengeluarkan sikap aslinya di hadapan bapak.

Bapak berada di tengah tengah kami seakan memberi sebuah peringatan bahwa ini adalah bulan puasa. Tidak ada kemanjaan yang boleh dilakukan kecuali dengan keluarga sendiri.
Lebih baik melepas rindu secara natural.

👮Kamu belum kerja Gus?

Tanya mas Agus di sela sela kami saling memperhatikan.

👲Kayaknya besok sih.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang