Rasa 62

374 25 3
                                    

Setelah tertidur bersama, aku dibangunkan oleh mas Agus dengan sentuhan sentuhan yang tak dapat kuceritakan banyak.
Beda sekali dengan cara bapak saat membangunkan aku di pagi hari.

Setelah jam menunjukkan pukul 4 sore, aku pun beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi.

Rasanya masih berat di mata ketika kupaksakan untuk bangun dan duduk.
Aku perlu waktu bermenit menit untuk mengembalikan kesegaran badan.

Dengan sabar ia menunggu aku sampai benar benar membuka mata.

Setelah aku merasa segar, tak menunggu lama lagi langsung menuju kamar mandi dan mengguyurkan air dingin ke badan.
Kupikir dia akan mengikuti aku mandi bersama. Ternyata tidak.
Aku dan dia bergantian mandi.

Sore sore begini memang sangat berkesan saat aku baru saja bangun tidur di rumah orang.  Rasanya seperti ada di dunia baru yang asing dan tidak terpikirkan di otak.
Matahari yang menguning tanda akan segera tenggelam menambah suasana yang sangat berbeda daripada dirumah sendiri.  Sinarnya memasuki celah celah jendela kaca dan tertembak ke lantai lalu menerangi ruangan yang kutempati.

Setelah mandi, aku diminta menggunakan baju yang baru saja ia beli dan sengaja dibelikan untukku.

Sungguh lengkap suasana sore ini.

Kami sejenak saling pandang dan memperhatikan gerak bola mata masing masing.
Aku yang tidak kuat pun hanya mampu melihat ke bawah.

Tak tahu lagi apa yang akan kukatakan saat melihatnya tersenyum padaku.
Ibarat kata, langit biru tanpa segores awan dan dihiasi pelangi.
Senyuman orang ini selalu membuat aku seperti orang sedang kehausan di tengah tengah telaga.

Ngomong ngomong..
Maaf jika tulisan part sebelumnya kurang menarik.
Aku menulis part itu disaat gigiku agak ngilu setelah makan permen manis.
Konsentrasi dan ingatanku pun buyar entah kemana.
Setelah kubaca ulang, terasa seperti cerita yang dibuat kurang niat.
☺️☺️😁

.

.

.

Singkat cerita, malam pun tiba. Dimana aku pasti akan melanjutkan kegiatan tadi siang yang tertunda karena aku terlalu kecapekan.
Walaupun mas Agus tidak menampakkan keinginannya, tapi aku merasakan ada yang akan terjadi tidak lama lagi.

Aku hanya mempersiapkan diri supaya tidak kaget menerima apa yang akan ia lakukan.  Seperti mau di dintrogasi saja hidupku ini.

Entah mengapa, aku jadi mempunyai keinginan untuk melayani dia lebih dari sebelumnya.  Aku merasakan sebelumnya kurang menghayati dan masih ada sesuatu yang kutahan.

Disaat aku duduk bersantai di kursi ruang tengah bersama acara tv,  dia yang awalnya duduk di kursi agak jauhan, akhirnya mendekat kepadaku.
Firasatku sudah mulai mengatakan bahwa dia sudah pasti akan melanjutkan aksi tertunda tadi siang.

Dengan tanpa ragu, ia sandarkan punggungnya di badanku bagian samping.  Kepalanya mendongak sehingga bersentuhan dengan kepalaku.

👮Gus..

Panggilnya padaku.

👲Apa..

Aku menjawab singkat sambil mengikuti menyandarkan kepala sehingga kedua kepala kami benar benar menempel.

👮Kamu suka yang tua atau yang muda sih?

👲Suka?  Suka sama apa?

👮Sama orang.

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang