87. kambuh

122 5 1
                                    

Adel sedang di rumah mamahnya, kevin kerja di temani anaknya sebenarnya kevin ingin adel menemaninya juga, tapi, adel tidak mau dengan alasan ia rindu mamahnya.

Kevin fokus kerja sedangkan david sibuk bermain dengan mobil-mobilannya, sesekali ia melirik david memastikan anaknya tidak berbuat macam-macam.
dulu pernah david diajak opahnya kerja saking fokusnya hardi berkerja sampai-sampai ia tidak menyadari kalau cucunya hampir loncat dari balkon ruangannya.

Kevin menghela nafas berat rasanya ia ingin segera cepat-cepat pulang menyusul sang istri, baru beberapa jam saja tidak bersama adel ia sudah sangat merindukan sang istri, kevin tentu mengawasi adel lewat ponsel ia sengaja memasang alat pelacak untuk memantau adel, yang tentunya tidak diketahui adel.

Sebagai obat rindunya ia menatap foto adel yang terpanjang besar di tembok depannya, ruangan pribadinya dipenuhi foto-foto adel semua, yang hanya boleh dimasuki orang tertentu saja.

Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manisnya, ia membayangkan adel tersenyum manis menatapnya, duduk di pangkuannya, mengalungkan tangannya di lehernya, sambil mencium dirinya.

David menghampiri papahnya ia menatap papahnya yang senyum-senyum sendiri. "Papah kenapa, ko senyum-senyum sendiri?" Tanya david menatap polos papahnya.

Kevin tersadar dari alam haluannya ia menatap wajah david, mengelus rambut david. "Tidak. kamu bosan?" Tanya kevin.

David naik keatas meja menatap wajah papahnya. "Tidak, papah waktu itu david buka handphone mamah, terus david denger voice notes yang tidak david kenal. Katanya gini 'del kamu kapan kembali?, Kamu bilang mau balik lagi kesini' gitu" jelas david.

Mata kevin melotot syok ia menatap wajah david, ia takut anaknya berbohong dan mengerjainya saja. tapi ia melihat jelas dari tatapan mata david yang tidak ada tanda-tanda berbohong. "Suara siapa?, Om d-dylan?" Curiga kevin, siapa lagi kalau bukan dylan.

David menggeleng keras. "Bukan, dia bukan om dylan, suaranya beda, tapi---"

"Tapi apa?" Tanya kevin tak sabar.

David mengetuk-ngetuk jarinya di dagu, berpikir sebentar. "Seperti suara om-om yang pernah david temui di mal, yang pas mamah tolong david, itu, pah" jelas david.

Perasaan kevin sudah tidak karuan, rasa  paniknya mulai mulai terasa lagi, dengan tangan bergetar dan nafas memburu Kevin beranjak dari duduknya, ia membuka laci mencari obat yang ia simpan. tidak menemukan obat itu ia bergegas keluar ruangannya mencari asistennya.

"T-telfon papah saya, suruh kesini dan bawakan obat saya, CEPAT!" bentak kevin mulai tidak terkontrol emosinya.

Dani mengangguk takut, ia langsung menelpon papah bosnya. "Kebetulan beliau sedang dilantai satu ot---"

"ARGHHHHHHH" teriak kevin. Mulai kehilangan kendali.

Dani terkejut ia menatap takut dan khawatir kevin. "Bo----"

"J-jagain anak saya jangan biarkan dia keluar dari ruangan saya" lirih kevin. Dani mengangguk patuh ia langsung masuk kedalam ruangan yang dimaksud bosnya.

Hardi menatap anaknya dari kejauhan ia melihat anaknya sedang memukul-mukul tangannya ke tembok. "Dia kenapa lagi, ASTAGA KEVIN!" teriak hardi panik melihat Kevin yang kambuh.

"P-papah, p-panggil a-adel kevin b-butuh d-dia" lirih kevin.

Hardi mengangguk baru hendak menelpon menantunya, adel lebih dulu sampai menatap kevin kaget. "Adel, kamu ada disini?" Kaget hardi.

Kevin yang sedang mengatur nafasnya ia langsung menatap adel, air matanya mengalir deras tanpa ba-bi-bu ia langsung memeluk tubuh adel erat, menyembunyikan wajahnya dileher adel.
"k-kenapa kamu mau ninggalin aku lagi?, Kenapa kamu mau ninggalin aku lagi?
Kenapa kamu mau ninggalin aku lagi?" Pertanyaan itu terus kevin lontarkan.

Adel dan hardi mengerutkan keningnya tidak paham maksud kevin. "M-maksud kamu apa?, Memangnya aku mau ninggalin kamu?" Tanya balik adel.

Kevin mengangguk lemah. "Kata david dia denger suara pria yang tidak dia kenal, dia bilang 'kapan kamu kembali lagi' suara itu mirip dengan teman kamu yang waktu pertama kali aku lihat di mal"

Adel berusaha melepaskan pelukan kevin. Yang semakin erat kevin peluk. "Lepas dulu, aku enggak mungkin pergi" adel melepaskan paksa pelukan kevin sampai terlepas. "Mana mungkin aku ninggalin kamu, aku aja lagi hamil anak kamu" heran adel. "Kamu istirahat, kayanya kamu kecapekan"

***

Kevin memikirkan soal adel yang akan pergi meninggalkan dirinya, ia sampai jatuh sakit seperti ini, wajahnya yang pucat, suhu tubuh meningkat, setiap harinya ia selalu memanggil nama adel, bahkan adel hendak ke kamar mandi saja rasanya susah.

Setelah di bujuk berjuta-juta kali akhirnya kevin mau dibawa ke rumah sakit, yang syukurnya ditangani langsung oleh adiknya sendiri, dylan, dan dokter yang lain, termasuk dokter khusus yang selama ini memantau kondisi kevin, Psikolog.

Dokter psikolog kevin menatap adel. "Sebaiknya ibu lebih berhati-hati berkomunikasi dengan pria lain, maksudnya ibu harus lebih dulu menjelaskan pada pak kevin kalau ibu sedang ada keperluan dengan pria yang akan ibu hubungi, jadi pak kevin tidak berpikiran yang tidak-tidak, selama 5 tahun saya menangani pak kevin, banyak yang saya pelajari dari beliau, saya juga terheran-heran dengan pak kevin baru pertama kali saya menangani pasien yang sangat sulit disembuhkan, hanya tuhan yang tau, tapi jujur obsesi yang pak kevin alami ini tingkat paling tinggi, hanya ibu adel yang bisa menyembuhkan pak kevin" ucapnya panjang lebar.

"Adel jangan tinggalkan aku" lirih kevin.

Adel dan arel---dokter psikologi kevin menoleh menatap kevin yang tertidur tapi mulutnya terus memanggil adel.

"Lihat, pak Kevin benar-benar tergila-gila pada ibu adel, kalau boleh tau memangnya ibu adel ada niatan buat pergi ninggalin pak kevin lagi?" Tanya arel.

Adel menatap arel, ia mengangguk kecil membuat arel kaget, dan tidak menyangka. "Ya, karena saya merasa kalau saya tidak pantas dengan pak kevin, saya rasa dia terlalu baik dan tulus buat saya yang suka menyakiti dia, sampai seperti ini" lirih adel menatap sendu suaminya.

"Bu, adel bisa cerita pada saya" ucap danu, ia langsung duduk di sofa ruangan kevin, adel mengangguk semoga dengan cerita pada arel ia bisa merubah pikirannya untuk kembali pergi.

"Tapi dokter jangan bilang sama pak kevin atau keluarga yang lain, ya" pinta adel.

arel mengangguk. "I-iya, bu, tenang aja" ucap arel yakin. "Tapi daya dengar-dengar ibu sedang mengandung anak pak kevin, kenapa ibu masih ada niatan buat pergi dari beliau, di luaran sana ada banyak yang mengidam-idamkan pak kevin untuk menjadi suami mereka, sedangkan ibu yang beruntung mendapatkan pak kevin tanpa usaha ibu ada niatan untuk melepaskan beliau, itu tidak masuk akal buat saya" heran arel.

Adel tersenyum tipis. "Seperti yang saya bilang tadi saya terlalu jahat, egois, buat dia yang selalu sabar dan baik, dia terima saya dengan segala kekurangan dan keegoisan saya, dia itu sangat baik, walaupun seringkali buat saya marah dengan sikap dia yang keterlaluan, saya kira setelah 5 tahun saya meninggalkan pak kevin, saya kira dia sudah melupakan saya atau bahkan sudah memiliki istri yang baik, dan anak-anak yang lucu, ternyata tidak, malah sebaliknya"

"Sumpah nih cewek aneh banget" batin arel.

***

satu hati 2 pria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang