90. konflik

160 9 1
                                    

Adel sudah rapih dengan pakaian yang sedikit berbeda, ia menggunakan Hoddle tebal dan celana jeans panjang, ia manarik koper kecilnya sebelum keluar ia menuliskan sesuatu di kertas, menaruhnya di atas meja kecil samping kevin. "Maaf, kak" cicit adel ia langsung menarik kopernya keluar kamar.

Ia menatap sekeliling rumah mertuanya, karena dua hari ini ia tinggal di rumah mertuanya atas kemauan vina dan hardi, ia tersenyum hambar menatap foto keluarganya termasuk fotonya yang terpanjang di sana.

Adel mengelus perut ratanya, kenapa ia akan meninggalkan rumah ini kembali, ia menuruni anak tangga perlahan air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya, apakah ia akan benar-benar pergi lagi, meninggalkan anak dan suaminya seperti dulu.

Ia terus menunduk tanpa mendongak ia tidak mau orang lain mengetahuinya kalau dirinya sendiri menangis, ia harus kuat demi kebahagiaan keluarganya, dengan kepergiannya semua orang akan lebih baik.

Bruk.

Adel menabrak tubuh seseorang ia mendongak kaget menatap seseorang yang menatapnya dengan tatapan terkejut. "D-dylan' kaget adel.

Dylan hanya mengangguk pelan, ia melirik koper yang di genggam adel. Perasaanya tidak enak. "K-kamu mau kemana?, Ko bawa-bawa koper gini?" Tanya dylan.

Adel menggeleng, ia berusaha menyembunyikan wajah kesedihannya, wajah terkejutnya, dylan tetap dylan ia tidak bisa di bohongi.

"Kamu mau pergi lagi, kan?" Tanya dylan curiga menatap adel.

"E-enggak ak---"

"Bertahun-tahun kita bersama del, bahkan sampai sekarang kita bersama, kenapa kamu bohong?, Jawab jujur aku, kamu mau pergi ninggalin kita semua kan?, Kamu mau pergi jauh seperti dulu lagi, kan?" Tanya dylan nafasnya pulas tidak teratur, rasa cemasnya kembali seperti dulu.

Adel mengangguk pelan. "I-iya, aku mau pergi untuk selamanya, aku tidak mau menganggu kalian lagi, aku tidak mau buat kalian sedih dan Sangara gara-gara aku, PUAS?" aku adel menatap wajah dylan dengan tatapan kosong dan air mata yang mengalir deras.

Deg

"K-kenapa kamu lakuin itu?" Lirih dyalan matanya memanas, air matanya hendak keluar.

"Aku----"

"MAMAH" teriak david memanggil adel keras, air matanya sudah mengalir deras membasahi kedua pipinya.

Adel dan dylan menoleh menatap kaget david. "Sayang, ken---"

"KENAPA MAMAH MAU MENINGGALKAN DAVID LAGI, MAH, KENAPA MAMAH BIKIN DAVID SEDIH KEMBALI?, KENAPA MAMAH JAHAT SAMA DAVID, MAH?" teriak david.

Adel duduk menyamakan tingginya dengan tinggi anaknya. "S-sayang, dengerin mamah dulu, mamah tidak meninggalkan david mamah cuman mau pulang ke rumah kit---"

"BOHONG, DAVID DENGER SENDIRI KALAU MAMAH BILANG AKAN PERGI MENINGGALKAN DAVID DAN PAPAH" potong david.

Kevin mematung di tengah-tengah tangga mendengar teriakkan anaknya, tubuhnya melemas, ia mencengkram surat yang adel tulis. "A-adel" cicit Kevin.

Adel menoleh menatap kevin kaget, ia buru-buru menghampiri suaminya, menatap kevin dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kak---"

"STOP! KENAPA KAMU LAKUIN INI SEMUA?, KENAPA KAMU INGIN MENGHANCURKAN SAYA KEMBALI? APA KAMU KURANG PUAS MELIHAT SAYA MENDERITA GARA-GARA KAMU NINGGALIN SAYA, HAH!?"

Adel menggeleng keras ia berusaha meraih tangan kevin, yang langsung kevin tepis. "Dengerin aku dulu, kak, aku pergi hanya sebentar aku ada ur---"

"SEBENTAR? BERAPA HARI?, BULAN?, TAHUN?, SAYA TIDAK KAMU NINGGALIN SAYA LAGI, DEK, SAYA TIDAK MAU, DI DUNIA INI YANG SAYA BUTUHKAN HANYA KAMU SEORANG" 
Air mata kevin mengalir deras, ia turun kebawah menarik adel duduk di sofa, tubuhnya sudah lemas.

"Aku cuman---"

"Cuman apa?, Cuman ingin saya bahagia? Bukan itu caranya del, saya bahagia saat saya bersama saya" bentak kevin.

Adel memejamkan matanya ia menatap wajah kevin yang marah, tapi air matanya mengalir deras. "Aku cuman sebentar, kak, cuman beberapa bulan di sana terus aku balik lagi kesini" kata adel.

Kevin membuka laci sampai televisi, ia mengambil sesuatu dari sana membuat semua orang terkejut, termasuk adel. "Kamu mau pergi ninggalin saya, kan?, Kalau memang, ya, lebih baik kamu bunuh saya lebih dulu baru kamu boleh pergi, kemanapun kamu pergi" kevin menarik tangan adel menggenggamnya bersama pistol di tangannya.

"Jangan gila kamu kevin" bentak hardi marah.

Sedangkan vina sudah lemas, ia terduduk di sofa bersama sela yang menangis sesenggukan, dylan kedua wanita itu menenangkan mereka.

"Aku enggak mau, kamu jangan gila" sentak adel menepis tangan kevin.

"KENAPA?, KAMU MAU PERGI DARI SAYA LAGI, KAN, SAYA TIDAK INGIN MERASAKAN SAKIT YANG MEMBUAT SAYA KEHILANGAN AKAL, LEBIH BAIK SAYA MATI SUPAYA SAYA TIDAK MERASAKAN KEHILANGAN"

"A-aku mohon jangan seperti itu, kak" lirih adel takut.

Kevin menatap lekat adel. "Jangan tinggalkan saya, adel, saya mohon" lirih kevin ia bersujud di kaki adel memegang kaki adel, membuat adel syok. "Saya mau lakukan apapun, asal jangan tinggalkan saya lagi, sudah cukup 5 tahun lalu kamu meninggalkan saya, dunia daya begitu hancur, hiks" isak kevin.

Adel memeluk kevin, ia bisa merasakan nafas kevin tidak teratur, tubuhnya yang bergetar hebat, jantungnya berdenyut keras, seakan akan copot dari tempatnya. "M-maaf, tapi aku mohon jangan sakiti diri kamu sendiri, saya tidak mau kamu kenapa-kenapa" lirih adel.

Kevin mengangguk lemah. "Kita lewati semuanya, aku akan berusaha buat david sayang sepenuhnya sama kamu, dan dia melupakan kejadian dulu" lirihnya.

"M-mamah" panggil david ketakutan.

Adel melepaskan pelukannya ia menatap sang anak tersenyum tipis, david langsung berlari memeluk adel menangis di pelukan adel. "Jangan nangis, kamu sudah besar malu nanti di ledek"

David tetap menangis sesenggukan. "M-mamah david sayang sama mamah, sayang banget, david cuman kesal sama mamah dan papah karena mamah hamil, nanti david tidak disayang lagi, seperti teman-teman david, hiks" isak david.

Adel terkekeh renyah ia melepaskan pelukannya, mengudap air mata david lembut. "Sayang, walaupun mamah lagi hamil, bukan berarti mamah tidak sayang david, seru kalau david punya adik, nanti david bermain sama adik david, tidak sendiri lagi david bisa ajak adik david bermain bola, jalan-jalan berdua, makan, dan juga bisa jagain mamah pas papah sedang kerja"

"Bagaimana kalau mamah dan papah, dan semua orang tidak sayang lagi sama david?" Lirih david.

"Sayang dong, omah, opah, om, aunty, mamah papah kamu akan tetap sayang sama kamu" ucap vina.

"Tidak bohong?" Tanya david memastikan.

Mereka menggeleng cepat. "Gini aja, kalau mamah papah kamu tidak sayang lagi sama kamu, nanti om yang akan pukul mereka sampai mereka sayang david lagi, om bakal suntik mamah dan papah kamu sebagai hukuman" bujuk dylan.

David tersenyum manis ia mengangguk. "Baiklah, david akan menerima mamah hamil, dengan syarat david mau tidur bersama mamah, titik." Ucap david tersenyum manis.

Kevin menggeleng keras. "Enggak bisa dong, enak aja kamu punya kamar sen----"

"HWAAAAA, PAPAH PELIT BANGET" tangis david lagi.

****

satu hati 2 pria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang