28. kita benar-benar berakhir

275 5 0
                                    

Dua hari kemudian

Pagi-pagi sekali adel sudah siap ia menatap pantulan dirinya di cermin.
Duduk disalah satu kursi makan ia melirik suaminya yang sedang mengoleskan roti. "Kak, hari ini kakak enggak ngajar?" Tanya adel.

Kevin menggeleng "sarapan dulu, saya enggak ngajar hari ini, soalnya ada meeting mendadak, emangnya kenapa?" Tanya kevin.

Adel mengigit roti yang disodorkan kevin "enggak papa, kalau gitu aku berangkat dulu, ya" pamitnya.

Kevin menarik tangan adel "saya belikan mobil untuk kamu, supaya kamu tidak lagi repot-repot pesan taksi" ucapnya menyodorkan kunci mobil.

Adel menggeleng "enggak usah, aku belum lancar mengendarai mobil" bohongnya.

Kevin mengangguk kecil "mau saya antar--"

Adel menggeleng kecil "enggak usah, aku udah pesan taksi, aku berangkat dulu---eh" kaget adel.

Cup.

Kevin mengecup singkat bibir adel "morning kiss, hati-hati" adel terdiam sebentar ia langsung pergi meninggalkan kevin yang senyum-senyum sendiri, selama dua hari ini adel lebih banyak diam, dan menurut. Sejujurnya Kevin sedikit heran dengan sikap adel.

Adel memejamkan matanya saat tidak sengaja melihat dylan berboncengan dengan perempuan waktu itu, sebisa mungkin ia menahan sesak di dadanya, untuk tidak menangis, sayangnya ia tidak kuat ia menangis dalam diam, berusaha melupakan kenangan bersama dylan, menurutnya sangat susah. Terlalu banyak kebersamaan dylan bersamanya.

"Sari buah" panggil kiki menghampiri dirinya yang sedang berjalan. "Bareng ke kelasnya, yuk" anaknya.

Adel menatap malas kevin "kelas kita beda, kak, ngaco" ucapnya.

"Kelas boleh beda, hati jangan" ucap nurdin teman kiki.

"Muek" ucap riski teman kiki.

Adel lebih dulu berjalan meninggalkan mereka yang ribut, rasanya meladeni mereka bertiga buang-buang waktu, dan buang-buang emosinya, adel duduk di kursinya menatap lurus depan kelasnya yang mulai ramai.

"Pagi, del" sapa mega duduk di samping sahabatnya yang dua hari ini sikapnya berubah.

"Pagi, meg" adel mengeluarkan buku-bukunya karena dosen sudah datang, ia fokus dengan materi yang dijelaskan dosen.

"Del--"

"Meg, gue lagi fokus, jangan ganggu gue, ya" ucapnya melirik mega.

Mega mendengus sebal, biasanya yang mengajak ngobrol disaat dosen sedang menjelaskan seperti ini, sahabatnya ini adel, tapi sekarang sebaliknya. Jujur mega merindukan sikap adel yang bar-bar, daripada sikap adel yang dingin seperti ini.

"Saya pamit, selamat istirahat" pamit dosen keluar kelas.

"Del kan---"

"Sari buah, gue datang" teriak kiki dengan kedua sahabatnya yang bar-bar, melewati adel.

Mega menatap ketiga orang itu, yang merebut adel darinya, selama dua hari ini adel lebih sering makan siang, atau sarapan bersama, kiki, sari, dan rudi.

Adel mengangguk "iya, bentar masukin buku dulu" ucapnya sedikit kesusahan memasukkan buku-bukunya.

Kiki merebut tas yang Adel pegang "biar gue, lelet banget, lo, sari buah" ledeknya.

"Hallo Everybody, rudi datang" teriak rudi dengan kedua sahabatnya, termasuk dylan.

Adel mendongak ia menatap mereka, matanya tidak sengaja bertubrukan dengan mata dylan, buru-buru ia mengalihkan tatapannya. "Makasih, kak kiki, yang nyebelin banget" ucapnya.

Kiki mengangguk kecil tangannya mengusap gemas poni adel "poni lo berantakan, biar gue rapihkan" ucap kiki, bukanya merapihkan malah semakin ia berantakin.

Adegan itu dilihat jelas sahabat-sahabatnya, termasuk dylan, manatan pacar adel. Dylan mengepalkan tangannya menahan sesak di dadanya, dan menahan rasa cemburu yang semakin besar.

"Ciyeee, ciyee" goda Nurdin menyenggol lengan kiki "jadian dong, biar ada bu bos diantara kita" godanya lagi.

"Iya bos, jadian dong, tembak tuh si adel" imbah riski.

Kiki menatap tajam dua temannya, tapi ada benarnya juga, entah kenapa saat dekat dengan adel rasanya beda, rasa yang belum pernah ia rasakan saat dekat dengan perempuan lain.

Rio menepuk pundak Dylan dua kali "kejar adel, kalau lo enggak mau menyesal, kiki Jurusan Teknik Informatika, dia cukup pintar, dan dia juga banyak penggemarnya, bisa jadi adel suka sama dia" ucap rio panjang lebar.

Rudi mengangguk "iya benar, gue enggak sengaja pas kemarin kiki sama dua temannya bicarain adel, muji gitu, terus kiki juga senyum-senyum sendiri" imbah rudi.

"Del kantin bareng, yuk" ajak mega.

"Enggak, Adel kantin bareng gue" bukan adel yang menjawab melainkan, kiki yang menjawab tak suka mega. "Yuk, kantin, gue udah pesan makanan kesukaan lo" ajaknya.

Adel mengangguk ia menatap mega yang menatapnya kecewa "ikut kita aja, yuk" tawarnya.

Mega menggeleng "enggak usah, gue sama yang lain aja" tolaknya tersenyum tipis, senyuman kecewa.

"Gue punya sesuatu buat lo" ucap kiki mengeluarkan sebuah gelang cople. Berwarna hitam "gue pesan langsung sama pabriknya, sampai gue diomelin sama yang punya pabrik, dikira mau nyolong, padahal gue mau pesan langsung, dan tentu original, enggak mau tuh yang bajakan" ucapnya sambil memasangkan gelang tangan adel.

"Ciye, saya terhura" dramatis Nurdin.

"Teehari, oon" koreksi riski.

Kiki geleng-geleng kepala "pasangin dong, susah tau" pintanya, adel mengangguk ia memasangkan gelang ketangan kiki. "Kalau lo ada apa-apa, atau lo ada yang jahatin, lo tinggal pencet tombol ini" ucap kiki.

"Bos nakal datang?" Tanya Nurdin dan riski kompak.

"Enggak lah, ini gelang enggak canggih, tapi lumayanlah buat beli bacot lu berdua" ucap kiki.

Adel tersenyum tipis "kalian seru kalau lagi berantem, sering-sering kaya gini biar gue awet muda ketawa terus" ucap adel.

"Ah. bisa aja bu bos" ucap Nurdin.

"Del, hubungan kita benar-benar hancur, ya" batin dylan.

"Kantin yuk, lapar gue" ajak kiki, menarik tangan adel "lama jalannya, kaya siput" ledek kiki.

"KAK KIKI, AKU BUKAN SIPUT, AKU MANUSIA" teriak adel tak terima.

"Del tunggu" tahan rio saat melewatinya "gue mau bicara sama lo, boleh?" Tanya rio hati-hati.

"Bole--"

"Enggak boleh, dia calon pacar gue" sembur kiki menatap rio.

"Emangnya adel mau sama lo?" Ledek rudi.

Kiki menatap remeh mereka bertiga, hendak berucap tapi keburu ditahan adel yang menggeleng kecil. Adel menatap rio "nanti kapan-kapan kita ngobrol, tapi untuk sekarang gue enggak bisa, mau makan, hehe" adel menarik kiki keluar kelas.

"Adel benar-benar berubah" lirih mega sedih "dia lebih banyak bersama mereka, sedangkan sama kita, dia enggak ada waktu, enggak kaya dulu" lirihnya rio dan rudi mengangguk setuju.

"Del, segampang itu lo lupain aku?, Lupain kenangan kita berdua" batin dylan.

Sedangkan di kantin adel menatap lurus depan, sejujurnya dirinya sangat merindukan dylan, merindukan semuanya, tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri

"Dylan aku enggak kuat, aku terlalu lemah" batin adel.

**

satu hati 2 pria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang