109. benar-benar cerai

144 5 1
                                    

Setelah mendadani aina dan langsung turun kelantai bawah sambil menggendong aina yang entah kenapa menangis keras. Menatap david yang sudah rapi dengan pakaian sekolahnya.

Kevin mengambil alih aina dari istrinya, menatap adel yang terlihat kelelahan mengurus kedua anaknya. Ia jadi kasihan melihat adel kecapekan seperti ini. "Sayang, kamu istirahat aja, biar aku yang antar david sekolah" ucap kevin.

Adel menggeleng. "Aku aja, kamu mau ke kantor, kan?" Tanya balik adel.

Kevin mengangguk. "Ya. Tapi cuma tanda tangan doang, terus pulang lagi, kamu temenin aku, ya" pinta kevin sambil menepuk-nepuk aina pelan supaya berhenti menangis.

Adel mengangguk. "Ya. Tapi aina kenapa nangis terus, aku jadi khawatir" ucao adel menatap aina yang masih menangis.

"Mungkin dia haus" ucap Kevin.

Dira menggeleng. "Aku udah kasih susu tapi dia muntahin" sahut dira.

"Mamah papah ayok berbakat nanti david telat" ucao david.

Kevin menelpon satpam rumahnya. Tidak lama satpam datang. "Pak, tolong antar david ke sekolah, ya. Aina nangis terus" ucao kevin.

"Baik den" ucap satpam.

Dan untungnya david mau, dan mereka langsung pergi keluar rumah. Sebenarnya david kesal dengan aina adiknya yang cengeng menurutnya.

"Kita bawa ke rumah sakit aj----"

"Abang, kak, sela datang" teriak sela menghampiri mereka bertiga.

Sela dan adel menoleh menatap sela yang berlari menghampiri mereka. "Sela, tumben kesini enggak bilang-bilang?" Tanya adel.

"Sela bawain ini, disuruh mamah" jawab sela menyodorkan paper bag yang langsung adel terima. "Kenapa aina nangis?" Tanya sela menatap keponakan.

"Nangis karena punya aunty jelek kaya kamu" jawab Kevin.

"Ih abang" sela memukul lengan kevin.

Kevin terkekeh kecil. "Kesini sama siapa?" Tanya kevin.

"Sama kak lika dan bang dy---"

"Gue" jawab dylan masuk kedalam rumah.

Mereka menoleh menatap dylan dan lika yang berjalan menghampiri mereka. Rahang Kevin mengeras menatap tajam dylan. "Mau apa lo kesini?, Gue udah tegaskan sama lo jangan pernah datang dan tunjukkan muka lo dihadapan gue sama adel" marah kevin.

Dylan mengangguk kecil. "Gue cuma antar sela." Ucap dylan.

Kevin menarik adel kebelakang tubuhnya. "Sekarang lo pergi, gue enggak sudi rumah gue diinjak sama lo" usir kevin.

Dylan menatap aina yang menangis. "Aina kenapa nangis keras gitu?" Tanya dylan khawatir.

"Enggak usah peduli, mending lo pergi" usir kevin.

Dylan berjalan semakin dekat menatap aina. "Dia sepertinya sakit" ucap dylan menatap aina.

"Jangan sok tau, lo pergi atau gue bunuh lo" ancam kevin.

Dylan menatap kevin. "Gue bakal pergi asalkan izinkan gue priksa aina gue khawatir terjadi sesuatu sama aina"

"Tidak. Jangan sentuh anak gue" tolak kevin.

Dylan menatap adel. "Izinkan gue priksa aina, gue cuma mau matiin aina enggak kenapa-kenapa hanya itu" ucap dylan.

Adel mengangguk. "Boleh---"

"Adel, daya tidak sudi anak saya disentuh pengkhianat" marah kevin menatap wajah adel.

Adel menatap kevin. "Kak, aku mohon izinkan dylan priksa, dia seorang dokter dia pasti---"

satu hati 2 pria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang