Rasa 80

288 20 4
                                    

Hmmm...

Sampai pukul 11 pun aku masih terbawa suasana malam yang lengang dan tiba tiba hujan deras lagi.

Aku semakin tidak bisa tidur karena suara hujan yang kadang disertai petir.  Kilatan yang cahayanya sampai masuk ke kamar ini membuat aku jadi kepikiran makhluk itu lagi.  Entahlah sampai kapan aku akan terus kepikiran selama berada di rumah orangtuaku ini.

Dalam hatiku berkata ''pak.. jangan tidur dulu dong. Aku masih takut ini..''

Tapi mau bagaimana lagi.  Membangunkan bapak dengan alasan takut, justru lebih menakutkan lagi nanti.
Andai ibu tidur di rumah dan aku berada di tengah tengah, pasti tidak akan sekacau ini.

Aku sudah beberapa kali mencoba memejamkan mata namun setiap sebelum satu menit pasti langsung ku buka lagi. Apalagi jika aku mendengar suara suara.

Sebenarnya ada earphone untuk mendengar musik. Namun, dengan telinga yang tersumpal kepala earphone, aku juga akan kepikiran lagi soal hantu itu.

Rasanya pengen sekali pulang dan tidur di rumah saja. Namun, alangkah bodohnya aku jika melakukan itu.

Pak... Bangun dulu lah..
Aku nggak bisa merem.

Dalam hatiku selalu berkata seperti itu.

.

.

.

Namun... Entah mengapa ketika aku berharap pada bapakku, aku selalu mendapatkan kesempatan.
Bagaimana tidak,  setelah aku hampir dua jam tiduran dan hanya miring kanan miring kiri tidak menentu, bapak terbangun dan menyadari aku yang belum juga tertidur.

Ia memperhatikan mataku yang masih tetap terbuka di kamar remang remang itu.

👨🏻Nggak tidur?

Ucapnya dengan pelan. Aku hanya merespon dengan ekspresi.

Dengan sigap, ia hadapkan badannya ke arahku dan segera memeluk aku.

Pelukannya tak hanya berada di tubuhku saja, ia juga meraba raba pipiku dan leherku.

Setelah itu, ciuman pun mendarat di pipi kananku.  Aku sedikit kaget dengan sensasi itu. Namun, aku sendiri tak tahu apakah itu awal yang baik atau buruk.

Pikiranku malah memperkirakan jika bapak sedang dalam keadaan ingin sesuatu.

Karena sentuhan sentuhan antar kulit itu membuat aku tenang dan tidak kepikiran sesuatu lagi, maka kubiarkan saja sentuhan, rabaan, dan elusan yang bapak lakukan di badanku.

Tak terasa kedua batang kami jadi mengeras.  Aku mengusap usap punya bapak dari luar celana dan terasa seperti ada yang hangat serta menonjol disana.

Entah bagaimana keadaan bapak sekarang. Sudah terlelap lagi atau malah hilang ngantuk. Aku tak bisa melihat ke wajahnya dan ia juga hanya diam saja. 

Tak puas hanya dengan usapan dari luar celana, aku menelusup kan tanganku ke dalam celana dan meraih batang keras itu.
Hangat dan kaku namun teksturnya masih tetap lembut seperti saat sedang mengecil. 

Bapak juga tidak pernah memakai celana panjang jika dirumah.  Kebanyakan celananya adalah berkolor dan tipis. Ukurannya nge pas dengan badannya.
Dia tak suka celana yang kebesaran.  Dia juga tak suka celana pendek berbahan tebal karena gerah jika dipakai aktifitas sibuk.

Hal itu mempermudahkan aku untuk meraih batang yang ada di dalam celana walaupun sebenarnya dia menggunakan CD.

Walaupun aku sudah menggenggam burungnya, bapak tak merespon apa apa. Kemungkinan besar dia sudah tidur lagi.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang