Keluarga kecil mereka saat ini sedang bermain di taman rumah mereka, adel hanya menonton anak dan suaminya yang sedang bermain bola, sesekali ia terkekeh kecil melihat anaknya yang merajuk karena kalah.
Adel menatap lurus tiba-tiba ia merindukan kedua orangtuanya, sudah lima tahun lamanya ia tidak melihat wajah mereka berdua, ia hanya memandangi wajah mereka lewat layar yang menampilkan gambar mereka, itupun waktu ia masih bersekolah SMA. Selama ia berada di amerika ia selalu berdoa untuk sehat mamah, papah, dan keluarganya, ia sama sekali tidak membenci papahnya, ia malah berterimakasih pada papahnya sudah memberikan hukuman yang begitu berat, sampai-sampai ia bisa mempelajari betapa pentingnya menghargai seseorang.
Di sore hari yang mendung ini ia benar-benar sangat merindukan sosok mamah yang selalu membelanya, dan menasehatinya, ia juga merindukan papah yang selalu bersikap tegas dalam hal apapun, walaupun ia sedikit kesal dengan sikap tegas papahnya, tapi ia percaya kalau sikap papahnya itu menandakan sikap sayangnya.
Tidak lupa ia merindukan abang yang selalu membela ia, menganggap ia masih anak kecil yang harus di manja, dan dimengerti, rasanya ia ingin mendekap erat tubuh abangnya ia ingin menceritakan beta beratnya ia hidup selama lima tahun tanpa orang yang dia sayangi disekitarnya.
Betapa beratnya ia menahan mati-matian untuk bisa hidup di negeri orang yang sebelumnya tidak pernah ia kunjungi, terbesit di pikiran saja tidak pernah. rasanya seperti mimpi ia bisa bertahan hidup tanpa orang terdekatnya, lebih-lebih tanpa mamahnya.
Dulu sebelum ini terjadi ia selalu mengadu, masalah rumah tangga ataupun masalah kampus, ia selalu mengadu pada mamah, ataupun abangnya, tidak dengan papahnya. Karena, ia sangat yakin kalau papahnya akan mengatakan 'kamu sudah dewasa harusnya kamu berpikir dewasa, jangan mau dimengerti terus' itu yang adel yakini kalau papahnya akan mengatakan yang tidak memuaskan perasaannya.
Jika bercerita dengan abang atau mamahnya, mereka pasti akan mengatakan 'nak, kamu pasti bisa, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya, kami yakin kalau adel Chyntia sari bisa melewati semuanya, kami bersama kamu, dan kami yakin kalau kamu pasti bisa' sangat jauh dari papahnya.
Diantara abang dan mamahnya ia lebih sering bercerita pada abangnya, alasnya cuman satu, tidak mau menambah beban pikiran mamahnya, makannya alek lebih banyak tau tentang dirinya, tentang perasaan.
Kevin yang melihat istrinya melamun ia bergegas menghampiri sang istri. "Kamu mikirin apa sayang?" Tanya kevin mengangetkan adel.
Adel menoleh kaget, ia menatap kesal kevin. "Ngapain sih ngagetin gitu, kalau aku jantungan gimana?, Kalau aku mati kamu jadi duda anak satu" kesal adel.
Kevin terkekeh pelan, ia mengusap rambut adel lebih tepatnya mengacak-acak rambut adel gemas. "Maaf sayang, tapi, kenapa kamu melamun kaya gitu? Kalau ada setan lewat terus kamu kesurupan gimana?"
"Mana mungkin, orang aku sendiri setannya, hahaha" tawa adel.
Kevin mengangguk ia terkekeh kecil. "Kalau setannya cantik kaya kamu sih, aku mau" ucap kevin mengedipkan sebelah matanya.
Adel menoyor kepala kevin. "Berarti kamu enggak cinta sama aku?, Maksudnya kamu hanya cinta sama aku karena aku cantik, gitu?" Tanya adel marah.
Kevin menggeleng cepat. "E-enggak gitu, maksud aku tuh, eumm...kamu c-cantik, ah, gimana sih intinya aku cantik, aku suka semuanya yang ada di diri kamu, ah gitu maksudnya" bingung kevin.
Adel menatap sinis kevin "alasan, bilang aja aku enggak cantik" sinis adel.
Kevin menggeleng. "Cantik, malahan cantik banget, makin hari makin cantik, apa lagi pas kamu enggak pakai baju, tambah can---awhhh" ringis kevin mengusap pahanya yang dipukul keras adel.
"Sembarangan kalau ngomong, kalau david denger gimana coba? Nanti obat polosnya ternodai gara-gara papahnya, mendingan kamu lanjut main deh sama david malas sama kamu, ujung-ujungnya mesum, sana pergi" usir adel kesal, ia mendorong-dorong tubuh kevin agar beranjak.
"Sayang aku bicara apa ad----"
"Sekali lagi bicara, aku jahit mulut kamu sekalian biar enggak bisa bicara sembarangan" ancam adel marah.
Kevin yang di ancam seperti itu ia langsung berlari menghampiri anaknya, lebih baik ia bermain dengan anaknya dari pada kena marah istrinya, ia tidak mau tidur diluar ditemani nyamuk yang menggigit tubuhnya, kalau yang menggigit adel boleh-boleh saja.
Tidak lama kevin dan david kembali menghampiri adel yang sedang menyiapkan cemilan dan minuman. "Mamah, david mau ke main ke rumah omah sama opah" pinta david sambil mengunyah keripik kentang.
Adel menatap david. "Nanti kita ke rumah omah vina sama opah hardi" sahut adel mengelus rambut david.
David menggelengkan. "Bukan omah opah itu, tapi omah wina sama opah sandi, aunty alea dan om alek" jelas david.
Deg
Adel langsung menatap kevin yang juga sedang menatapnya, adel kembali menatap david mengelus tangan david. "M-mamah e-enggak b-bisa, kalau kamu mau main ke rumah opah, omah, kamu sama papah kamu aja, ya, mamah lagi enggak enak badan mamah harus istirahat" elak adel. Ia belum siap menemui mereka.
Lebih tepatnya ia tidak mau membuat papahnya marah kembali atas kembalinya ia, rasanya ia tidak sanggup menatap wajah mereka.
Kevin menatap adel yang sedih, ia tau istrinya belum mau bertemu keluarganya lebih tepatnya belum siap, dan takut, Kevin menatap anaknya. "Nanti malam kita ke rumah opah sama omah, mamah enggak bisa ikut" ucap kevin.
David menatap papahnya sedih. "Kenapa?, Padahal opah sama omah, orangtuanya mamah, kenapa mamah tidak mau bertemu mereka" tanya david polos.
Kevin menatap tajam david. "Nurut sama papah, memangnya kamu mau mamah kamu sakit?, Terus mamah kamu ninggalin kita lagi?, Mau seperti itu?" Tanya kevin kesal.
David menggeleng cepat. "Tidak, jangan bicara seperti itu" panik david.
"Mah, pah, bang, kak, adel rindu kalian" batin adel.
***
David langsung turun dari mobil setelah sampai di rumah opah mamahnya, ia langsung berlari masuk diikuti Kevin dari belakang.
"Opah, omah, om, aunty, ini david" teriak david.Sandi dan winda yang sedang di dapur mereka bergegas menghampiri cucunya. "David, cucuku, apa kabar sayang?" Tanya david dan winda memeluk tubuh mungil cucunya.
David mencium kedua pipi mereka. "Baik, david senang banget, omah, opah, david punya mamah" ucap david.
Alek yang baru turun dari lantai bawah bersama istrinya, kaget mendengar ucapan keponakannya. "Hah!, Mamah? Makanya, papah kamu sudah menikah?" Tanya alek sedikit kecewa. Tidak menyangka kalau kevin akan menikah, dan dia akan benar-benar melupakan adiknya, walaupun ia tidak tau keberadaan adiknya, bahkan ia tidak tau apakah adel masih hidup, atau sudah mati, tapi ia sangat yakin kalau adel masih hidup dan ada disekitarnya.
David menggeleng. "Tidak, papah tidak menikah lagi" geleng david.
"Terus? Apa dong kalau bukan menikah lagi?" Tanya alea heran.
Sandi mengendong david. "Kamu kayanya benar-benar buruh sosok ibu, sampai ngelantur gini" lirih sandi.
Winda mengelus pipi david. "jelaskan sama omah, mamah yang kamu maksud seperti apa?" Tanya winda.
David mengeluarkan foto berukuran sedang dari tas gendong kecilnya, menunjukkan pada omah dan opahnya. "Ini mamah, ini papah, dan ini david, mamah ternyata cantik, ya" ucap david tersenyum lebar.
Sandi, winda, alek, dan alea tertegun melihat foto yang david tunjukkan mereka saling berpandangan satu sama lain. Kevin yang memang sedang berbicara dengan seseorang lewat ponselnya, ia tidak mendengar obrolan mereka.
"A-adel" cicit mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
satu hati 2 pria [TAMAT]
Fiksi RemajaBagaimana rasanya jika kalian menjalin hubungan dengan seseorang yang sangat kalian cintai, tapi takdir berkata lain, Adel Chyntia Sari, biasa disebut Adel Yang masih berumur 21 tahun, Harus menikah dengan kakak dari kekasihnya sendiri. Kevin April...