Hari ini aku pulang tak ada yang menyambut seperti kemarin. Hanya seekor kucing yang masih setia menemani dan minta dimanja.
Seperti biasa, aku melakukan kegiatan yang harus kukerjakan selama dirumah. Selama disini, bapak mengajari aku banyak hal tentang kebersihan. Aku tidak boleh menunda cucian satupun walau hanya celana dalam ataupun sapu tangan.
Sekarang aku jadi rajin bersih bersih.
Hari sabtu.
Hari ini adalah dimana penantianku sampai puncaknya. Mas Agus sudah membuat janji untuk datang. Aku mempersiapkan diri bertemu orang yang kuharapkan selama ini. Rasanya tak sabar menanti malam setelah aku pulang dari toko. Entah mengapa jantungku berdegup seakan meminta waktu cepat berlalu. Aku sudah menyiapkan segalanya bagaikan menyambut tamu besar. Beberapa makanan instan juga kupersiapkan supaya aku tak memotong waktu untuk masak. Aku juga tak paham. Bisa bisanya sampai segitunya.
Malam itu kusengaja menggunakan pakaian serba tipis dan pendek. Biasanya aku sering menggunakan celana panjang walaupun dirumah, kecuali pas panas.
Pukul 8 lewat mas Agus akhirnya datang. Aku menyambutnya penuh kegembiraan. Ia tersenyum waktu aku buka pintu. Tak ada yang berubah dari penampilannya. Tetap terlihat simpel tapi gagah. Malam itu ia mengenakan baju lengan panjang warna biru tua polos dan celana panjang hitam. Dengan baju dimasukkan ke celana dengan rapi beserta sepatu hitam bergaris putih yang tampaknya masih baru ataupun baru dicuci. Pandanganku tak bisa teralihkan sebelum dia sampai di depan pintu.
Aku segera menyuruhnya masuk. Setelah pintu kututup dan kunci, aku memeluknya langsung sebelum dia duduk. Tak perduli bagaimana reaksinya yang penting salju kerinduanku bisa segera mencair saat itu juga. Ternyata dia membalas pelukanku dengan erat sampai nafasku tertekan. Mungkin dia juga ingin mencairkan rindu.
👮Wah.... Ternyata kangenmu nggak main main Gus.
👲Iya lah. Aku juga nggak tau kok bisa sekangen itu. Ayo duduk dulu di depan tv aja biar aman
👮Yak...
Aku dan mas Agus seperti biasa duduk di depan tv.
👮Kok sudah beda Gus? Kemarin nggak gini.
Mas Agus bingung dengan perubahan tempat biasa kami duduk.
👲Aku cuma ganti sprei sama pasang gambar gambar tembok aja sih.
👮Oiya pantesan lebih ramai.
👲Gimana perjalanannya? Kena hujan nggak?
👮Aman!
Aku segera membuat minuman supaya badannya hangat dan sebagai teman bercakap. Tak lupa kusajikan cemilan yang ku beli tadi sore.
Mas Agus membuka bajunya dan menyisakan kaos polos warna biru muda sesuai baju luar. Sepertinya dia tak mau kalah menggodaku. Jujur saja pemandangan itu membuat aku celegukan. Mana tahan dengan penampakan badan yang terlalu panas untuk kulihat.
👲Sudah bajunya aja mas. Celananya jangan dilepas juga. Aku nggak tahan.
👮Menarik...
Balasnya sambil melepas pengait sabuknya. Lalu dia tarik sabuk itu hingga terlepas dari penjepitnya.
👲Isss... Jangan lah....
Aku menutup mata membayangkan apa jadinya jika dia lepas celana juga. Walaupun aku tahu dia pasti pakai celana pendek. Tapi itulah yang membuat aku tak tahan karena celana yang sering ia pakai pasti tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA NAMA
Short StoryKisah asmara pelangi yang melibatkan dua lelaki bernama sama. Agus dan Agus adalah seorang bos dengan karyawan.