Rasa 25 - S2

176 16 2
                                    


Mungkin cerita part kali ini nggak menarik.

Maaf, soalnya aku lagi kurang enak badan pas malam. 😁

Malamnya, setelah aku tahu penyebab bapak tadi kesal.

Terkadang, bapak memang sudah menceritakan keluhannya ke aku. Tapi nampaknya hal itu hanya berpengaruh sedikit baginya.

Makanya, dia lebih banyak bercerita pada ibuku.  Bahkan sesuatu yang ia tak ceritakan kepadaku. 

Jadi, kekesalannya tak hanya karena masalah menunggu lama di tempat pembelian bibit sayur, melainkan ada beberapa hal lagi.

Aku yang mendengarkan dan menyimak, hanya bisa berdiam diri sambil bermain hp.

...
...
...

Entah mengapa jika saat saat seperti ini, aku merasa kangen dengan mas Agus.

Ingin sekali melihat wajahnya walaupun hanya sekedar dari foto selfie atau video call.  Apalagi ketika mendengar lagu jawa yang syahdu, semakin ingat saja aku dengan sikap sikap baiknya dan tingkahnya yang membuat aku merasakan banyak rasa.

Tapi aku juga harus memahami situasinya.  Berulang kali dia mengirimkan foto proses pembangunan di Wonogiri yang kurasa semakin bagus dan berbeda dari yang sebelumnya.

Mas Agus juga sangat jarang berfoto diri sendiri dan dikirimkan ke aku.  Lebih sering melihat gambarnya di video call.

Walaupun setiap malam telepon, tapi kalau belum ketemu tetep saja kurang.

Tiap kali aku bertanya kapan bisa ketemu, jawabannya selalu "kapan aja bisa, terserah maumu kapan."

Kalaupun aku minta sekarang, pasti dia tidak bisa langsung datang. Lalu kalau aku minta besok, pasti dia memaksa pulang hanya untuk bertemu aku.

Itulah mengapa aku selalu membiarkan dia dan tak pernah menanyakan kapan pulang karena jawabannya sama.

Aku menahan diri supaya dia bener bener menyelesaikan kerjaan dan urusannya terlebih dulu.  Apalagi urusan yang menyangkut orangtuanya. Aku harus sebisa mungkin mengalah.

...
...
...

Hari ini Sabtu 3 Desember.  Aku pulang dari kerja langsung menyelesaikan kerjaan rumah yang agak tertunda karena tadi pagi aku bangun kesiangan.

Lagi lagi, hal yang membuat aku lemah terjadi lagi.

Aku belum bisa ketemu dengan mas Agus.  Padahal aku berharap ketika kerja aku dapat melihatnya sehingga menambah semangat aku untuk melalui siang yang panas dan melelahkan itu.

Ketika chat di toko, ia mengabarkan kalau masih ada disana.  Hitungannya, hampir satu bulan kita tidak ketemu dan hanya melihat wajah masing masing melalui video call.

Saat saat seperti ini aku jadi kepikiran sesuatu yang membuat aku lemas.

Kadang terpikir kalau seandainya dia disana sudah dijodohkan oleh orangtuanya. Atau sedang didekati oleh perempuan dan dia juga menyukainya.

Aku sendiri tidak pernah menanyakan ketertarikan dia dengan perempuan itu seberapa. Apakah dia tetap memiliki rasa terhadap perempuan akupun tidak tahu.  Untuk menanyakan hal itu, aku merasa sungkan dan kurang berani.

...
...
...

Akhirnya, aku merasa hidupku ini bukan cuma untuk galau galauan saja.  Apalagi yang digalaukan selalu memberi kabar dan baik baik saja.  Buat apa aku galau hanya karena belum ketemu.   Lebih baik aku gunakan untuk mengisi waktu supaya lebih berwarna dan tidak jadi beban pikiran.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang