Mega menceritakan semuanya pada kevin, tentu kevin bahagia tapi kebahagiaannya pupus saat adel mencaci-maki dirinya, menghina dirinya dan masih banyak lagi, kevin hanya diam ia memaklumi adel.
Saat ini dylan, rio, rudi, mega, dan kedua orang tuanya kevin berada di rumah kevin. Vina dan hardi tentu bahagia mereka akan memiliki cucu.
Tapi mereka berdua sedikit sedih karena anak sulung mereka dicaci-maki istirnya sendiri, mereka memakluminya dan mereka tidak marah, mau bagaimanapun adel masih mencintai dylan,Hardi menatap dylan yang hanya bengong menatap adel yang sedang ditenangkan mega. "Dylan, coba kamu bujuk adel, supaya mau makan, udah dua hari dia enggak makan, papah takut adel sakit, dan janinnya juga kenapa-kenapa" khawatir hardi.
Ya. Adel sudah dua hari tidak makan sejak kejadian ia tau kalau dirinya hamil, dia juga sudah periksa dokter, dan dinyatakan hamil.
Dylan menggeleng lemas "dylan enggak bisa pah, kak Kevin bakal marah be--"
"Gue enggak bakal marah, untuk kali ini, cuman lo yang bisa bujuk istri gue" potong kevin, walaupun dengan hati yang sakit, sebisa mungkin ia tidak menunjukkan rasa cemburunya.
"GUE ENGGAK MAU HAMIL, HIKS, BANG ALEK TOLONGIN ADEL, HIKS, ADEL ENGGAK MAU HAMIL ANAK PRIA YANG TIDAK ADEL CINTAI" teriak adel, yang sudah kesekian kalinya.
"Del, lo jangan kaya gini, gue mohon, nanti lo sakit" mega jadi ikut-ikutan nangis melihat keadaan adel yang hancur seperti ini. Badannya yang kurus, rambut yang berantakan, mata yang sembab.
"Tuhan, kenapa engkau membuat aku seperti ini, kenapa aku harus memiliki anak dari pria yang tidak aku cintai, kenapa engkau..tega, aku mencintai dylan, aku hanya ingin memiliki anak dari dylan, pria yang aku cintai" batin adel.
Dylan berjalan menghampiri adel dan mega yang terduduk dilantai, dylan menatap wajah adel yang sembab, seperti bukan adel yang ia kenal. Sebelum menyentuh adel ia melirik kevin yang mengangguk lemah.
"Aku mau gugurin kandungan ini, aku enggak mau punya anak dari kevin" lirihnya.
Dylan mengangkat dagu adel menggunakan tangannya "harusnya kamu senang, bukan sedih kaya gini" ucap dylan lirih, dirinya tidak kuat melihat adel seperti ini, hatinya perih.
Adel menatap wajah teduh dylan, ia langsung memeluk tubuh dylan memeluknya erat, menangis sejadi-jadinya, dylan melirik kakaknya yang mengalihkan pandangannya sembarang arah, tidak ingin melihat adel yang memeluk dylan.
"Ak-aku enggak mau hamil anak Kevin, dia pria jahat, dylan, dia udah rebut aku dari kamu, dia udah buat aku hancur" isak adel.
Dylan mengusap-usap punggung adel yang bergetar "jangan nangis, aku enggak tega lihat kamu nangis gini, nanti cantiknya ilang" ucap dylan lembut.
Adel melepaskan pelukannya ia menatap lekat dylan, bisa ia lihat dengan tatapan matanya, kalau dylan kecewa "aku mau gugurin kandungan ini, terus aku mau cerai sama kevin, kakak kamu, terus kita nikah, kita pergi dari sini, supaya kevin enggak bisa pisahkan kita lagi" ucap adel antusias.
Dylan tersenyum tipis, senyum pedih.
"Kenapa kaya gitu?, Aku enggak suka kamu kaya gini, selama 3 tahun ini kamu enggak pernah jahat sama siapapun, kecuali sama aku, karena kamu suka bikin aku cemburu pas di kelas, suka bercanda sama KM kamu yang sok ganteng itu, suka caper sama kamu" cerita dylan mengalihkan pembicaraan. "Apa lagi waktu itu kamu dikasih air minum pas olahraga, ish, aku enggak suka, aku kesal"Adel tersenyum tipis, semua orang yang melihat senyuman adel sedikit tenang. "Kamu cemburu?, Tapi waktu itu kamu biasa aja sih, malahan kamu ninggalin aku gitu aja, mana aku teriak-teriak minta tungguin, eh kamu asik sama rio, rudi" dengus adel.
Dylan mengangguk "aku enggak mau nunjukin kesal aku sama kamu, karena, aku tau kamu cewek yang maunya dimengerti" ucap Dylan sambil menyelipkan anak rambut adel.
"TAPI SEKARANG AKU BUKAN ADEL YANG DULU, AKU UDAH NIKAH SAMA KAKAK KAMU, DYLAN, AKU HAMIL ANAK DIA, AKU ENGGAK MAU, HIKS" isak adel memukul pelan dada dylan "aku enggak mau punya anak dari dia, dylan, aku mau punya anak dari kamu, pria yang aku cintai" lirihnya.
Dylan langsung memeluk adel erat mencium dahi adel "kamu masih Adel yang sama, adel yang aku kenal, jangan nangis, ah, enggak seru, masa udah mau jadi mamah nangis, malu sama calon anak kamu" ucap dylan mengusap-usap, kepala adel.
"Kamu pasti kecewa sama aku, dylan, aku tau itu" lirih adel.
Dylan menangkup wajah adel "aku enggak kecewa, aku malah senang bentar lagi aku punya ponakan dari kamu, ponakan yang lucu-lucu seperti bundanya.."
"Harusnya aku yang menjadi papah dari anak-anak kita, del, harusnya aku menjadi suami kamu" batin dylan sedih, sebisa mungkin ia tidak menunjukkan rasa sedihnya, bagaimanapun adel tetap kakak iparnya, sekaligus pacarnya sendiri.
"Harusnya kamu yang jadi papah dari anak-anak aku, harusny--"
"Enggak, udah ya jangan nangis lagi mendingan kita makan" ajak dylan.
"Aku enggak napsu makan" tolak adel.
Dylan mengangguk kecil ia bangun "pah, aku mau keluar negeri buat lanjutin kuliah aku disana aja, disini adel enggak mau nurut" ucap Dylan bohong.
Adel melotot kaget ia bangun menggeleng keras memeluk lengan dylan "enggak, kamu enggak boleh pergi jauh-jauh, kamu harus disini, titik" ucap adel kesal.
Dylan tersenyum tipis "makan, baru aku enggak pergi keluar negeri, aku disini sama kamu" ucap dylan lembut.
"Janji enggak ninggalin aku?" Menunjukkan jari kelingkingnya, dylan mengangguk ia menautkan jari kelingkingnya juga.
"Janji, asalkan kamu nurut, sama suami kam--"
"ENGGAK, AKU ENGGAK MAU NURUT SAMA DIA, DYLAN" bentak adel.
Dylan memejamkan matanya, menulis abstrak di wajah adel, kebiasaan sejak dulu, saat adel sedang marah atau kesal seperti ini "udah pesek, tukang marah, emosian, mata sembab gini, susah disuruh makan, enggak nurut, suka ngebantah, siapa lagi kalau bukan--"
"ADEL" teriak adel loncat-loncat, mereka melotot kaget, astaga adel!
Dylan menahan pinggang adel untuk berhenti loncat-loncat "bumil enggak boleh loncat-loncat, makan yuk, aduhhh, aku lapar" ucap dylan pura-pura memegang perutnya yang kesakitan.
Adel panik ia langsung menarik dylan duduk di kursi makan, menyiapkan makanan untuk dylan "makan, nanti tambah sakit perut" suruh adel menyodorkan piring yang sudah diisi makanan.
Semua orang ikut duduk diruang makan, termasuk kevin, karena mereka belum makan malam, menunggu adel yang tidak mau makan.
"Dylan kenapa diam, ayo makan" suruh adel, melihat dylan yang masih diam menatapnya lekat.
Dylan tersenyum tipis "kamu juga makan, aku enggak mau kamu sakit, soalnya aku belum jadi dokter, kalaupun aku jadi dokter aku enggak mau kamu sakit" ucap dylan.
Adel mengangguk "aku mau satu piring sama kamu, aku kangen makan berdua satu piring sama kamu" ucapnya.
Dylan melirik kevin yang menunduk, ia tau kakaknya menahan cemburu "pisah aja ya, kan masih banyak piring lain, masa mau barengan sama aku" tolak dylan lembut.
Adel yang sudah siap mengambil nasi di piring dylan langsung berhenti menatap kecewa dylan "kamu udah enggak mau makan berdua sama aku?, Kamu jijik sama aku?, Atau kamu--"
"Enggak sayang.."
Dylan keceplosan, ia melirik kevin yang menatapnya datar "maksud aku enggak, mana mungkin aku jijik sama kamu,. Udah ah cepat makan" suruh dylan.
Adel melipat kedua tangannya "aku enggak mau makan, kalau enggak satu piring sama kamu, titik" kekeuh adel.
"Del.."
"Dylan.."
"Del.."
"Aku enggak mau, kalau kamu mau makan, duluan aja, enggak usah peduli sama aku" kesal adel.
Kevin meraup wajahnya kasar, menahan emosi yang rasanya ingin meledak "udahlah, dylan turutin aja, daripada enggak mau makan" pasrah kevin.
Dylan mengangguk ia menyuapi nasi kemulut adel yang langsung diterima adel, bibirnya terus tersenyum manis.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/342264170-288-k606034.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
satu hati 2 pria [TAMAT]
Teen FictionBagaimana rasanya jika kalian menjalin hubungan dengan seseorang yang sangat kalian cintai, tapi takdir berkata lain, Adel Chyntia Sari, biasa disebut Adel Yang masih berumur 21 tahun, Harus menikah dengan kakak dari kekasihnya sendiri. Kevin April...