Rasa 11

700 37 0
                                    

Hari Selasa.

Liburanku kali ini dirumah ditemani oleh bapak. Jika biasanya aku bangun siang, kali ini aku bangun lebih pagi. Jam 5 bapak sudah membangunkanku. Seperti biasa, dia mengajakku beribadah shalat subuh.

Sejak semalam pulang dari makan bakso, tampaknya mood bapak masih baik baik saja. Pagi itu aku tidak takut untuk bercanda dengannya. Sebagai anak tentunya aku lega jika bapak sudah seperti biasanya. Sosok pendiam namun humoris. Tak hanya padaku saja, bapak juga humoris pada siapa saja yang sudah kenal dekat. Kadang muncul keinginan untuk memperkenalkan mas Agus pada bapak, tapi aku takut. Disaat itu pula rasa rinduku mulai datang. Sebenarnya ingin sekali untuk menelponnya, tapi aku tidak berani. Suara mas Agus selalu terngiang ngiang di ingatanku. Terutama saat dia memanggilku dengan sayang. Aku jadi suka menangis di kamar mandi jika sore hari.

Aku juga selalu menghapus riwayat chat di WhatsApp karena biasanya bapak suka pinjam hp tanpa izin untuk tethering atau nonton YouTube karena hp bapak tak seluas hp ku. Dia tak nyaman nonton di hp nya.

Pagi itu aku ikut bapak lari pagi. Sebelum berangkat kami sarapan roti tawar dengan pisang supaya perut tidak kosong. Aku sangat bangga punya bapak rajin olahraga.

Pagi yang cerah. Tampak langit biru muda tanpa segores awanpun. Matahari orange memberikan kesan kesegaran di pagi itu. Dengan tangkasnya, bapak lebih dulu lari bahkan meninggalkanku puluhan meter. Menginjak usia ke 42, sepertinya bapak lagi fokus fokusnya merawat badan supaya tetap bugar. Itulah bapakku. Apapun masalahnya, kesehatanlah yang diutamakan.

Karena tertinggal lumayan jauh, bapak berhenti di sebuah pembatas jalan menungguku.

👴Jangan bilang kamu sudah capek..

👲Lomm.. bapak aja yang cepet  cepet..

👴Kamu aja yang lemot.. ketahuan gak pernah olahraga pasti..

👲Jarang..

👴Makanya.. masa kalah sama orang sudah tua.

👲Hihi... Emang bapak udah tua?

👴Ya belum tua tua banget. Tapi jauh diatasmu kan..

👲Iyaa....

👴Lebih cepat lagi biar badan jadi nggak kaku, keringetan biar sehat. Olahraga kok kayak bekicot.

Hmm... Ya begitulah kalau aku kurang sesuai. Tapi aku juga mengerti, semua itu karena demi kebaikan juga. Apalagi aku memang jarang olahraga.

Setelah cukup berlari, kami pun berjalan biasa.

👴Kalau dirumah, aku bisa sampai 2 km. Dari masjid pulang jam 7.

Ucapnya sambil menata nafas. Keringat di wajahnya yang tersinari matahari membuatnya terlihat imut.

👲Nggak capek?

👴Ya gunanya olahraga kan biar capek. Badan biar terbiasa. Kalau orang terbiasa capek jadinya nggak gampang sakit.

👲OOO... Pantes bapak kelihatan nggak pernah capek.

👴Aku capeknya kalau nasehatin kamu karena kamu susah dikasih tau....

👲Bapak ih....

👴Hahhaha... Dasar e bocah bandel..

Kata bapak sambil mendorong bahuku. Kami berjalan sudah sejauh 1 km lebih. Karena obrolan kami sepanjang jalan terlalu asyik, tak terasa bisa sejauh itu. Apalagi jalan yang ditempuh tidak baik turun.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang