Rasa 4 - S2

217 16 1
                                    

Kala itu aku terbangun tengah malam sekitar jam 1.  Setelah terbangun beberapa saat dan menyesuaikan pikiran dengan tempat, aku mencari keberadaan mas Agus yang sudah dalam posisi membelakangi aku.  Aku segera menempelkan tubuhku bagian depan ke punggungnya sehingga dia sedikit terusik dan menggerakkan sedikit badan.

Mukaku tepat berada di leher belakangnya dan hidungku menempel ke permukaan kulit yang lembut dan kenyal itu.

Rambutnya juga tercium harum sampo yang aromanya familiar tapi aku tidak tahu shampo apa.

Tanganku kutelusupkan di bagian bawah ketiaknya, lebih tepatnya di bawah lengannya.  Ia juga sedikit mengangkat lengan saat aku menelusupkan tanganku.

Akupun memeluk dia dari belakang meminimalisir rasa dingin yang kian makin terasa setelah beberapa saat aku terbangun.  Mungkin juga aku terbangun karena angin yang terlalu dingin itu.

Anehnya, walaupun kedinginan, aku tidak begitu selera menggunakan selimut. Justru lebih nyaman memeluk mas Agus dari belakang.

..

Ngomong ngomong soal tidur, mas Agus belum pernah ngorok saat tidur berdua bersamaku. Entah kalau memang dia tidak pernah ngorok.

Cuma kadang kadang dia suka bersuara yang mengagetkan seperti lenguhan atau suara suara seperti saat kita menanggapi seseorang misalnya, ''ha", "Hmm".

Itu hampir kudengarkan setiap kali aku tidur bersama dia.

Selebihnya, paling suka mendorong sampai ke tepi atau kakinya ditindihkan ke kakiku sampai mati rasa.

Dia juga bukan orang dengan tipe tidur satu posisi saja.  Mungkin, semalam bisa berpindah pindah posisi sebanyak mungkin.

..

Setelah sesaat aku menikmati badannya di dalam pelukanku, aku kembali tertidur sampai hp membangunkan aku dengan musik alarm soft tone supaya tidak kaget dan bangun dengan santai.

Tepat sekali kami bangun jam setengah empat kurang sedikit.

Biasanya aku selalu membuat alarm lebih dari satu untuk jaga jaga kalau tidak terbangun dengan satu alarm.  Tapi kali ini cukup pakai satu alarm saja langsung terbangun dengan segar.

Sebelum bangun dan bangkit dari kasur, ia menyempatkan diri memeluk aku terlebih dahulu dengan erat.  Kepalanya ia telusupkan di dadaku bagaikan seorang bayi hendak menyusu.

Setelah itu kami benar benar bangun dan duduk terlebih dahulu sebelum bangun.

👮🏻‍♂️Kamu mandi dulu aja.

Ucapnya sambil mengusap usap muka.

👮🏻‍♂️Kalau nggak sanggup dingin, cuci muka aja dulu. Nanti mandi dirumah. 
👮🏻‍♂️Kayaknya kamu nggak mungkin sanggup pakai air disini.

Tambahnya lagi.

Setelah dia keluar untuk siap siap, aku menuju ke kamar mandi dan mencoba untuk menyentuh air dan whalaa..

Kayaknya kalau dinginnya ditambah sedikit lagi sudah bisa dikategorikan sebagai es.

Aku tidak mungkin sanggup mandi dengan air sedingin itu.

Padahal kalau siang terasa segar, ringan, dan sedikit hangat. Tapi kenapa paginya jadi sedingin itu?

Aku memang setiap pagi selalu pakai air dingin kalau mandi dan selalu kedinginan. Tapi belum pernah menyentuh air sedingin itu

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang