64. energi

104 4 0
                                    

Adel menemani suaminya kerja, adel menatap ruangan pribadi kevin yang sangat mewah, dan luas, menatap kevin yang sibuk dengan berkas dihadapannya, adel akui kalau suaminya itu sangat tampan, bukan berarti ia bisa cinta dengan Kevin. Menurutnya dylan lebih tampan daripada kevin. Itu yang ia lihat dengan matanya.

Adel duduk di sofa mengelus perutnya yang besar, jalan saja rasanya susah. Kadang ia kesal sendiri. Mengelus perutnya, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. "Gue berasa badut, anjir, haha" kekeh adel.

Mau seperti apapun adel ia tetap cantik, buktinya saja ia menggunakan dress bunga-bunga, yang sangat cocok ditubuhnya yang sedikit gemuk.

"Sial! Kenapa banyak banget sih" dengus kevin melempar asal berkas ditangannya, ia ingin cepat-cepat selesai, dengan begitu ia bisa bermanja-manja dengan istrinya.

Adel menghampiri suaminya ia menatap kevin yang terlihat jelas lelahnya "kak, istirahat aja dulu kalau capek' ucap adel prihatin.

Kevin menatap adel ia menarik adel duduk dipangkunya, sontak adel kaget ia hendak bangun yang langsung kevin tanah "saya butuh energi dari kamu" lirih kevin memeluk adel erat.

Adel yang tidak tega ia membiarkan kevin memeluknya, mau bagaimanapun Kevin kerja untuk dirinya. "Aku buatkan teh, supaya kamu semangat lagi, ya" tanya adel.

Kevin menggeleng "enggak usah, aku cuman mau gini bentar" tolak kevin, aroma tubuh adel membuat dirinya semangat lagi. Mencium leher adel.
Mengelus perut besar adel "bentar lagi kamu lahiran, aku bakal jadi papah, dan kamu mamah, setiap hari kita denger suara tangisan bayi di pagi hari, sebagai alarm bangun tidur kita" ucap kevin tidak sabar.

Adel hanya manggut-manggut saja, mau jawab apa coba?, Sejujurnya ia masih belum menerima semuanya, ditambah ia takut akan kehilangan dylan.

"Kalau gini terus kapan selesainya coba?' tanya adel menatap kevin yang masih memeluknya erat, tanpa menyentuh berkas dan laptop yang masih menyala.

Kevin menutup laptopnya "nanti aja aku kerjain, aku mau gini terus, semoga aja selesai sendiri" jawab kevin asal.

"Ngaco, mana ada kaya gitu" heran adel geleng-geleng kepala.

Kevin menatap adel "aku ngantuk, kita tidur aja, yuk" ajak Kevin mengangkat tubuh adel, walaupun aga lumayan berat.

Adel tau ruangan ini memiliki kamar tersembunyi, adel menatap Kevin yang membuka jas. "Jangan ngaco, aku lagi hamil, dokter bilang enggak boleh berhubung intim" ucap adel.

Kevin terkekeh kecil "siapa bilang?, Dokter bilang boleh, tapi jangan kasar-kasar, lagian aku enggak berbuat lebih ko, aku cuman mau tidur doang, jangan-jangan kamu yang mau, ya, kam?" Tanya kevin menggoda adel.

Adel melotot "enak aja, aku enggak mau, males banget" ucap adel ia merebahkan tubuhnya menarik selimut tebas sampai dada. "Ngelihat kamu jadi ngantuk" lanjutnya sinis.

Kevin ikut merebahkan tubuhnya di samping adel mengelus perut adel, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manisnya "sayang, perut kamu gerak-gerik, anak kita aktif" bahagia kevin, bahkan ia langsung bangun dan menyibak selimut, menarik dress adel memperlihatkan perut besar adel.

Sontak adel menutup kembali perutnya "jangan buka-buka, mesum banget" kesal adel.

Kevin kembali menyibak baju Adel "aku cuman mau lihat perut kamu, sayang, aku enggak akan lebih ko. Janji" ucap kevin serius.

"Awas mesum" ancam adel.

***

Setelah membuatkan susu ibu hamil untuk istri tercintanya ia langsung menghampiri mamah dan papahnya.
"Mah, pah, sebentar lagi adel melahirkan, ko Kevin takut, ya" cicit kevin yang masih terdengar jelas mamah papahnya.

Vina menepuk pundak kevin "berdoa saja, jangan terlalu banyak dipikirkan" ucap vina.

"Benar apa kata mamah kamu, adel perempuan yang kuat" imbah hardi.

Kevin mengangguk lesu benar apa yang dikatakan orangtuanya ia harus yakin kalau adel kuat. "Kevin ke kamar dulu" pamitnya yang langsung menaiki anak tangga.

Ia masuk kedalam kamar melihat istrinya yang sedang menyisir rambut panjangnya "biar aku aja" Kevin mengambil sisir ia mulai menyisir rambut istrinya "harum banget rambutnya" ucap kevin.

Adel mengangguk "iya dong" jawab adel sambil memainkan handphonenya "udah ambil cuti?" Tanya adel tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Kevin membalikkan tubuh adel, agar menghadapnya, duduk di lantai, mengelus perut besar adel "udah. Kamu jangan capek-capek, ya" ucap Kevin khawatir.

Adel memutar bola matanya malas "aku enggak akan capek kalau kamu enggak bikin aku capek" sahut adel malas.

"Abisnya kamu menggoda aku terus" kekeh Kevin.

"Sejak kapan aku goda kamu, aku diam aja kamu ke goda" sewot adel tidak terima.

***

satu hati 2 pria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang